Trip ini merupakan rangkaian trip Thailand - Kamboja - Malaysia yang kulakukan dari 23 Januari 2012 - 2 Februari 2012. Part selanjutnya dari setiap cerita akan aku berikan linknya di bagian paling bawah postingan.
Part Sebelumnya : DISINI
Penang, 30 Januari 2012
Cukup puas kemarin menghabiskan setengah hari keliling Georgetown, Pulau Pinang, hari ini kami bersiap melanjutkan perjalanan menuju kota terakhir dalam rangkaian traveling kami kali ini: Kuala Lumpur. Kota ini akan menjadi pemberhentian terakhir sebelum akhirnya kami kembali ke Solo pada tanggal 2 Februari 2012.
Pagi itu, setelah proses check out dari penginapan dan sarapan, kami segera bergerak menuju Terminal Bus Penang, tempat kami akan naik bus menuju Kuala Lumpur. Perasaanku rasanya sedikit campur aduk — antara semangat menyambut petualangan baru dan perasaan waktu liburan yang perlahan mendekati akhir. Bagaimanapun rangkaian perjalanan kami dari 23 Januari - sekarang ini cukup melelahkan juga karena kami biasanya tidak berjalan kaki sebanyak ini.
Perjalanan dari Penang ke Kuala Lumpur memakan waktu sekitar 5–6 jam dengan bus, menempuh jarak kurang lebih 350 kilometer. Sepanjang perjalanan, pemandangan yang kami lewati didominasi oleh hamparan hijau perkebunan, pegunungan di kejauhan, dan sesekali terlihat kota-kota kecil yang kami lintasi. Jalan tol yang mulus membuat perjalanan terasa nyaman, meskipun di beberapa titik bus harus melambat karena lalu lintas yang cukup padat.
Kami tiba di Kuala Lumpur sore hari, tepatnya di daerah Bukit Bintang. Begitu sampai, kami langsung berkeliling untuk mencari penginapan, check-in dan beristirahat sejenak di kamar. Setelah beberapa saat, kami mendapatkan sebuah kamar sederhana ber-AC dengan 2 kasur tingkat dengan harga yang sesuai budget. Okelah. Rasanya sekarang cuma pengen segera istirahat tiduran sebelum nanti malam mulai eksplor.
Malam harinya, kami memulai petualangan kecil di kawasan Bukit Bintang yang dipenuhi oleh deretan kedai makanan lokal. Malam itu suasana sangat ramai, penuh warna, dan hidup. Deretan kios menawarkan segala macam aroma yang menggoda. Mulai dari sate, nasi lemak, sampai aneka street food yang menggugah selera. Aku benar-benar menikmati vibe malam itu; suasananya hangat, penuh tawa, dan seolah kota ini tidak pernah tidur.
Setelah puas mencicipi beberapa makanan, kami melanjutkan perjalanan dengan naik LRT menuju Suria KLCC Mall. Begitu sampai, aku mengira jalan keluar ke area taman tempat spot foto itu akan mudah ditemukan. Kenyataannya, aku malah tersesat di dalam Suria KLCC. Naik turun eskalator, belok kanan, belok kiri, tapi tetap saja belum menemukan jalan ke luar. Aku hanya bisa melihat sedikit puncak menara dari sela-sela kaca mal, bikin makin penasaran.
Hampir satu jam aku keliling di dalam — kaki mulai terasa lelah, perut lapar, dan mulai sedikit frustasi. Rasanya seperti masuk ke labirin tanpa ujung. Tiap kali menemukan pintu keluar, ternyata malah masuk ke jalan lain atau ke dalam area parkir. Akhirnya, setelah bertanya ke beberapa orang dan mengikuti papan petunjuk kecil menuju "KLCC Park," aku menemukan jalan yang benar.
Begitu keluar dan melihat menara kembar itu berdiri megah di depan mata... semua rasa lelah langsung hilang seketika. Akhirnya, momen yang kutunggu-tunggu sejak lama benar-benar ada di depan mataku. Mataku langsung tertuju ke atas — ke arah dua menara raksasa yang menjulang tinggi ke langit malam. Petronas Twin Towers berdiri megah, bersinar terang ditimpa ribuan lampu yang memantulkan cahaya ke segala arah. Rasanya sulit untuk mengalihkan pandangan.
Aku berdiri lama, mendongak ke atas, membiarkan diri larut dalam momen itu. Akhirnya, aku bisa melihat langsung ikon kebanggaan Malaysia ini dengan mata kepala sendiri. Sebuah pengalaman yang tidak akan pernah kulupakan.
Tanpa banyak pikir, aku berjalan mendekat. Jalur menuju gedung ini dipenuhi air mancur kecil di kanan kiri jalan, menciptakan suasana yang tenang dan sedikit romantis. Aku berhenti sejenak, mengambil beberapa foto, sambil sekali lagi merasa takjub melihat betapa Kuala Lumpur tidak hanya menawarkan satu ikon, tapi begitu banyak bangunan cantik di sekitarnya.
Dari posisi itu juga, aku bisa melihat Menara KL (KL Tower) menjulang di kejauhan. Meski terlihat lebih kecil dari Petronas jika dilihat dari sini, keberadaannya tetap mencuri perhatian, dengan lampu warna-warni yang berganti perlahan di puncaknya. Rasanya menyenangkan bisa melihat dua landmark terkenal dalam satu malam.
Malam itu, aku menghabiskan waktu dengan santai, hanya berjalan kaki sambil menikmati suasana kota. Meski kaki terasa mulai lelah setelah seharian berpindah kota dari Penang ke Kuala Lumpur, ada rasa puas yang sulit digambarkan. Melihat langsung ikon-ikon yang selama ini hanya kulihat lewat buku atau internet, dan bisa berdiri di tengah-tengahnya, memberi sensasi pencapaian kecil yang membahagiakan.
Setelah merasa cukup puas menikmati suasana malam di sekitar KLCC, kami memutuskan untuk kembali ke Bukit Bintang menggunakan LRT. Malam makin larut, tapi suasana kota masih tetap ramai dan hidup. Kuala Lumpur memang nggak pernah benar-benar tidur.
Dalam perjalanan, kami sempat melewati Pavilion Kuala Lumpur, salah satu pusat perbelanjaan paling terkenal di kota ini. Mal pun tampak megah dengan dekorasi lampu yang indah di bagian depannya.
Sebenarnya, sempat ada keinginan untuk masuk dan melihat-lihat dalamnya, tapi rasa capek sudah benar-benar menguasai badan. Akhirnya kami memilih berfoto sebentar di depan Pavilion saja, sekadar untuk mengabadikan momen, sebelum lanjut berjalan lagi menuju hotel.
Begitu sampai di kamar hotel, rasanya benar-benar lega. Tanpa banyak basa-basi, kami langsung rebahan. Kaki pegal, badan lelah, tapi hati terasa puas. Hari ini benar-benar panjang dan penuh cerita — dari Penang ke Kuala Lumpur, dari terminal bus ke Twin Towers, lalu mengeksplorasi malam kota yang penuh lampu dan kehidupan.
Dan malam itu, di tengah rasa capek yang luar biasa, aku tersenyum kecil sebelum akhirnya tertidur pulas. Perjalanan ini memang melelahkan, tapi semua kenangan yang didapat benar-benar sepadan.
0 comments:
Posting Komentar