Life Only Once. Stop Thinking and Just Make It Work.

5.03.2025

[11] Aloha Hawai'i : Menikmati Keindahan Pegunungan Ko'olau dari Kualoa Ranch!

Part Sebelumnya : DISINI


 Keesokan harinya, aku bangun pagi dengan semangat penuh. Rasanya seperti anak kecil yang akhirnya diajak ke tempat main impiannya. Sesuai jadwal yang disampaikan operator Kualoa Ranch lewat telepon kemarin, jam 7 pagi aku sudah meluncur ke hotel penjemputan yang ditentukan.

Begitu sampai, busnya ternyata sudah menunggu. Tepat waktu, profesional, dan bikin hati tenang. Perjalanan menuju Kualoa Ranch memakan waktu sekitar 45 menit, menyusuri jalanan hijau yang perlahan membawa kami menjauh dari keramaian Waikiki menuju kawasan perbukitan dan lembah tropis yang luas. Saat bus mulai memasuki area ranch, aku langsung bisa melihat kenapa tempat ini begitu sering muncul di film-film besar—Jurassic Park, Jumanji, Godzilla. Lanskapnya memang sinematik.

Kualoa Ranch bukan sekadar peternakan biasa. Terletak di pesisir timur Pulau O‘ahu, kawasan ini adalah lahan konservasi pribadi seluas lebih dari 1.600 hektar yang mencakup lembah-lembah subur, bukit-bukit tropis, dan garis pantai yang langsung menghadap Samudera Pasifik. Secara historis, tempat ini dulunya adalah tanah suci bagi masyarakat asli Hawai‘i, dianggap sebagai pusat pendidikan dan spiritual di masa lalu.

Kini, Kualoa Ranch berfungsi sebagai destinasi wisata ekowisata dan sejarah, tempat orang bisa mengenal alam Hawai‘i sekaligus jejak budayanya. Banyak juga yang mengenalnya sebagai lokasi syuting berbagai film Hollywood seperti Jurassic Park, Jumanji, Kong: Skull Island, Lost, dan banyak lagi. Tapi selain popularitas filmnya, tempat ini memang punya pesona alam yang luar biasa.

Jam masih menunjukkan pukul 9 kurang ketika kami tiba. Aku langsung menukarkan bukti reservasi dengan gelang tiket, yang dikalungkan ke pergelangan tangan. Semacam simbol bahwa hari ini aku resmi jadi bagian dari petualangan di Kualoa Ranch.

Kami diarahkan menuju area kandang kuda, tempat para staf sedang menyiapkan kuda-kuda yang akan kami tunggangi. Angin pagi bertiup lembut, rerumputan hijau terbentang luas, dan deretan pegunungan berjajar rapi di latar belakang. Rasanya seperti masuk ke dalam lukisan lanskap tropis.

Tepat jam 9 pagi, satu per satu peserta dipanggil dan diberi kuda masing-masing. Aku juga dibantu oleh petugas untuk naik ke atas pelana. Awalnya agak canggung—ini pengalaman berkuda pertamaku dalam setting yang sesungguhnya. Tapi begitu kuda mulai berjalan pelan dan rombongan mulai bergerak, aku merasa tenang.

Saat tur berkuda dimulai, kami melintasi jalur setapak yang membelah padang rumput luas. Anginnya sejuk, udara bersih, dan langit cerah biru. Dari atas kuda, aku bisa melihat panorama spektakuler yang membuatku beberapa kali lupa mengedip.

Di sebelah kanan, hamparan Samudera Pasifik membentang megah. Airnya biru tua, kadang memantulkan cahaya seperti kaca. Garis pantainya panjang dan natural—nyaris tanpa bangunan—membuatnya tampak murni seperti potongan dunia yang belum tersentuh modernitas.

Sementara itu, di sebelah kiri, terbentang deretan bukit-bukit tropis yang menjadi ikon Kualoa. Bukit-bukit ini bagian dari Pegunungan KoÊ»olau, yang terbentuk dari sisa letusan gunung berapi purba jutaan tahun lalu. Bentuknya khas—menjulang tinggi dengan punggungan yang terjal, dan puncaknya selalu dibalut kabut tipis. Bukit-bukit ini seperti tersambung satu sama lain, membentuk barisan alami yang memagari lembah.

Pemandangan ini membuatku merasa kecil, tapi juga takjub. Seolah-olah sedang menunggang kuda di dunia lain—di tengah lukisan hidup yang ditorehkan oleh waktu, alam, dan sejarah.



Setelah tur berkuda selesai—yang rasanya masih terlalu cepat padahal sudah sekitar satu jam—aku kembali ke area utama Kualoa Ranch dan langsung melanjutkan ke aktivitas berikutnya: Hollywood Movie Sites Tour. Ini salah satu kegiatan paling populer di sini, dan jujur saja, sebagai pecinta film, aku antusias banget.

Kami naik kendaraan wisata berbentuk seperti kereta terbuka, ditarik mobil besar, dan duduk di bangku panjang sambil dibekali penjelasan lewat pengeras suara dari pemandu yang sangat informatif dan penuh selera humor.

Tur ini membawa kami menyusuri berbagai lokasi syuting film dan serial TV ikonik yang benar-benar difilmkan di lembah-lembah Kualoa. Beberapa spot yang dilewati antara lain:

  • Lembah di mana dinosaurus lari di Jurassic Park — salah satu momen paling ikonik dari film tahun 1993. Dan yes, bahkan sampai sekarang, jejak kaki tiruan dinosaurus masih terlihat di tanah. Nggak main-main, lho!

  • Lokasi markas pasukan di Godzilla, lengkap dengan bekas struktur buatan filmnya yang masih dibiarkan berdiri sebagai "monumen".

  • Tempat syuting serial Lost, yang menggunakan lanskap lebat Kualoa sebagai pulau misterius tempat para tokohnya terdampar.

  • Adegan-adegan hutan dari Jumanji: Welcome to the Jungle, termasuk jalur-jalur setapak yang tampak eksotis dan dramatis.

  • Setting film Pearl Harbor, dan bahkan beberapa adegan dari Hobbs & Shaw, Kong: Skull Island, dan 50 First Dates juga sempat difilmkan di sini.

Pemandangannya? Benar-benar gila.

Sepanjang perjalanan, mata kita dimanjakan oleh lanskap yang terasa too good to be true. Lembah-lembah hijau luas, diapit oleh tebing tinggi dari Pegunungan Ko‘olau, dengan garis-garis alami yang tampak seperti pahatan raksasa. Kadang mobil berhenti sejenak di tempat strategis, dan kita diberi waktu untuk turun, berfoto, dan menikmati panorama 360 derajat yang luar biasa.

Bayangkan duduk di kendaraan terbuka, kanan kiri hijaunya gunung, jauh di depan laut biru, dan angin berhembus pelan membawa aroma hutan tropis. Sesekali pemandu menunjukkan tempat spesifik dan memutar klip film di monitor kecil, lalu menyuruh kita membandingkan—“Nih, adegan ini difilmkan persis di belakang kalian!”

Saat itu aku benar-benar merasa seperti masuk ke dalam layar film. Tapi yang lebih mengesankan: tempat ini nyata. Bukit-bukitnya bukan CGI. Langitnya benar-benar sebiru itu. Dan semua panorama ini bisa aku lihat dengan mata kepala sendiri, bukan lagi lewat bioskop.


Kualoa Ranch’s Military Bunker Museum, atau sering disebut juga World War II Army Bunker Museum. Museum ini memang termasuk dalam rangkaian pemberhentian dalam Hollywood Movie Sites Tour di Kualoa Ranch. Berikut penjelasan lengkapnya:


Museum Bunker Perang Dunia II di Kualoa Ranch

Di tengah tur berkeliling lokasi syuting film, kami juga sempat berhenti di sebuah tempat yang—di luar dugaan—ternyata adalah bunker peninggalan militer dari era Perang Dunia II. Lokasinya berada di lereng bukit Kualoa, dan dikenal sebagai Kualoa Bunker Museum.

Bunker ini dulunya dibangun oleh militer Amerika Serikat sebagai bagian dari sistem pertahanan pesisir setelah serangan Pearl Harbor pada 1941. Karena posisinya yang strategis menghadap Samudera Pasifik, Kualoa menjadi salah satu titik penting pertahanan militer di Pulau O‘ahu. Bunker ini tersembunyi di balik lereng, dilengkapi dengan dinding beton tebal dan lorong-lorong sempit khas bangunan militer zaman dulu.

Kini, bunker tersebut diubah menjadi semacam museum mini, isinya gabungan antara:

  1. Artefak militer seperti foto-foto pasukan, dokumen, dan peralatan tempur zaman Perang Dunia II.

  2. Informasi sejarah tentang peran Kualoa dalam sistem pertahanan O‘ahu.

  3. Galeri film—yang ini unik—karena dinding-dinding dalamnya juga dipenuhi poster, foto, dan memorabilia dari berbagai film Hollywood yang pernah syuting di Kualoa. Jadi perpaduannya cukup menarik: separuh museum militer, separuh museum film.

Masuk ke dalamnya terasa seperti melakukan perjalanan waktu—dari masa perang ke dunia sinema. Di salah satu lorongnya bahkan ada jendela yang menghadap langsung ke laut, tempat tentara dulu berjaga-jaga mengawasi perairan.

Meski ukurannya tidak besar, museum ini memberi lapisan sejarah baru yang memperkaya pengalaman tur. Kualoa ternyata bukan cuma latar film, tapi juga saksi bisu sejarah penting di masa konflik dunia.


Setelah puas berkeliling lokasi syuting dan menjelajah bunker bersejarah, perutku mulai memberi kode keras—saatnya makan siang. Dan untungnya, makan siang sudah termasuk dalam paket wisata yang kubeli sebelumnya. Jadi begitu tur selesai, aku langsung diarahkan ke area makan yang terletak di dekat pusat informasi utama Kualoa Ranch.

Sistemnya adalah buffet—alias ambil sendiri sepuasnya. Deretan meja panjang penuh dengan pilihan makanan yang hangat dan menggoda. Ada nasi, ayam panggang, beef teriyaki, salad segar, kentang, dan sayur-sayuran tropis yang dimasak dengan gaya lokal Hawai‘i. Tak lupa tersedia juga pilihan saus dan sambal manis yang aromanya mengundang.

Aku ambil secukupnya, lalu mencari tempat duduk di area semi-terbuka. Dari tempat dudukku, pemandangannya luar biasa. Di depan terbentang lembah hijau Kualoa, dengan latar belakang tebing-tebing Pegunungan Koʻolau yang masih tertutup kabut tipis. Angin laut bertiup pelan dari kejauhan. Makan di sini rasanya seperti piknik mewah di alam bebas.

Setiap suapan terasa lebih nikmat karena kombinasi lapar, puas, dan bahagia. Dan yang paling menyenangkan, aku tidak perlu mikir soal bayar—karena semua ini sudah termasuk dalam paket. Tinggal duduk, nikmati, dan resapi betapa luar biasanya hari ini.



Sekitar pukul setengah tiga sore, aku naik kembali ke bus yang sama seperti pagi tadi—bus antar jemput resmi dari Kualoa Ranch yang sudah termasuk dalam paket PP seharga $15. Supirnya masih orang yang sama, ramah dan cekatan. Di dalam bus, aku duduk dekat jendela, seperti pagi tadi, tapi suasananya kini terasa berbeda.

Matahari sudah mulai condong ke barat, menciptakan semburat cahaya keemasan di balik perbukitan. Perjalanan kembali ke Waikiki memakan waktu sekitar 45 menit, tapi aku sama sekali tidak merasa bosan. Sambil duduk di kursi, aku memutar ulang semua pengalaman hari ini di kepala: berkuda menyusuri lembah sinematik, melihat langsung lokasi film-film favoritku, masuk ke dalam bunker bersejarah, hingga makan siang dengan latar panorama yang nyaris mustahil dilupakan.

Begitu bus memasuki area Waikiki, kota kembali terasa hidup dengan hiruk-pikuk khas wisatawan. Tapi di dalam diriku, ada ketenangan baru—semacam rasa puas yang datang bukan karena checklist itinerary yang penuh, tapi karena impian lama yang akhirnya jadi kenyataan.

Hari itu, Kualoa Ranch memberiku lebih dari sekadar wisata. Ia memberiku pengalaman, pelajaran, dan sedikit keajaiban.


Part Sebelumnya : DISINI

0 comments:

Posting Komentar