Life Only Once. Stop Thinking and Just Make It Work.

5.15.2025

[2] China-Tibet 2025 : Persiapan yang cukup menguras fisik, mental dan duit😅

Akhir Februari 2025.
Waktu keberangkatan sudah semakin dekat, dan itu artinya—waktunya mengurus visa China. Karena aku tinggal di Solo, maka kota terdekat untuk urus visa adalah Konsulat Jenderal China di Surabaya. Dari sinilah rangkaian persiapan teknis beneran dimulai. Semua yang sebelumnya cuma wacana, sekarang mulai terasa nyata dan mendesak.

Hal pertama yang kulakukan adalah memantapkan kembali itinerary kasar yang udah lama aku susun, sebagai syarat penting untuk pengajuan visa. Karena aku akan berpindah kota cukup sering selama di China, satu hal krusial yang harus diamankan terlebih dahulu adalah:
tiket kereta cepat antar kota.

Aku sempat belajar kalau pembelian tiket kereta cepat di China baru dibuka H-14 sebelum tanggal keberangkatan. Tapi untungnya, lewat aplikasi Trip.com, kita bisa booking duluan hingga H-30. Sistemnya: kita bayar dulu, lalu Trip.com akan otomatis membelikan tiket itu saat penjualan resmi dibuka. Aman banget buat traveler yang nggak mau kehabisan. Akhirnya aku booking tiket-tiket penting ini:

  1. Kunming – Lijiang
  2. Lijiang – Shangri-La
  3. Shangri-La – Dali
  4. Dali – Kunming
  5. Chengdu – Huanglong Jiuzhai
  6. Huanglong Jiuzhai – Chengdu

Huahhh... lega rasanya. Setelah semua pembelian tiket kereta selesai, setidaknya aku tahu spine dari itinerary ini udah terbentuk kuat.

Lanjut ke bagian yang lebih “berani”:
membeli tiket pesawat ke Tibet.

Masalahnya, nggak semua agen penerbangan mau jual tiket ke Lhasa karena untuk masuk Tibet harus punya Tibet Travel Permit (TTP). Tapi untungnya, aku nemu satu website: eDreams, yang masih memungkinkan pembelian tiket Kunming – Lhasa tanpa harus input TTP.
Aku pun beli tiket ini via China Eastern Airlines.

Setelah itu aku cari tiket keluar dari Lhasa menuju Chengdu. Beberapa hari hunting, dan akhirnya ketemu harga yang masuk akal:
1,8 juta rupiah dengan Lucky Air, sudah termasuk bagasi.
Aku sempat baca bahwa Lucky Air ini adalah maskapai budget asal Kunming, jadi wajar banyak rute dari Tibet ke arah barat daya China mereka tangani.

Terakhir, bagian penutup petualangan:
tiket pulang ke Asia Tenggara.
Setelah pencarian yang cukup intens, aku memutuskan beli tiket Shenzhen Airlines dari Chengdu ke Kuala Lumpur, transit di Shenzhen. Harganya oke, waktunya pas, dan yang penting: landing di KL, yang punya banyak opsi bus/kereta murah ke Indonesia kalau mau overland.

Dan begitu semua tiket itu terbeli—dari kereta, pesawat domestik, hingga tiket pulang—aku duduk di depan laptop dan rasanya…
LEGAAA BANGET.
Akhirnya, pondasi perjalanan ini sudah benar-benar terbentuk.

Tapi tentu, masih ada target selanjutnya yang harus dituntaskan:

  • Booking penginapan di setiap kota, biar tenang dan nggak bingung pas sampai
  • Booking aktivitas penting yang butuh slot jauh-jauh hari, seperti:
    • Tiket + cableway ke Yulong Snow Mountain di Lijiang
    • Tiket masuk Taman Nasional Jiuzhaigou

Perjalanan besar ini sudah mulai punya bentuk. Tinggal satu per satu dilengkapi detailnya, dan aku siap melangkah ke petualangan paling ambisiusku sejauh ini.

Proses booking-booking itu… bener-bener bikin lelah.
Lelah fisik karena harus mantengin layar lama banget, klik sana-sini, bandingin review, buka peta, cek fasilitas. Dan lelah mental karena ya… duit keluar terus, tanpa jeda. Satu klik, ratusan ribu melayang. Belum bayar visa, udah keluar lagi buat tiket kereta. Belum beli tiket cable car, udah harus bayar hostel.

Tapi aku sadar, ini pilihanku sendiri.
Dan seperti pepatah bilang: kalau sudah terlanjur basah… ya sekalian berenang sekalian lah!
Jadi setelah beberapa hari mental cooldown, aku lanjut lagi:
Booking hotel-hotel tempat nginap di setiap kota.

Kriteriaku sih simpel dan sangat manusiawi:

  1. Lokasi harus strategis—tengah kota, deket pusat keramaian traveler atau spot populer kayak kota tua, pasar malam, atau jalur backpacker. Biar gampang nyari makan dan suasana nggak sepi.
  2. Harga maksimal 250 ribu rupiah per malam—karena ini trip panjang dan nginepnya banyak malam, budget harus dikontrol banget.
  3. Toilet dan shower harus berdekatan. Bukan demi drama air panas, tapi demi satu hal: cebok.
    Ya, aku butuh shower yang bisa ditarik ke WC, karena hidup adalah tentang kebersihan.
    Wkwkwk… kebutuhan dasar, tapi krusial.

Prosesnya nggak sebentar. Aku buka satu per satu kota:
Kunming, Dali, Lijiang, Shangri-La, Chengdu, Jiuzhaigou.
Liat peta, zoom in lokasi, baca review, filter harga, intip foto kamar mandinya—yes, foto kamar mandi itu penting! Dan akhirnya aku nemu satu aplikasi yang cocok banget buat semua ini yaitu trip.com.

Pilihan akomodasinya banyak banget, mulai dari yang super murah sampai fancy.
Tapi enaknya, banyak hostel atau hotel lokal China yang hanya muncul di Trip.com, bukan di platform barat seperti Booking atau Agoda.

Satu demi satu, aku kunci semua penginapan.
Dan walaupun prosesnya makan waktu, begitu semua udah ter-booking, rasanya kayak:
“Oke… satu layer stres lagi terangkat.”

Sekarang tinggal lanjut ke persiapan akhir: booking aktivitas yang harus dirampungkan dari jauh-jauh hari.

Traveling ke China kali ini benar-benar jadi proses persiapan paling panjang dan terdetail yang pernah kulakukan. Nggak seperti perjalanan-perjalananku sebelumnya yang kadang serba spontan dan "yaudah nanti cari di tempat", kali ini semua harus dirancang dengan teliti—dari rute, visa, tiket kereta, tiket pesawat, hotel, sampai itinerary harian.

Setelah semua hotel resmi terbooking, tinggal satu langkah lagi sebelum aku bisa benar-benar bilang:
“Semua siap!”

Yaitu:

  1. Booking Tiket + Cableway ke Yulong Snow Mountain di Lijiang
  2. Booking Tiket Masuk Taman Nasional Jiuzhaigou

Sebelum nekat langsung klik “book now”, aku menyempatkan waktu untuk mempelajari dulu detail aktivitas di Yulong Snow Mountain. Karena bukan cuma sekadar naik cable car dan foto-foto salju doang, ternyata kompleks ini luas dan punya banyak spot menarik.

Berikut poin-poin penting yang aku pelajari tentang Yulong Snow Mountain:

  • Ada beberapa cableway (kereta gantung) dengan ketinggian dan tujuan yang berbeda. Yang paling populer dan tinggi adalah:

    • Glacier Park Cableway: naik ke ketinggian 4.506 meter (ini yang iconic)
    • Yak Meadow Cableway dan Spruce Meadow Cableway: ketinggian lebih rendah, tapi lebih tenang dan view-nya luas
  • Tiket masuk kawasan Yulong Snow Mountain itu terpisah dari tiket cableway. Jadi kita harus beli dua tiket: satu untuk kawasan, satu lagi untuk cable car-nya. Biasanya juga ada tambahan biaya shuttle bus wajib, karena kendaraan umum/pengunjung tidak boleh masuk langsung ke area cable car.

  • Di atas, ada oksigen tipis, jadi banyak orang beli tabung oksigen kecil sebelum naik cable car. Ini penting apalagi kalau badan lagi kurang fit.

  • Cuaca dan suhu bisa sangat dingin, bahkan saat musim semi, jadi jaket tebal dan sarung tangan wajib hukumnya.

  • View di atas luar biasa: pemandangan salju, pegunungan, dan langit biru jernih yang benar-benar bikin takjub. Nggak heran kalau tempat ini sering disebut “Swiss-nya China”.

Setelah yakin ngerti sistemnya, barulah aku akan lanjut ke proses booking tiketnya secara online, supaya saat tiba di Lijiang, aku tinggal tunjuk bukti booking dan langsung berangkat.

Persiapan sudah hampir 100%.
Tiket-tiket pesawat sudah di tangan, kereta cepat udah dibooking, semua hotel sudah terkunci, bahkan aktivitas-aktivitas penting seperti Yulong Snow Mountain dan Jiuzhaigou pun sudah direncanakan matang. Sekarang tinggal satu langkah krusial terakhir sebelum semuanya resmi siap:
Mengajukan visa China.

0 comments:

Posting Komentar