Life Only Once. Stop Thinking and Just Make It Work.

3.08.2025

[1] Balada Eropa : Dari Rusia ke Eropa, Keputusan yang Berubah-Ubah!

Perjalananku ke Eropa bermula dari keinginan mengunjungi Rusia pada 2016. Bagaimana ceritanya? Apakah akhirnya aku berhasil mengunjungi Rusia, Rusia dan Eropa atau Eropa saja? Beginilah kisahku...


Solo, 8 Februari 2016

Masih bermimpi....


"Believe....believe...believe..."

Lantunan lagu Justin Bieber berkumandang merdu dari speaker HP-ku. Entah kenapa, aku selalu termotivasi ketika mendengar lagu berjudul "believe" ini. Karena bagi orang sepertiku - pemimpi - , kata "believe" atau percaya adalah salah satu pendorong/booster untuk mewujudkan mimpi-mimpi tersebut. Karena tanpa kepercayaan kepada diri kita untuk mewujudkan mimpi tersebut, aku yakin, mimpi tersebut hanya akan menjadi angan-angan belaka sebelum tidur.

Aku masih ingat, ketika SMA mempunyai sebuah notebook yang berisi cerita-cerita perjalanan hidupku. Mulai dari kegagalan saat mengikuti Olimpiade Sains Nasional (OSN) di Makassar pada 2008 sampai akhirnya berhasil dapat medali di OSN Jakarta 2009, cerita saat aku berhasil masuk UGM, mendapatkan beasiswa, cerita tentang mimpi-mimpi ke luar negeri, dan lain-lain. Di dalam buku tersebut aku menuliskan nama beberapa negara yang saya sangat ingin sekali mengunjunginya suatu saat nanti. Pada daftar tersebut, salah satunya tertulis nama RUSIA.

Menurutku, RUSIA itu negara yang sangat eksotis, dingin, nun jauh di utara sana. Aku tertarik sekali ingin mengunjungi negara ini karena keanekaragaman budaya serta sejarah perang dunia II maupun komunisme di masa lalu. Selain itu, berdasarkan searchingku di internet, pembuatan visa Russia tidaklah sesulit visa USA/Schengen/Australia sehingga aku semakin optimis akan kesini. Selain itu lagi, nilai tukar rubel - mata uang Russia - sedang rendah (1 rubel sekitar Rp 178 di Februari 2016) sehingga aku tidak terlalu terkendala masalah perbedaan currency.

Aku merencanakan akan mengunjungi RUSSIA pada musim panas 2017, tepatnya bulan Juni-Juli, sewaktu libur Idul Fitri 2017. Untuk tiket kesana aku akan mengusahakan mencari tiket termurah menggunakan Turki Airlines KL-Moscow-KL (7 juta PP dengan transit di Turki). Kota yang ingin kukunjungi adalah Moscow (beserta kota-kota kecil di sekitarnya yang sering disebut Golden Triangle), St. Petersburg dan Murmanks (kota yang sudah hampir berada di Kutub Utara pada pesisir Laut Barents - mungkin aku bisa melihat Aurora Borealis). Rencana aku akan mengambil penerbangan yang transit di Turki-nya cukup lama supaya bisa jalan-jalan di Kota Istanbul juga. Untuk pemegang paspor WNI, pembuatan visa Turki cukup dengan VOA dan membayar 45 USD.

Aku sadar, tanpa uang trip ini akan mustahil untuk dilaksanakan. Oleh karenanya, aku terus memotivasi diri saya untuk menabung. Trik menabungku adalah sebagai berikut: saya mempunyai 2 ATM (1 CIMB Niaga, 1 Bank Jatim). Uang yang ada di ATM CIMB Niaga kugunakan untuk biaya hidup sehari-hari, sementara uang yang ada di ATM Bank Jatim kugunakan untuk menabung. Setiap ada pemasukan di aku langsung tabung. Syukurlah sedikit demi sedikit, tabunganku mulai bertambah. Aku merencanakan dalam waktu dekat akan menonaktifkan ATM Bank Jatim saya supaya tidak tergoda untuk comol-comol uang.

Doakan ya Fellas, mimpi saya benar terwujud, karena aku telah berusaha keras! See you and always be optimistic!! (smile) (smile) (smile)


UPDATE:
23 AGUSTUS 2016

I Got the Ticket!!!!! KL-Hanoi-Moscow-Hanoi-KL!

Oh my God, I still can't believe it.





Pada suatu malam yang biasa saja, tetiba Fredo, salah satu teman travelingku mengirimkan pesan via whatsapp. Memberi informasi tentang promo tiket ke Moscow (Rusia) lewat traveloka. Hanya 5 jutaan PP dari Kuala Lumpur (transit via Hanoi). Untuk penerbangan ke Moscow, itu termasuk murah karena untuk tarif normal bisa sekitar 7-8 Juta PP dari Kuala Lumpur.

Aku bahkan masih tidak percaya sudah menekan tombol konfirmasi....

Dari sebuah impian sederhana, sekarang aku benar-benar harus mempersiapkan segala sesuatunya untuk tahun depan pergi kesana.

Spasiba (Thank You), GOD!!

You really awesome!

Sementara perkembangan baru di tiket saja. Tiket Indonesia-Kuala Lumpur PP belum beli, nanti saja menunggu promo. Akan aku update jika ada perkembangan lagi. Jangan takut bermimpi ya, kawan!!


UPDATE : 
21 September 2016
Europe is to close!

Ketika pertama kali aku melihat peta negara Rusia untuk membuat rencana perjalanan, aku melihat negara yang begitu luas dan besar. 

"From east to west, Russia is 5,592 miles wide. The country has a total land mass of almost 6,600,000 square miles and spans two continents, Europe and Asia. It is the largest country in the world in terms of land area."


Pada perbatasan sebelah barat, aku melihat deretan negara Scandinavia seperti Norwegia, Finlandia dan negara-negara Eropa Timur seperti Estonia, Latvia, Belarus, serta Ukraina. Dari kota terakhir yang kukunjungi di Russia - St. Petersburg - negara-negara tersebut terlihat sangat dekat dan terjangkau. Aku mulai berpikir, kenapa tidak pergi kesana juga? Aku mulai mencari informasi negara-negara di Eropa Timur yang tidak membutuhkan visa bagi Warga Negara Indonesia. Aku menemukan nama negara Armenia dan Belarusia.

Aku mengusulkan kepada calon travelmate, bagaimana kalau kita sekalian mengunjungi Armenia? Sekilas aku melihat negara ini dari google, aku menjumpai negara yang sangat cantik dengan perbukitan dan kastilnya. Negara ini bahkan jarang terdengar namanya di Indonesia, mungkin malah banyak yang tidak tahu lokasinya dimana.

Travelmate setuju, malah beranggapan kita bisa sekalian mengunjungi Eropa Timur yang memiliki kastil-kastil indah. Aku mulai bersemangat! Eropa Timur? Oh, benarkah aku akan merencanakan kesana? Impian yang mungkin sudah kupendam bertahun-tahun. Aku seakan takut membayangkannya.

Aku mulai mencari-cari informasi negara di Eropa Timur yang memiliki kastil-kastil cantik, dan pandanganku tertuju ke Republik Ceko, tepatnya kota Prague. Beberapa orang yang berkeliling Eropa selalu memuji-muji Prague dengan keindahan arsitektur kotanya.

Aku mulai melihat peta Eropa lagi, Eropa Barat terlihat terlalu dekat, serta tiket pesawat murah antar kota di Eropa bertebaran. Aku menatap Italia, mengusulkan nama Roma dan Vatikan kepada travelmate. Alternatif adalah Perancis. Kami mempunyai waktu sangat singkat dengan begitu banyak rencana, klasik khas gaya jalan saya dengan travelmate saya ini.

Dia Setuju!!

Rencana rute : KL - Hanoi - Moscow - St. Petersburg - Riga (Latvia) - Prague (Rep. ceko), Roma (Italia) - Vatican - Moscow - Ho Chi Minh City - KL

PS: Riga (Latvia) kami kunjungi jika ada waktu transit yang memungkinkan dari penerbangan St. Petersburg (Russia) - Prague (Rep. Ceko)

Bagaimana mungkin ini? Aku telah berani memutuskan pergi ke salah satu negara yang sudah menjadi impianku sejak aku kecil. Aku tidak bisa berkata apa-apa. Mungkin memang masih ada tembok visa yang menghadang, tapi aku cukup optimis.

Sekarang ini aku masih berjuang mengumpulkan uang saku dan persiapan untuk membuat visa. Semoga semuanya berjalan lancar. Terimakasih Tuhan!



UPDATE : 
2 November 2016
France is too hard to be missed!

Plan has changed!
What was that??

I decided to skip Czech Republic and choosed France as alternate. Why so suddenly? Well, because I though France was really hard to be missed!

How can I visit those Collosseum, Oblique Tower, Vatican City, without visit Eiffel Tower, Louvre Museum and Notre Damme Cathedral also? It is too close, and airplane ticket cost only 30 USD from Paris to Rome. I can't missed it.

I want to hike Eiffel Tower until it's peak and see Paris City from above. It cost 17 euro. I want to see Leonardo Davinci's most famous work, MONALISA, I want to hang out in outdoor cafe in Paris. I'm so excited!!

Here are my new rough itinerary:

UPDATE : 
21 Desember 2016
Jadwal Penerbangan Berubah....
Pada tanggal ini tiba-tiba aku mendapatkan email dari Traveloka, agen tempat aku membeli tiket KL-Moscow-KL bahwa Vietnam Airlines melakukan perubahan jam penerbangan dengan rincian seperti ini:

Perubahan jadwal penerbangan Hanoi-Moscow. Okelah ya cuma mundur 3 jam dari keberangkatan semula.

Perubahan jadwal penerbangan dari HCMC ke KL, ini juga okelah ya. Cuma mundur 10 menit.

Kedua perubahan penerbangan itu aku merasa tidak masalah dan menyetujuinya. Toh masih di hari yang sama, hanya jamnya maju dan mundur.

UPDATE : 
3 Januari 2017
Berubah Lagi? Mundur 2 hari??Wtf!
Sekitar 3 mingguan setelah aku menerima email perubahan pertama diatas, di 3 Januari 2017 aku menerima email perubahan lagi dari Traveloka yang kedua dengan rincian seperti ini:

Perubahan jadwal penerbangan dari Moscow ke Hanoi, whatt?? Penerbangan yang awalnya tanggal 2 juli berubah jadi 4 juli??

Di perubahan penerbangan yang kedua ini ane udah mulai ilfeel.. lah bisa-bisanya mereka menunda penerbangan selama 2 hari?? Like wtf. Emang mereka ga mikir kalau sampe kita ada acara gimana? Kita kudu kerja gimana?

Dan dengan perubahan kedua ini jadinya aneh dong tiket pulangku. Masak penerbangan Moscow-Hanoi di tanggal 4 juli 2017, tapi penerbangan lanjutannya dari HCMC ke KL di tanggal 3 juli 2017??

La kok penerbangan kedua malah waktunya mundur? wkwkwk

Udah mulai stress ni ane..

UPDATE : 
3 Juni 2017
Ajukan Refund....
Karena perubahan penerbangan yang terkesan semena-mena, yang menyebabkan ane harus ribet koordinasi sana sini dengan V*et*am Airlines dan Traveloka; serta kekawatiran ane bahwa ini bisa aja berubah lagi di detik-detik menjelang keberangkatan, akhirnya ane cancel semua tiket itu huhuhu....

Ane memutuskan batal akan ke negara Rusia dan mau langsung ke Eropa saja. Keputusan yang berbeda 180 derajat! Hahahaha...

LANTAS,bagaimana RUTENYA?

Rutenya nanti adalah seperti ini:
1. Surabaya - KL - Istanbul - Paris - Islandia naik pesawat
2. Islandia - Berlin (Jerman) naik pesawat
3. Berlin (Jerman) - Amsterdam (Belanda) naik bus
4. Amsterdam (Belanda) - Roma (Italia) naik pesawat
5. Roma (Italia) - Santorini (Yunani) naik pesawat
6. Santorini (Yunani) - Athena (Yunani) naik kapal


UPDATE : 
7 Juni 2017
Tiket Pulang

Setelah berhari2 galau masalah tiket yang belum dapat padahal keberangkatan udah 2 minggu lagi (semua tiket PP diatas 10 jutaan) tetiba aku secara tidak sengaja membaca komen salah satu member grup backpacker yg merekomendasikan menggunakan scoot utk penerbangan ke Eropa. Langsung aku buka dan memang harganya sgt miring. Untuk athena - singapura 'only 2.8 juta. Its cheaap. I mean this is europe. Booking menggunakan airpaz. Greece im coming.
.
Untuk tiket berangkat, aku belum dapat. Tapi tadi ada scoot juga denpasar-athena 5 juta. Belum beli yg brgkt karena pembayaranku selalu ditolak entah kenapa. Mungkin ada rekomendasi pesawat murah lainnya? Akan kusikat. Sementara hanya ada pilihan Emirates, Turkish, Malaysia Airlines, Etihad, semuanya mahal amit. Rencana mencari tiket Sing/Kul/Denpasar/Surabaya - Amsterdam.

UPDATE : 
9 Juni 2017
Finnaly... KL-Paris!
Kurang lebih 1 minggu setelah membatalkan tiket KL-Moscow-KL dan sudah menerima refund uangku sekitar 5 jt, dan sudah hunting tiket selama semingguan, aku putuskan membeli tiket KL-Paris dari Turkish Airline seharga 5.5 jutaan. Yeee... Finnaly Eropa!


UPDATE : 
16 Juni 2017
Beli tiket Paris - Reykjavik (Islandia) 67 Euro

Di tagihan "add to chart" tertulis 35 euro untuk tiket bus Paris - Rotterdam. Aku sudah yakin dan bersiap membayar. Tapi entah kenapa perasaanku datar saja. Mana gairah perjalanan seperti yang kurasakan setahun lalu sebelum ke India dan Nepal? Saat itu rasanya begitu menggebu. Sekarang ini, rasanya seperti aku harus menjalani sesuatu tanpa merasakan "excited" tentang itu. Aku sebenarnya bingung terhadap diriku sendiri, "apakah aku benar-benar menginginkan perjalanan ke eropa ini?"
.
Aku bukannya sombong atau sok-sokan. Tetapi dengan tipe perjalananku yang menyukai sesuatu yang menantang dan tidak biasa, aku melihat eropa sebagai tujuan yang terlalu mainstream dan sudah terlalu banyak dikunjungi orang. Aku ingin tempat asing, dimana aku bisa menceritakan detail kehidupan disana. Tempat yg dianggap unik, remote, jauh, tak terpikirkan utk dikunjungi, aku ingin membuat cerita bahwa semuanya SANGAT MUNGKIN dikunjungi.
.
Tiba-tiba ada suara di hatiku yang menyuruh Ke Iceland saja daripada langsung ke rotterdam belanda. Aku langsung membuka situs pencari tiket dan,........ Harga tiket pesawat dari Paris ke Reykjavik hanya 900ribu rupiah saja! Ya ampun, Iceland, suatu negara yang sudah hampir dekat dengan Greenland, Kanada, Scandinavia, memikirkan kesana sj tdk pernah. Aku membayangkan negara yang jauh, mahal, dingin, dan tk terjangkau.Tiba-tiba ada gairah perjalanan yang menyala..... Inilah yang aku cari dan harapkan!

"Dari Iceland, bagaimana kalau lanjut ke Faroe Island (negara kepulauan d sebelah timur Iceland) atau Lofoten Island (gugusan pulau2 di utara norwegia yg berbatasan dgn Laut Norwegia dan Laut Barents?" Suara itu kembali mempengaruhiku, dan harus aku tolak karena tiket yang mahal (utk saat itu). Mahal karena belinya sudah tll dekat dgn keberangkatan.


UPDATE : 
17 Juni 2017
Beli tiket Reykjavik (Islandia) - Berlin (Jerman) 100 Euro

Hari ini aku langsung tancap gas buat cari tiket pulang dari Islandia. Nggak mau nunda-nunda, karena satu hal yang pasti: Islandia itu ada di tengah Samudra Atlantik, dan ya jelas nggak mungkin aku naik dayung sampan dari sana balik ke Eropa, wkwk.


Akhirnya aku mutusin untuk landing di Berlin, Jerman. Rasanya itu titik yang pas banget buat melanjutkan petualangan daratku ke negara berikutnya yaitu Amsterdam (Belanda). Yang penting, tiket pesawat menuju dan meninggalkan Islandia harus udah kelar. Nggak ada tawar-menawar. Karena kalau nggak cepat-cepat diberesin, bisa-bisa malah lupa atau kehabisan, dan itu bisa bikin pusing tujuh keliling kalau sampai jadi mahal.



UPDATE : 
18 Juni 2017
Beli tiket Flixbus Berlin - Amsterdam
Setelah dari Berlin, tujuanku selanjutnya adalah Amsterdam, Belanda. Jaraknya nggak terlalu jauh—sekitar 577 kilometer, dan kalau naik bus, biasanya butuh waktu sekitar 8 sampai 10 jam, tergantung lalu lintas. Karena itu, aku memilih naik bus saja. Selain lebih hemat dibandingkan naik kereta atau pesawat, aku juga bisa lebih fleksibel atur waktunya.

Akhirnya hari ini aku booking tiket bus—pakai FlixBus, maskapai darat andalan para budget traveler. Aku sengaja pilih yang berangkat jam 10 pagi, karena jujur aja aku nggak terlalu suka perjalanan malam. Susah banget tidur kalau kendaraan lagi jalan, dan nggak nyaman bangun di tengah dinginnya subuh entah di mana.

Dengan keberangkatan pagi, harapannya aku bisa sampai di Amsterdam sore hari, masih cukup waktu buat check-in, cari makan, atau sekadar santai-santai di sekitar hostel. Dan yang paling penting: bisa lihat pemandangan sepanjang jalan. Kadang perjalanan darat tuh justru kasih pengalaman yang nggak bisa dikasih sama pesawat—semacam bonus mini road trip antarnegara.



Beli tiket pesawat Amsterdam - Roma naik Vueling Airlines
Setelah berhasil mengamankan tiket bus dari Berlin ke Amsterdam, aku langsung lanjut ke langkah berikutnya: cari tiket pesawat dari Amsterdam ke Roma. Nggak mau kelamaan santai, soalnya makin mepet makin mahal, dan aku udah cukup kenyang dengan drama harga naik tiba-tiba.

Akhirnya nemu juga yang paling masuk akal: Vueling Airlines, maskapai low-cost asal Spanyol. Tapi ya namanya tiket murah, pasti ada ‘konsekuensi manisnya’—jam terbangnya pagi banget, jam 7. Itu artinya aku harus bermalam di bandara Amsterdam, tidur di lantai dingin, beralas jaket dan doa, wkwk.

Ya gimana ya, namanya juga demi hemat. Menginap di hostel cuma buat beberapa jam rasanya sayang. Jadi malam itu, rencananya: ngemper cantik di pojokan lounge publik bandara, sambil nunggu pagi datang dan boarding gate dibuka. 



UPDATE : 
19 Juni 2017
Beli tiket pesawat Roma - Santorini naik Vueling Airlines

Selain Belanda, tujuanku selanjutnya adalah Italia (Roma) dan Yunani (Santorini - Athena). Hari ini aku fokus cari penerbangan dari Roma ke Santorini. Soalnya dua negara ini—Italia dan Yunani—udah masuk daftar wajib banget buat summer trip kali ini. Akhirnya ketemu juga tiket murah naik Vueling Airlines, maskapai budget dari Spanyol. Berangkatnya tengah malam coy. Landing di Santorini jam 03.15 pagi, alamat tidur di bandara. Yaa namanya pesawat murah wkwkwk.. Siap-siap ngantuk, tapi nggak papa deh. Demi bisa lihat sunset Santorini langsung dari tebingnya, semua rasa capek jadi nggak kerasa.


Beli tiket Ferry Santorini - Athena
Yunani, negara terakhir yang aku kunjungi di rangkaian petualangan Eropa kali ini bentuk negaranya berupa kepulauan. Dan pulau pertama yang akan kusambangi adalah Santorini—si primadona Laut Aegea yang konon sunset-nya bisa bikin lupa mantan (wkwk, katanya ya).

Santorini ini aku capai lewat penerbangan malam dari Roma. Jadi dari daratan Italia langsung lompat ke pulau Yunani. Tapi yang perlu dicatat: Santorini bukan satu-satunya tujuan. Karena setelah puas eksplorasi pulau cantik ini, aku akan lanjut ke ibu kota Yunani, yaitu Atena. Nah, Atena ini beda pulau, jadi perlu transportasi laut.

Hari ini, sekalian aku beli tiket ferry dari Santorini ke Atena. Hhh... semoga satu persatu selesai. 


Beli tiket masuk Museum Louvre
Masih di tanggal 19, sekalian juga aku beli tiket masuk Museum Louvre secara online. Mumpung lagi mode planning mode on, ya kan. Tujuannya jelas: biar nanti pas udah di lokasi nggak usah repot-repot antri panjang, tinggal tunjukin e-ticket dan langsung masuk.

Aku memang tipe yang suka museum, apalagi yang legendaris kayak Louvre. Selain Mona Lisa yang sering banget dijadiin highlight, aku juga penasaran banget lihat arsitekturnya, koleksi seni Mesir Kuno, dan suasana dalam museumnya yang katanya megah banget.

Kadang hal-hal kecil kayak beli tiket online ini tuh bikin pengalaman traveling jauh lebih lancar dan menyenangkan. Nggak ada drama kehabisan tiket atau capek antri. Cuma tinggal tap, masuk, dan nikmati semua keajaiban di dalamnya.


Hadeuhhh... Akhirnya sudah semua.. capek ngeluarin uang huhuhu...

[2] Ambon - Ora : Pantai ORA, Primadona Pulau Seram!

Part Sebelumnya : Disini

Making memories together di Resort Ora..

Desa Mata Air Belanda, Pulau Seram, 31 Desember 2017

Aku terbangun perlahan saat jam di ponselku menunjukkan pukul tujuh pagi. Udara sejuk menyelusup ke dalam penginapan, membawa aroma asin laut yang samar. Aku menarik selimut sebentar, menikmati kehangatan sisa tidur sebelum akhirnya bangkit dan berjalan menuju luar kamar.

Matahari sudah naik, tapi sinarnya masih lembut, hanya memberi semburat keemasan di ujung cakrawala. Angin pagi bertiup pelan, membelai wajahku dengan kesejukan yang sedikit dingin. Di kejauhan, suara air laut berulang kali menghempas pasir putih dengan ritme yang tenang. Aku menghirup udara dalam-dalam. Suara burung-burung kecil dari pepohonan di belakang penginapan menambah ketenangan pagi itu. Tak ada hiruk-pikuk, hanya suara alam yang berpadu sempurna—hembusan angin, ombak yang malas menyapa daratan. Penginapanku berbentuk penginapan yg selalu kuidam-idamkan tentang rumah di pinggir pantai, di depannya langsung pantai dangkal yang luas dan pemandangannya? Tidak perlu kata-kata untuk menggambarkannya, setiap sudutnya seperti lukisan hidup yang memanjakan mata. 

Suasana pagi hari di Desa Mata Air Belanda yang penuh ketenangan. Tiada suara lain selain deburan ringan ombak yang penuh irama dan siulan burung.

Pantai bersih, dangkal dan arusnya tenang di depan Desa Mata Air Belanda

Pandanganku tertuju pada Arin, travelmate-ku, yang sudah lebih dulu duduk di gubuk kecil depan penginapan. Ia tampak asyik membaca buku, sesekali membalik halaman dengan tenang. Aku berjalan ke arahnya, membiarkan kaki menyentuh pasir pantai yang masih dingin sisa embun malam. Teksturnya lembut di bawah telapak kakiku, sedikit lembap, seperti belum sepenuhnya tersentuh hangatnya matahari pagi.

Tanpa banyak bicara, aku duduk di sebelahnya, menikmati suasana. Setelah beberapa saat, Fredo dan Mbak Hayu terlihat keluar dari kamar juga. Agenda kami hari ini adalah akan mengunjungi pantai dan resort Ora, sebagai salah satu tujuan primadona disini. Namun kemarin sore bapak pemilik kapal bilang bahwa akan datang menjemput kami jam 10 pagi. 

"Ada yang mau ngopi nggak?" Tanyaku riang. Karena suasana pagi ini akan lebih sempurna dengan sesapan kopi.

"Mau dong," jawab Arin.

"Mau juga," jawab Fredo.

Aku bangkit dan berjalan ke rumah pemilik penginapan, melihat pemiliknya yang sedang sibuk di dapur kecil. Sepertinya menyiapkan sarapan pagi untuk kami. Kami memang mengambil paket sarapan karena disini agak susah untuk mencari makan sendiri.

"Permisi mama, boleh minta air panas? Untuk buat kopi mama" tanyaku. 

"Oh iya ada kak. Tunggu sebentar ya. Nanti kami antarin," jawab mama dengan sopan.

Tidak butuh waktu lama mama kembali datang membawa seteko air panas. Beberapa gelas kopi segera kami buat. Pagi itu suasana terasa menyenangkan dan kegiatan kami isi dengan ngobrol banyak topik . Menurutku memang traveling nggak wajib diisi dengan jalan-jalan terus. Banyak hal yang bisa kita lakukan selama traveling, bahkan hal tersebut sebenarnya mirip dengan aktivitas kita sehari-hari sewaktu tidak traveling. Seperti memasak, minum kopi, baca buku, mainan air, ejek-ejekan. Yang membedakan adalah... Suasananya... Ritmenya... Atmosfernya...


Tidak menunggu lama, mama pemilik penginapan membawakan kami sarapan pagi. Menunya cukup sederhana namun terasa sangat nikmat, nasi sayur, sambal dan ikan goreng. Setelah ngopi dan sarapan, aku, Fredo, Arin, dan Mbak Hayu mendapat informasi menarik dari pemilik penginapan. Katanya, setiap pagi, mata air Belanda akan meninggi hingga airnya meluap ke pasir pantai. 

"Itu bisa langsung diminum kok kak, bersih airnya. Kakak bisa lihat disana, nanti sebentar lagi muncul dari pasir airnya. Tapi dia cuma muncul sebentar aja kak, satu jam-an" tambah mama pemilik penginapan.

Tanpa pikir panjang, kami langsung bergegas menuju pesisir pantai. Sesampainya di sana dan menunggu sejenak, kami melihat sendiri bagaimana pusaran kecil air jernih itu perlahan-lahan mulai muncul dari dalam pasir, mengalir lembut menuju laut. Lima menit menunggu, sepuluh menit menunggu, dua puluh menit menunggu, kami semakin antusias karena volume mata air yang keluar dari pasir semakin banyak. Fredo segera mengambil botol air minum Club yang kosong, mengisinya dengan mata air segar itu, lalu kami bergantian meneguknya. Dingin, segar, dan benar-benar tidak ada rasa seperti air mineral kemasan! 

Sesuai penuturan Mama pemilik penginapan, mendekati jam 10, debit mata air itu mulai berkurang... berkurang... dan berkurang. Lama kelamaan, sudah tidak ada lagi air bersih yang keluar. Yaa... pertunjukan pun akhirnya berakhir, hehehe. Untungnya, tidak butuh waktu lama, bapak kapal sudah datang menjemput kami. Tepat pukul 10, kami bersiap untuk melanjutkan perjalanan. Hari ini, kami akan menuju Pantai Ora. Benar-benar nggak sabar untuk segera sampai dan menikmati keindahannya.

Perjalanan ke Pantai Ora hanya memakan waktu sekitar 15 menit, tapi rasanya seperti melayang di atas lautan biru kehijauan yang begitu bening. Sesampainya di sana, aku langsung dibuat takjub. Pantai Ora ini benar-benar seperti Maldives-nya Indonesia! Resort apung, salah satu ikon terkenal, tampak jelas di depan mata dengan warna coklat yang kontras dengan keindahan warna laut di sekitarnya. Air laut yang berwarna biru kehijauan begitu jernih, sehingga dasar laut yang penuh dengan karang berwarna gelap bisa terlihat jelas dari atas perahu. Resort dan lautan ini dikelilingi oleh perbukitan yang meliuk-liuk indah dan berwarna hijau tosca.

Sambutan pemandangan di Resort Ora...

Sambutan pemandangan di Resort Ora...Tidak bisa berkata-kata...

Wow.. Just Wow...

Bapak kapal akhirnya menurunkan kami di dermaga kecil milik Resort Ora. Dermaga itu bercabang menjadi dua, masing-masing dihubungkan ke bungalow yang sengaja dibangun untuk para pengunjung yang ingin berfoto-foto.

Dermaga Resort Ora..

"Registrasi dulu disana ya kak. Nanti bayar dulu untuk tiket masuk dan berenang. Bisa sewa alat snorkeling dan pelampung juga," pesan bapak kapal.

Resort Ora ini sendiri terletak tepat di tepi pantai, menawarkan pilihan akomodasi baik yang berada di pesisir pantai maupun hotel apung yang mengapung di atas laut. Hotel apung tersebut terlihat dihubungkan oleh jembatan kayu yang tembus ke pesisir pantai, memberikan kesan fotogenik yang selama ini dicari traveler ketika berkunjung kesini. Untuk para pengunjung yang hendak berenang dan berfoto-foto, kami masih diizinkan untuk berfoto dengan hotel yang ada di pesisir, namun tidak diperkenankan untuk memasuki hotel apung via jembatan kayu karena itu khusus untuk tamu hotel apung saja.

'Tenang dan damai banget pasti ya nginap di hotel apung itu', kataku dalam hati. Hihihi.. next time lah..

Kami berjalan menuju bagian registrasi resort yang terletak di ujung dermaga. Kami membayar Rp 25.000 per-orang untuk tiket berenang dan foto-foto. Selain itu aku juga sewa alat snorkel dan pelampung seharga Rp 50.000. Cukup terjangkau sih menurutku.

"Sebelum renang kita foto-foto dulu yuk, biar ga keliatan basah," usulku ke Fredo, Arin, dan Mbak Hayu.

"Setujuu, ayoo!" Jawab Fredo.

Kami berjalan kembali ke bungalow dekat kami diturunkan bapak kapal tadi. Disitu terdapat sebuah kursi yang menjadi spot foto dengan background yang sempurna, yaitu laut biru kehijauan, hotel apung, dan perbukitan hijau yang puncaknya tertutup kabut. Benar-benar pemandangan yang sempurna. Kami tidak bosan berfoto dengan berbagai macam gaya disini, karena ini akan menjadi kenangan abadi yang sangat indah.

Foto bareng...

Foto sendiri.. hehehe..

Puas berfoto, kami mulai turun ke laut perlahan untuk memulai snorkeling. Begitu wajahku menyentuh air, aku langsung disambut oleh segarnya air laut dan dunia bawah laut yang seakan-akan menarikku ke dunia yang sama sekali beda dengan diatas air. Terumbu karang warna-warni terbentang, dihiasi ikan-ikan kecil yang berenang riang. Ada ikan berwarna kuning cerah, biru kehijauan, hingga ikan kecil bergaris-garis hitam-putih yang bergerombol seakan penasaran dengan kehadiran kami. Selain itu aku juga menjumpai ikan nemo berwarna oranye yang berenang lincah kesana kemari. Meski kuakui, pemandangan bawah laut ini bukan ter-thebest yang pernah aku lihat, tapi aku cukup menikmatinya.

Sebelum turun snorkeling..

Mulai snorkeling..

Cukup lama aku melakukan snorkeling, salah satu aktivitas laut yang paling kusukai ini. Aku berenang berputar kesana kemari berusaha merekam sebanyak mungkin pemandangan bawah laut yang bisa kulihat. Fredo, Arin, Mbak Hayu kulihat juga sama, masing-masing asyik dengan dunia bawah laut mereka sendiri. 

Puas melihat dunia bawah laut, aku putar tubuhku menghadap keatas. Ke langit biru yang cerah. Aku memejamkan mata dan membiarkan gelombang air laut membawaku kesana kemari. Aku seperti.. melepaskan beban. Dalam hati aku mengucapkan syukur. Bahwa sepanjang tahun 2017 ini aku diberi kesempatan dan kemampuan untuk mengunjungi beberapa tempat, termasuk tempat impianku. Bahkan di penghujung 2017 ini aku lagi-lagi diizinkan mengunjungi tempat seindah ini.

Feel thankfull for 2017...

Sekitar 1,5 jam berada di air, aku merasa lelah dan segera naik ke atas. Arin dan Mbak Hayu sudah lebih dulu keluar dari air, sementara Fredo masih asyik berenang di kejauhan.

"Eh, tadi aku liat ular laut lo," kata Arin tiba-tiba, dengan wajah serius.

"Hah, masak Rin? Dimana?" Tanyaku, merasa terkejut dan penasaran.

"Itu disana, nggak jauh kok. Warnanya belang-belang putih hitam," kata Arin sambil menunjuk ke spot yang berjarak sekitar 3 meter dari tempat kami duduk di jembatan kayu.

"Wah, ngeri juga ya. Aku nggak lihat tadi," ujarku, sedikit terkejut membayangkan ular laut yang ada di dekat kami. Meskipun aku merasa lega karena tidak melihatnya, tetap saja ada rasa was-was yang tiba-tiba muncul.

Btw ular laut  sebenarnya bukan hewan yang agresif terhadap manusia. Mereka cenderung menjauh jika merasa terganggu atau melihat kehadiran manusia. Meskipun begitu, sebagian besar spesies ular laut memiliki bisa yang sangat kuat, bahkan lebih beracun dibandingkan ular darat seperti kobra.

Namun, ular laut biasanya tidak menggigit manusia kecuali merasa terancam atau terpojok. Gigitan mereka juga sering kali tidak terasa sakit karena taringnya kecil dan sering kali tidak menembus kulit tebal. Meski begitu, jika seseorang tergigit dan bisanya masuk ke dalam tubuh, racunnya bisa menyebabkan kelumpuhan otot, gangguan pernapasan, hingga kematian jika tidak segera ditangani. Oleh karena itu, meskipun ular laut tampak jinak, tetap disarankan untuk tidak mengganggu atau mencoba menyentuhnya.

Beberapa saat kemudian, Fredo akhirnya bergabung dengan kami, dan lagi-lagi kami membahas soal ular laut yang dilihat Arin tadi. Mungkin karena itu, kami akhirnya memutuskan untuk menyudahi snorkeling.

"Foto-foto di resortnya yuk, yang di pesisir," ajak Arin.

"Yukk," jawab kami kompak.

Kami berjalan ke arah daratan, menuju Resort Ora dan pantai di sekitarnya. Kuakui, resort ini benar-benar punya konsep yang keren banget, pasti bakal nyaman dan damai banget kalau bisa menginap di sini.

Resort Ora yang di pesisir...

Namun, aku tak bisa menahan diri untuk kembali masuk ke dalam air melalui pantai di sekitar resort. Air laut yang begitu memikat, dengan gradasi warna yang sempurna, membuatku tergoda. Dari biru kehijauan muda, biru kehijauan yang sedikit lebih tua, hingga biru kehijauan yang dalam, dengan latar perbukitan yang meliuk-liuk dan tertutup kabut di bagian atasnya, benar-benar menciptakan pemandangan yang luar biasa. Hasil fotonya bahkan terlihat sangat fotogenik

Foto dari pantai di depan Resort Ora

Kami menghabiskan waktu hampir 3 jam di Resort Ora. Sekitar jam 1 siang, karena perut sudah mulai keroncongan, kami memutuskan kembali ke penginapan di Desa Mata Air Belanda, dimana disana kami sudah akan ditunggu makan siang lezat yang disiapkan oleh mama pemilik penginapan. Namun apakah kami rela? Oh tentu saja tidaaak... Dari foto-foto diatas bisa terlihat kan... Sangat tidak mudah menggerakkan kaki untuk meninggalkan tempat seindah itu huhuhu....

Bagaimanapun, kami harus tetap melangkah maju kan. Segera kami kembali ke arah dermaga untuk mencari bapak kapal. Tidak sulit bagi kami menemukannya. Dengan berat hati kami naik keatas kapal dan mesin kapal yang meraung menandakan kami mulai berjalan perlahan meninggalkan Resort dan Pantai Ora, salah satu tempat terindah yang pernah kukunjungi. Bye Ora.... 🥰🥰

Perjalanan menempuh waktu 20 menit, dan sesaat setelah sampai penginapan, seperti dugaan kami mama pemilik penginapan langsung mengatur makan siang kami di meja makan. Hari ini menunya sayur kangkung bunga pepaya, ikan laut goreng dan sambal. Kami makan dengan sedikit rakus karena seharian berenang membuat perut benar-benar kelaparan hehehe..Bahkan kami makan siang dengan kondisi baju masih basah.

Makan siang sangat nikmat..

"Renang dulu yuk di mata air, sekalian bilas," kata Fredo setelah kita semua selesai makan. Kebetulan tubuh memang berasa lengket semua karena air laut.

"Yukkk..," kata kami berbarengan.

Seperti yang sudah kuceritakan sebelumnya, tempat kami menginap yang bernama Desa Mata Air Belanda mendapatkan namanya dari aliran mata air yang berasal dari perbukitan tinggi di belakangnya. Konon, mata air ini pertama kali ditemukan oleh orang Belanda, sehingga dinamakan Mata Air Belanda.

Sungai ini terbentuk saking besarnya debit mata air

Saking besarnya debit air, alirannya bahkan membentuk sungai kecil yang mengalir hingga ke laut. Kedalaman sungainya sekitar 30–50 cm, cukup dangkal untuk berenang, tetapi tetap memberikan sensasi segar saat masuk dan merebahkan badan. Berbeda dengan air laut yang hangat dan asin, air dari mata air ini terasa dingin dan segar. Maklum, karena keluar langsung dari bebatuan di bawah permukaan. Kami pun tak bisa menahan diri untuk berenang kesana kemari dan menikmati kesejukannya. Fredo bahkan menggunakan snorkel, padahal sungainya dangkal dan bawahnya pasir putih.. hahahaha..

Di sekitar sungai, suasana juga terasa begitu damai. Pepohonan hijau menjulang di tepiannya, memberikan keteduhan alami. Beberapa burung kecil terlihat terbang rendah di antara ranting-ranting, seolah menikmati sejuknya udara siang ini. Angin berembus pelan, membawa aroma air tawar yang bercampur dengan hembusan laut dari kejauhan.

"Eh, aku mau naik ayunan dong," kata Arin tiba-tiba, matanya berbinar saat melihat sebuah ayunan kayu yang tergantung di bawah pohon besar di tepi sungai.

"Ayoo, Rin! Tak dorong!" sahut Fredo semangat.

Bermain ayunan..

Arin langsung berjalan menuju ayunan dan duduk di sana, kakinya menggantung di atas permukaan air yang jernih. Fredo mendorongnya perlahan, membuat ayunan bergerak maju mundur dengan lembut. Tawa Arin pecah saat aku dan Fredo memercik-merciknya dengan air dingin.

Kami benar-benar menikmati momen ini—suasana yang tenang, air yang jernih, dan kebersamaan yang terasa begitu hangat. Rasanya ingin waktu berhenti sejenak, melupakan semua masalah yang ada di kehidupan nyata sehari-hari. 

Bagaimanapun, ini adalah malam terakhir kami di sini. Besok pagi-pagi sekali, bapak kapal akan menjemput kami untuk kembali ke Desa Saleman, dan setelahny memulai perjalanan panjang kembali ke Ambon. Rasanya waktu berlalu begitu cepat, seakan-akan kami baru saja tiba, namun kini harus bersiap meninggalkan tempat indah ini.

Karena itu, kami bertekad untuk memanfaatkan sisa waktu yang ada sebaik mungkin—menciptakan kenangan yang tak terlupakan. 

Di bawah langit yang mulai gelap, kami duduk bersama di tepi sungai kecil, merendam kaki sambil berbincang santai. Cahaya lampu dari penginapan mulai menyala, menciptakan suasana yang tenang dan hangat. Suara jangkrik dan gemericik air menjadi latar belakang yang sempurna.

"Besok kita udah pulang, ya?" kataku.

"Iya... Rasanya masih pengen tinggal lebih lama," sahut Fredo.

Kami semua terdiam sejenak, menikmati keheningan yang penuh makna. Malam ini adalah kesempatan terakhir kami untuk benar-benar menyatu dengan keindahan tempat ini, menghirup udara segarnya, merasakan ketenangannya, dan menyimpan semua itu dalam ingatan.

Tak ingin membuang waktu, kami pun memutuskan segera mandi dan bersih-bersih. Setelahnya sembari menunggu mama pemilik penginapan menyiapkan makan malam, kami duduk-duduk di gubuk menikmati angin malam yang sejuk ditemani obrolan ringan. Bintang satu persatu mulai muncul di langit seakan ikut menemani obrolan kami. Malam ini bukan sekadar malam terakhir di 2017, tapi juga malam perpisahan yang manis dengan tempat yang telah memberi kami begitu banyak cerita dan kebahagiaan.

Part Selanjutnya : Disini