Life Only Once. Stop Thinking and Just Make It Work

7.27.2024

[PART 1] Ende - Maumere : Bermalam di rumah Fuad

Perjalanan keempat ane menggunakan SJ Travel Pass berlanjut ke Pulau Flores, tepatnya Kota Maumere. Tujuan ane sebenarnya mau ke Ende, tepatnya ke Danau Kelimutu. Tapi karena Sriwijaya Air tidak ada rute direct Surabaya - Denpasar - Ende, jadilah ane mengambil penerbangan Surabaya - Denpasar - Maumere. Dari Maumere ke Ende rencana ane akan naik minibus. Menurut google map sih jaraknya 115 km dan ditempuh dalam waktu 3,5 jam dengan jalan yang 80% kelak-kelok khas Pulau Flores. Well, jalani saja demi Danau Kelimutu!

Ane berangkat dari kos jam 6 pagi, dan sampai di Bandara Juanda 30 menit kemudian. Check in berjalan lancar dan ane mendapatkan 2 boarding pass, Surabaya - Denpasar dan Denpasar - Maumere. Penerbangan Surabaya - Denpasar berlangsung lancar kurang lebih 1 jam. Transit 1 jam, ane lanjut terbang Denpasar - Maumere dan landing sekitar jam 12 siang. Ini kedua kalinya ane menginjakkan kaki di Pulau Flores, dimana pertama kali itu adalah tahun 2014 saat ikut proyek ke Labuan Bajo. Seneng banget rasanya bisa kembali ke pulau ini, apalagi bayangin bisa mengunjungi salah saru destinasi wisata paling utama di Indonesia, Danau Kelimutu.
Keluar dari bandara ane mengiyakan salah satu taksi yang menawari mengantarkan ke pool bis yang mau ke Ende. Seinget ane tarifnya 100ribu. Menurut ane cukup reasonable karena naik mobil. Selain itu ane juga ga punya option lain dan belum sempet browsing jadi gas aja. Jarak dari Bandara Frans Seda ke pool bis yang mau ke Ende cuma 15 menit, dan kesan pertama ane tentang Kota Maumere adalah cukup panas dan agak gersang.

Turun dari taksi ane langsung dapat minibus tujuan Ende. Namun sebelumnya ane sempatkan makan siang di warung dekat pool itu dulu. Perjalanan Maumere + Ende akhirnya dimulai. Penumpang nggak terlalu banyak dan ane duduk di kursi tengah dengan nyaman.

Perjalanan berlangsung cukup lama melalui kelak-kelok yang seakan tanpa akhir. Minibus juga beberapa kali berhenti di rumah warga baik untuk menurunkan penumpang, menaikkan penumpang ataupun mengambil barang titipan. Ane menikmati setiap pemandangan yang tersaji di depan, sambil sesekali bersyukur dalam hati bisa kembali menginjakkan kaki di Pulau Flores. Sekitar jam 6 sore, akhirnya kami sampai di Kota Ende.

Imam sempet nanya ane mau nginap dimana. Ane saat itu sebenarnya udah di halaman hotel di Kota Ende yang mau ane inepin, rencana tanya langsung harganya di dalam. 

Lah kesini aja tidur di rumah Fuad. Kita juga nginep bareng-bareng disini. Nanti biar Fuad yang ngantarin kamu juga ke Danau Kelimutu.

Sebenarnya ane tipe orang yang ga enak kalau ngrepotin tinggal dirumah orang. Tapi akhirnya ane iyakan aja supaya bisa nambah temen dan supaya Fuad ga repot-repot jemput ane kesana kemari. Ditambah lagi sesuai dengan prinsip awal ane ingin berhemat. 

Imam mengabari via WA kalau kita langsung ketemu di warung makan aja, nanti baru bareng-bareng ke rumah Fuad. Ane segera naik ojek kewarung tersebut dan bertemu Imam, Fuad serta banyak kawan lainnya. Disitu ane berkenalan dengan mereka dan emang mereka itu sebaik dan seramah itu. Bahkan malah makan ane dibayarin Imam, buset nggak enak banget deh ane. Ane berjanji nanti harus gantian ane traktir mereka kalau makan bareng lagi.

Sorenya setelah magrib, Imam, Fuad dan temen-temennya ngajak ane nongkrong di cafe di tepi pantai. Disitu ane pesen pisang goreng coklat dan es coklat dan kita bercerita banyak. Nongkrong selama 1.5 jaman disitu, tiba-tiba ada yang ngajakin ke Bukit xxx. Katanya dari Puncak Bukit itu bisa lihat Kota Ende dan Pelabuhan Ende. Ane setuju-setuju aja, dan saat udah mau berangkat tiba-tiba temen Imam berjalan ke kasir mau membayar jajan kita malam ini. Ane yang merasa nggak enak tadi udah ditraktir makan, langsung menahannya dan bilang kali ini ane yang bayar. Untungnya temen Imam setuju dan ane kemudian membayarnya.

Perjalanan kita lanjutkan bareng-bareng naik motor ke titik pendakian bukit tersebut, berupa rumah-rumah warga sehingga nggak terlalu sepi. Dari situ kita membayar tiket masuk dan memulai pendakian selama 20 menit sampai puncak bukit. Pendakiannya cukup curam, namun nggak terlalu melelahkan.

Sampai di puncak, memang benar kita bisa melihat kerlap-kerlip Kota Ende dari ketinggian dan aktivitas nelayan yang mencari ikan. Disini aktivitas kita foto-foto dan cerita-cerita sampai sekitar 1 jam.

Sesaat kemudian kita turun dan meluncur kembali ke rumah Fuad. Disana sempat ngobrol-ngobrol sama keluarganya Fuad sampai sekitar jam 10 ane disuruh segera istirahat sama Fuad karena kita berencana akan otw ke Danau Kelimutu jam 3 pagi ini. Wowww.... Melintasi Jalan Trans Flores jam 3 pagi. Semoga aman ya!

7.26.2024

Dubai, 7 Mei 2023 : Finnaly visit Burj Khalifa and Surround!

Pesawat Air Astana yang ane tumpangi sedikit demi sedikit mulai menurunkan ketinggian. Ane mulai bisa melihat landscape Kota Dubai dari ketinggian. Padang pasir berwarna coklat keemasan tanpa batas. Sesekali terlihat adanya oasis-oasis dan sedikit pepohonan, dan pemukiman-pemukiman warga. Ane udah membatin, negara ini kayaknya bakal panas banget.


Beberapa orang berteriak saat pesawat mengalami turbulensi cukup kencang saat pesawat udah mau landing. Haha ane nikmatin aja sensasi roller coaster ini. Penerbangan selama 4 jam 40 menit dari Almaty ke Dubai akhirnya berakhir saat roda pesawat menyentuh landasan Bandara Internasional Dubai. Jam lokal menunjukkan pukul 1 siang, dimana ane mempunyai waktu transit 14 jam disini sebelum penerbangan lanjutan Dubai - Kuala Lumpur. Hal ini tentulah tidak ane sia-siakan, ane harus masuk negara ini dan liat Burj Khalifa! Burj Khalifa sendiri merupakan gedung pencakar langit tertinggi di dunia, dimana ketinggiannya mencapai 828 meter. Kapan lagi kan? Mumpung transit panjang. Ane juga udah merencanakan ini jauh-jauh hari sehingga udah bikin visa transit Uni Emirat Arab, dan sengaja memilih penerbangan yang landing Dubai siang dan layover diatas 12 jam.


Turun dari pesawat ane segera mengikuti tanda baggage claim/immigration, tapi disini ane langsung ke imigrasi karena koper-koper yang berat akan langsung dioper oleh maskapai dan diambil di tujuan akhir Kuala Lumpur. Ane tidak menjumpai masalah berarti saat di imigrasi dan E-visa yang telah kami print tidak diminta oleh mereka (mungkin ketika paspor kita discan udah muncul otomatis data Evisa kita di mereka). Dan sebagai welcome gift dari Pemerintah Dubai, kita malah dikasih free simcard dan paket internet 1 gb. Mantaap! Terimakasih Dubai. Tau aja kamu mahal jadi dikasih paket internet gratis buat eksplor sejenak wkwkwk...

Selanjutnya seperti biasa ketika memasuki negara baru, ane harus punya mata uang negara tersebut. Kebetulan sebelum terbang dari Almaty tadi pagi, ane udah nukar sisa uang Tenge Kazakhstan ke Dirham UEA. Kebetulan menurut ane masih cukup jadi ane nggak tarik tunai lagi. Uang lokal dan paket internet sudah beres, target selanjutnya sebelum keluar bandara adalah menitipkan tas ransel ane yang superberat karena ada laptop didalamnya. Ane sama sekali nggak memilih option membawa tas laptop ini ikut jalan, adoohh...bisa bonyok nanti punggung ane dihajar gravitasi wkwkwk... Laptop ane dan chargernya aja beratnya udah 4-5 kg. Masih ditambah barang-barang lainnya di tas.

Browsing sejenak, Emirates Airlines ternyata ada layanan penitipan bagasi /luggage storage di bagian kedatangan/arrival di Terminal 3. Setelah mencarinya sejenak, ane menemukannya dan menitipkan 1 ransel daypack seharga 35 dirham atau setara kira-kira Rp 154.000. Legaaa... Akhirnya ane bisa segera jalan keluar bandara!

Ane udah browsing sebelum berangkat, dan cara paling hemat untuk keliling Kota Dubai adalah menggunakan transport umum yang mencakup metro serta bis. Untuk naik transport umum di Dubai kita membutuhkan kartu namanya Nol Card, dimana Nol Card bisa dibeli yang model day pass, artinya cukup beli satu kali bisa dipakai seharian seharga 20 dirham atau Rp 88.000. Belinya bisa dilakukan di stasiun metro yang berada di dalam bandara.

Ane membelinya dan segera menaiki metro red line untuk menuju ke halte terdekat dengan Burj Khalifa yaitu Halte Dubai Mall. Perjalanan berlangsung singkat selama 20 menit, dan ane bener-bener bisa melihat pemandangan sekilas Kota Dubai. Gedung-gedung modern pencakar langit, jalan-jalan yang lebar, mobil-mobil mahal berseliweran adalah pemandangan yang mendominasi. Suasana di dalam metro cukup padat dan kebanyakan seperti orang India. 



Pada awalnya kita jalan dengan santai melewati bagian dalam Dubai Mall. Beberapa kali ane bertanya kepada satpam arah ke Burj Khalifa dan diarahkan terus luruss aja. Ane terus mengikuti arahan, mengikuti rombongan orang-orang yang 'sepertinya' mau ke Burj Khalifa juga, serta beberapa kali cek goole map,  dan perasaan kok nggak sampe-sampe ya?! Jadilah ane jalannn... Jalan.... Dan jalan... Menyusuri mall selama kurang lebih 2 km sampai akhirnya menemukan jalan keluar mall yang mengarah ke Burj Khalifa.. ya ampunnnn... Semploh kakinya rek!




Matahari masih bersinar terik membuat ane cukup kesulitan untuk berfoto dengan Burj Khalifa. Ane akhirnya muter-muter area di sekitar Burj Khalifa yang dipenuhi dengan mall, restoran, hotel, dan segalanya yang fancy-fancy.


Pukul 4 sore kita sempat melihat pertunjukkan air mancur dengan lagu India yang bersemangat. Dan satu fakta yang ane tau memang, sebagian besar orang yang ane lihat itu di sekitaran Dubai itu memang look-nya seperti orang India. Dan setelah ane baca, memang Dubai itu 80% berisi expat dari India. Orang lokal UEA sendiri malah hanya 10%, sisanya 10% dari negara lain-lain. Pantes aja....


Selesai melihat pertunjukkan air mancur, ane masih sempet jalan-jalan di sisi lain Burj Khalifa. Sore itu suasana begitu ramai, banyak orang yang datang khusus untuk berfoto-foto. Suasana panas membuat ane cepet laper, tapi ga berani jajan karena setangkup es krim aja 25 AED atau setara 100ribuan 😁😁.

Setelah puas berkeliling, ane masih punya tujuan 1 lagi yaitu Burj Al Arab, yaitu gedung pencakar langit di tepi pantai. Jam sebenarnya sudah cukup sore, dan matahari sudah hampir terbenam. Cuma ane merasa nanggung aja kalau nggak kesana sekalian. Akhirnya berbekal google maps, kita berjalan ke arah jalan raya dan menunggu bis di bus stop yang bentuknya sama sekali tidak meyakinkan karena berada di tepi jalan raya yang ramai banget.

Menunggu dan menunggu, selama kurang lebih 10 menit, kok tidak ada tanda-tanda ada bus yang lewat yaa. Matahari juga menunjukkan tanda-tanda udah mau terbenam. Jalan raya didepan ane didominasi oleh mobil-mobil berkecepatan tinggi. Ane nggak melihat satupun bus yang melintas.

Beberapa saat kemudian ane akhirnya menyerah, karena walaupun dapat bus ke arah Burj Al Arab, ane masih harus jalan kaki 1 km lagi. Belum nunggu bus pulangnya yang pasti bakal berasa horror kalau tempatnya sepi dan gelap. Ane akhirnya putuskan jalan pulang saja kembali ke bandara, karena kaki rasanya juga udah semploh banget jalan kaki berkilo-kilometer hari ini. Urat paha sama betis udah sakit semua🥲🥲.

Oh tapi tidak semudah itu ya.. wkwk.. untuk menuju ke stasiun metro terdekat, ane harus jalan kaki +- 2 km kembali. Tapi karena tidak mau lewat bagian dalam Dubai Mall lagi, ane putuskan jalan kaki menyisir jalan raya. Kebetulan keadaan masih ramai dan beberapa orang terlihat berjalan kaki juga jadi ane PD aja. 

Disepanjang jalan ane sempatkan foto-foto juga dengan gedung-gedung modern di Kota Dubai. Memang negara ini sangat fancy sih. Hidup disini bakal enak banget kalau punya banyak duit hehehe...


Ane sempet harus berhenti beberapa kali karena urat kaki rasanya bener-bener kayak mau putus. Berjalan kurang lebih 45 menit, sampailah kita di Stasiun Metro. Akhirnyaaa... Kami mengambil metro red line dan segera kembali ke Bandara.




Perjalanan ke bandara ditempuh selama kurang lebih 20 menit. Malam itu ane sempat mandi dan bersih-bersih untuk persiapan penerbangan Dubai - KL. Dan karena bener-bener kecapekan, ane tidur sangat enak di 6 jam penerbangan Dubai - KL. Hanya bangun pas makan.  Hihi.. thank you Dubai City untuk pengalamannya.


7.25.2024

Abu Dhabi, 26-27 April 2022 : Mengunjungi Yas Bay Waterfront Dini Hari Sewaktu Transit

Trip ke Abu Dhabi ini merupakan rangkaian dari Trip Turkey - UEA - Serbia yang kulakukan dari 23 April 2022 - 13 Mei 2022. Perjalanan ke Abu Dhabi ini ane lakukan saat transit penerbangan Jakarta - Istanbul.

Cerita selanjutnya disini.


Pesawat Etihad yang ane tumpangi sukses mendarat dengan mulus di Bandara Internasional Zayed, Abu Dhabi. Saat itu jam setempat sudah menunjukkan pukul 23.00, dimana ane mempunyai waktu transit sampai pukul 09.30 esok hari sebelum melanjutkan penerbangan Abu Dhabi - Istanbul, Turkiye. Rencana awal ane adalah ane pengen keluar eksplor Kota Abu Dhabi sejenak. Turun dari pesawat, setelah berjalan masuk ke gedung bandara, kami dihadapkan pada 2 pilihan, belok kiri untuk langsung masuk di zona transit, atau lurus naik tangga untuk menuju baggage claim/imigrasi. Masuk zona transit artinya ane tinggal nunggu aja penerbangan Abu Dhabi - Istabul esok hari jam 9.30 di zona transit. Kegiatan yang dilakukan bisa dengan cari spot tidur dan tidur sepuasnya. Masuk ke arah baggage claim/imigrasi artinya ane bisa masuk negara Uni Emirat Arab sejenak.

Setelah berpikir sejenak, ane ambil pilihan lurus naik tangga. Artinya ane putusin masuk negara Uni Emirat Arab, toh kita sudah punya E-visanya dan memang rencana awalnya begitu. Sebelum berangkat pun ane sudah browsing apakah aman jalan di Abu Dhabi tengah malam, dan hasil pencarianku mengatakan Abu Dhabi dan Dubai adalah termasuk kota teraman di dunia bahkan untuk traveler perempuan jalan sendirian di malam hari.



Setelah memutuskan masuk, ane segera tarik tunai dirham (AED) di ATM dan membeli paket internet 24 jam. Karena hanya beberapa jam aja, ane mengambil sekitar 250 dirham/1 jutaan rupiah dan membeli paket internet roaming 24 jam. Kelar urusan uang dan paket internet, ane segera maju ke imigrasi. Petugasnya seorang pria yang kesan awalnya tidak terlalu ramah. Aku menyodorkan paspor dan print E-visaku, tapi dia hanya mengambil paspornya. Sepertinya memang E-visa ane sudah terdeteksi otomatis ketika si petugas scan paspor ane, jadi nggak wajib membawa print-nya.

"Swab you finger," kata petugas tersebut dengan nada dalam dan tegas.

Saat itu - April 2022 - seperti kita tau bahwa dunia baru saja setengah pulih dari Covid 19. Jadi segala sesuatu yang bersifat sentuhan (yaitu scan sidik jari di alat pendeteksi sidik jari) dibatasi. Disini dilakukan dengan 'menggeser 5 jari secara melayang' diatas alat pendeteksi, jadi tidak menempelkannya seperti biasanya. Ane yang ga terlalu ngerti perintah malah menempelkan jari ane ke alat pendeteksi tersebut.

"SWAB," katanya mulai meninggikan tangan.

"How, like this?" Kataku. Ane mencoba beberapa kali tapi masih salah.

"SWABB!!!" jawabnya setengah membentakku.

Ane akhirnya menggeser 5 jari secara melayang dengan ragu dan akhirnyaaa emang itu yang bener. Ane sempet kesel banget dengan perlakuan imigrasi yang sangat 'ramah' itu, tapi berusaha melupakannya. Benar-benar sambutan yang sangat 'baik'.

Bagaimanapun ane akhirnya lega bisa melewati imigrasi dan melihat pemandangan Kota Abu Dhabi pertama kalinya. Saat itu terlihat banyak orang-orang yang duduk-duduk menunggu jemputan di area kedatangan bandara. Ane segera duduk dan mengutik-utik aplikasi uber. Ane sebenarnya pengen banget mengunjungi salah satu ikon religi di Abu Dhabi yakni Masjid Agung Sheikh Zayed, salah satu masjid paling besar di dunia dengan 82 kubahnya yang kembaran dengan Masjid Agung Sheikh Zayed di Solo. Namun setelah browsing lebih lanjut, ternyata jam 22.00 masjid tersebut sudah tutup. Ane segera mencari tujuan alternatif yang bisa dilihat/dinikmati tengah malam dan lokasinya tidak jauh dari bandara. Ane menemukan Yas Bay Waterfront yang berjarak 7 km dari Bandara Internasional Zayed. Yas Bay Waterfront ini terletak di Pulau Yas, pulau yang awalnya menjadi satu dengan dataran utama kota Abu Dhabi, namun sengaja dipisah dengan membuat kanal yang memanjang di sebelah timurnya. Di Pulau Yas ini juga terdapat sirkuit balap mobil Grand Prix, taman hiburan, pantai dan lapangan golf.


Yas Bay Waterfront, tempat yang ane kunjungi ini terletak di bagian selatan Pulau Yas. Jadi konsepnya di sepanjang pinggir pantai itu terdapat jalur pejalan kaki yang mengelilingi bagian selatan Pulau Yas, dimana di sepanjang tepi pantai juga akan banyak restoran, cafe, bar, dan hotel. 
Bayangan yang muncul di kepala ane pasti mirip Marina Bay Walk di Singapore. Dan ane yakin pastilah area itu masih ada orang-orang lah ya.. masih ramai meskipun tengah malam. Ane segera memesan Uber ke titik tersebut dan langsung mendapatkan mobil Lexus. Buset ojek online aja pakai Lexus ya disini! Wkwkwk


Tidak sulit bagi ane untuk menemukan Lexus tersebut.  

Mutar-mutar di kawasan mall, pedestrian tepi laut. Patung astronot, stadium etihad.

Duduk-duduk sampai sekitar jam 1 pagi, suasana sepi, kembali ke bandara.

Beli kopi, mie sama pisang habis 240ribu.

Boarding to Turkey.

7.22.2024

[1] Sawadee Kamboja : Perjalanan Bangkok - Siem Reap dan Pasar Malam Angkor

Trip ini merupakan rangkaian trip Thailand - Kamboja - Malaysia yang kulakukan dari 23 Januari 2012 - 2 Februari 2012

PART sebelumnya : DISINI

25 Januari 2012

Kelelahan akut karena terlalu semangat seharian menjelajah Kota Bangkok kemarin membuat tidur ane sangat nyenyak. Oiya kemarin sebelum pulang penginapan kita sudah membeli tiket travel dari Bangkok ke Siem Reap (Kamboja) juga. Well, kok secepat itu meninggalkan Kota Bangkok? Karena kita merasa kayaknya udah semua wisata utama di Bangkok dikunjungi seperti Wat Phra Kaeo, Wat Pho, Wat Arun, Wat Indrawihan, Khaosan Road, MBK. Udah ga ada tempat spesifik yang ingin kita kunjungi lagi, jadi kita memutuskan langsung geser ke tujuan selanjutnya untuk menghemat waktu dan uang, Kota Siem Reap, Kamboja. Tujuan utama kesana tak lain tak bukan adalah ke Angkor Wat.

Pagi itu setelah sarapan kami dijemput oleh mobil travel sekitar jam 07.30. Dari tempat penjemputan kita di-drop di kantor utama travel dan digabung dengan beberapa traveler lainnya dari berbagai macam negara. Ada traveler dari Jepang maupun Eropa. Setelah menunggu sejenak, perjalanan akhirnya dimulai. Rutenya adalah Bangkok - Aranyaphratet (kota perbatasan Thailand - Kamboja), disambung imigrasi keluar Thailand, imigrasi masuk Kamboja, kemudian Poipet (kota perbatasan Kamboja - Thailand) ke Siem Reap. Perjalanan yang bakalan cukup panjang dengan total jarak tempuh 400 kilometer dan waktu tempuh 7 jam. Sepertinya hari ini bakalan panjang, apalagi sambil melewati imigrasi kedua negara yang ane gatau bakalan berapa lama.

Perjalanan Bangkok - Aranyaphratet berlangsung selama 3 jam lebih, dan akhirnya tibalah saat kita harus menghadap imigrasi. Ane dan Alfi tidak menjumpai masalah berarti di imigrasi keluar Thailand. Selanjutnya menggunakan mobil van yang sama kita dibawa ke suatu tempat dan diarahkan untuk mengisi kartu kedatangan negara Kamboja. Ane disini sekalian jajan karena udah lumayan laper.
Dari sini, kami dibawa ke imigrasi masuk Kamboja yang berjarak sekitar 500 meter dengan mobil bak terbuka. Saat itu mobil bak benar-benar penuh teman-teman dari berbagai kewarganegaraan (Jerman, Perancis, Jepang, Korea). Sampai imigrasi masuk Kamboja, perjuangan selanjutnya dimulai.



Saat itu kami melihat antrian imigrasi yang sangat panjang, bahkan sampai melebihi lorong antrian ke jalan raya. 

'Wah la ini.. wes... Bakal lama..' keluh ane dalam hati.

Ane mulai berdiri di belakang bule-bule yang berbadan besar. Dari mulai panggul tas backpack, sampai nggak kuat dan ane seret-seret dibawah saking lamanya. Beberapa traveler lain terlihat sangat kelelahan sampai duduk di lantai. Dengan kecepatan siput akhirnya 2 jam kemudian kami mendapatkan stempel masuk negara Kamboja hhh.....kami disambut dengan kota kecil yang berdebu. Meskipun memiliki aksara yang hampir mirip - Thai dan Khmer - ane sadar ane udah memasuki negara lain. Artinya bahasa lain, mata uang lain dan budaya lain. Mata uang resmi di Kamboja sendiri adalah USD dan Riel Kamboja. Jadilah di perbatasan itu ane menukar beberapa USD ke riel karena pengen punya uang pecah juga.

Setelah semua rombongan di mobil travel selesai urusan imigrasi, perjalanan kami berlanjut dengan bus yang lebih besar. Jarak yang masih harus kami tempuh adalah 150 km dengan jarak tempuh 2,5 jam. Saat itulah ane melihat masih banyak kemiskinan di negara ini. Rumah-rumah dari bambu, anak-anak kecil berpakaian lusuh yang berlarian, jalanan yang berdebu. Supir kami bahkan mengatakan negara ini masih sangat miskin, dan banyak fasilitasnya yang masih dibawah standar. Sesuatu yang benar-benar ane saksikan sendiri dari jendela mobil. Titik air mata tanpa sadar menetes dari sudut mata ane. Ane emang nggak kaya, bahkan masih mahasiswa. Tapi paling nggak bisa kalau melihat sesuatu yang seperti ini. Padahal mungkin saja hidup mereka baik-baik aja dan bahagia kan....



2,5 jam kemudian kami telah sampai di pool travel di Kota Siem Reap. Disitu kami langsung dikerubungi oleh orang-orang yang menawarkan jasa taksi maupun tuk-tuk. Karena ane dan Alfi belum booking tempat untuk kita nginap malam itu, kami ditawari oleh supir taksi penginapan yang katanya seharga 1000 baht. Karena merasa tarifnya masih masuk kami OK-kan saja. Bapaknya menyuruh kami menunggu sebentar untuk dicarikan barengan. Dan akhirnya ane dan Alfi bareng sama 2 orang bule yang sepertinya mau ke penginapan yang sama. 

Beberapa saat setelahnya kita berangkat naik mobil dan sampai di penginapan tersebut. Sampai disana kami disuruh menunggu dibawah, sedangkan si bapak sibuk bolak balik nganterin si bule lihat kamar. Kami benar-benar dicuekin sampe akhirnya Alfi angkat bicara,

"And how about us?"

"Oke-oke you two come here."

Hhh.. akhirnya! Setelah daritadi yang diurusin si bule terus!

Kita dibawa ke kamar atas, dan menurut ane udah lumayan bagus lah. Kamarnya lumayan besar dengan twin bed dan TV tabung. Sudah sangat cukup bagi kami berdua. Toh hanya berencana 2 malam saja disini sebelum kembali ke Bangkok lagi. Kami melakukan pembayaran dan setelahnya langsung melemparkan diri ke kasur. Hhhh....benar-benar melelahkan hari ini.


Sesaat kemudian kita berdua menyadari kita laper banget. Setelah diskusi sesaat, akhirnya ane usul ke Alfi, gimana kalau kita coba cari ke bawah. Siapa tau ada warung gitu kan. Ternyata ada warung lokal yang jual, dan kita memesan nasi telur.
Malam itu akhirnya kita putuskan jalan-jalan melihat Pasar Malam Angkor. Di pasar itu dijual pernak-pernik seperti gelang, kalung, selendang. Selain itu ada baju-baju khas Kamboja, topi, massage, dan berbagai macam oleh-oleh lainnya. Sebenarny kaki ane masih berasa banget capeknya habis menjelajah Kota Bangkok kemarin, dan sangat tergiur dengan tawaran massage yang banyak disitu. Namun saat itu kondisi kaki ane adalah baru kurang dari 3 minggu yang lalu operasi mengeluarkan patahan jarum yang terinjak. Jadi ane ngeri-ngeri sedap kalau massage takut itu kaki kepijet. Padahal mah udah linu-linu banget apalagi paha dan betis.
Sekitar jam 10 malam, akhirnya kita pun kembali ke penginapan dan tertidur dengan nyenyak. Besok kita akan ke Angkor Wat, siapkan fisik!

7.21.2024

[Part 1] Journey to BELITUNG : Batu Granit di Pantai Tanjung Kelayang

Setelah sukses pecah telur menggunakan 'Sriwijaya Travel Pass' pertama kali ke Ternate dari 27 April 2018 - 2 Mei 2018 lalu, ane memantapkan hati membeli tiket ke tujuan kedua, Pulau Belitung. Ane resmi membeli tiket dari Surabaya - Jakarta - Tanjung Pandan PP hanya dengan membayar Rp 385.000 pada 11 Mei 2018, dimana biaya yang ane bayar hanya IWJR, admin, dan pajak. Base fare tiket pesawatnya gratis. Karena keterbatasan waktu libur ane, agan bisa liat tanggal keberangkatan dan kepulangan. Hanya selisih sehari! 😁😁. Berasa jadi sultan aja. Beberapa hari sebelum pergi ane juga udah booking Hotel Surya Belitung seharga Rp 120.000/malam dan udah janjian sewa motor juga. Penginapannya ane pilih memang yang di tengah kota supaya gampang kemana-mana dan gampang cari makan.

Pagi itu ane berangkat jam 4.15 dari kosan ane di Surabaya Pusat naik motor. Sampai di Bandara Juanda setengah jam kemudian dan ane merasa lapeerr banget karena belum sempat sarapan. Ane berencana beli sarapan yang murce-murce aja nanti pas transit di Jakarta. Ane tidak menemui kendala berarti sewaktu check in, dan penerbangan Surabaya - Jakarta berlangsung dengan lancar selama 1 jam 10 menit. Ane landing di Jakarta sekitar jam 06.30 dan punya kesempatan transit sampai jam 08.00.

Segera saja ane keliling dan mencari tempat sarapan murah. Kenapa harus cari yang murah? Karena dengan SJ Travel Pass ini kan ane bakalan sering pergi-pergi random gini, jadi ane harus pandai berhemat supaya gak boncos. Pencarian ane akhirnya ketemu dengan Roti'o seharga Rp 12.000/roti dan sebotol air mineral seharga Rp 8.000. Sebenarnya sama sekali tidak mengenyangkan namun yah ini satu-satunya pilihan ane untuk berhemat hehe. 'Udahlah nanti aja makan beratnya pas udah sampai di Belitung,' kata ane dalam hati.

Duduk-duduk sebentar, sekitar jam 08.00 akhirnya sudah ada panggilan untuk penerbangan Jakarta - Tanjungpandann (Belitung). Pesawat yang digunakan ternyata Boeing 737-500, kayak versi mini dari 737-800. Penerbangan berlangsung selama 1 jam 15 menit dan ane mendarat dengan aman di Bandara H.A.S Hanandjoeddin di Pulau Belitung. Salah satu yang membuat ane cukup prihatin sebelum landing adalah, di Pulau Belitung ini terlihat begitu banyak lubang-lubang penambangan berwarna putih (kemungkinan timah). Ane nggak tau itu masih beroperasi produksi atau nggak, tapi terlihat belum direklamasi. Sedih banget lihatnya....

Bandaranya cukup kecil, dan karena belum sempet browsing ane sempet kebingungan harus naik apa ke pusat kota Tanjung Pandan yang jaraknya sekitar 10 km dari bandara. Saat itu kebanyakan penumpang lain sudah dijemput sama keluarganya naik mobil pribadi. Sebenarnya cukup banyak taksi yang menawari, namun karena ane ingin berhemat, ane lebih pengen naik DAMRI yang setelah ane google katanya ada. Ane segera nanya ke petugas keamanan bandara dan diarahkan ke tempat naik bis damri.

Sesaat kemudian ane menemukan bus DAMRI tersebut. Suasananya sepi, dan tidak terlihat adanya penumpang lain yang ikut mengantri. Ane masih mikir, oh mungkin masih nunggu penumpang lain kali ya. Namun beberapa saat kemudian ane melihat supir dan keneknya udah masuk, dan ane pun dipersilahkan masuk dimana itu penumpangnya bener-bener cuma ane sendirian wkwkwk.

Supir dan keneknya lumayan baik, mereka menjelaskan kalau emang biasa ga ada penumpang seperti itu sehingga mereka akan jalan ke kota menyesuaikan dengan ada/tidaknya penumpang. 

"Ohh.. emangnya nggak rugi ya pak DAMRI-nya kalau gitu?"

"Ya sebenarnya rugi mbak. Jaraknya kan lumayan 10 km. Tapi ya kita harus tetap melayani masyarakat," jawab pak supir.

"Hmm betul juga ya pak," Jawabku.

"Trus mbaknya sendirian ke Belitung sini? Dari mana?" 

"Surabaya pak. Iya pak sendiri. Cuma 2 hari aja, besok udah pulang. Ini karena tiket pesawatku kesini gratis pak," jawab ane karena ga mau dikira terlalu sombong kok 2 hari doank disini wkwk.

"Wah keren ya mbak, nanti kunjungin A, B, C aja mbak," katanya sambil menjelaskan spot-spot yang wajib ane kunjungin selama di Pulau Belitung.

"Baik siap pak."

"Mbaknya nginap dimana? Nanti kita akan turunkan didepannya."

"Saya di Hotel Surya pak. Di dekat bundaran. Oya untuk tarifnya ini berapa ya pak?"

"Terserah aja mbak, dari mbaknya?"

'Lo, terserah? Bukannya ada tarif resminya ya?' kata ane dalam hati. 'Oh mungkin karena ane satu-satunya penumpang dan diantarkan langsung ke tujuan kali ya. Kasi berapa ya enaknya?' kata ane dalam hati.

Jalanan Pulau Belitung yang sepi membuat waktu tempuh untuk jarak 10 km itu lumayan cepat. Sebelum turun ane membayar Rp 100.000 dan mengucapkan terimakasih.

Meskipun masih jam 10 si empunya hotel mengizinkan ane check in lebih cepat. Hotel ane berupa hotel sederhana dengan 2 twin bed, sebuah meja kecil, dan kamar mandi luar. Sudah lebih dari cukup buat ane istirahat, karena bagi ane murah gpp asalkan bersih. Toh sesuai dengan visi misi ane setelah membeli Sriwijaya Travel Pass, mau backpackeran keliling nusantara dengan dana seminim mungkin yang penting dapat pengalaman sebanyak mungkin. 

Sesaat kemudian motor sewaan ane diantarkan, sebuah scoopy berwarna biru. Ane sempet istirahat di kamar dan browsing apa saja yang kira-kira harus ane lakukan setelah ini. Karena jujur datang ini ane masih buta banget dengan Pulau Belitung. Setelah browsing singkat akhirnya ane menemukan beberapa spot yaitu Mie Atep (untuk makan mie bangka), Danau Kaolin dan Pantai Tanjung Tinggi/Tanjung Kelayang. Oke, target dikunci.

Tujuan pertama ane adalah Mi Atep Belitung yang cuma berjarak 350 meter dari Hotel Surya. Berdasarkan browsing ane, makanan ini, di lokasi ini yang selalu direkomendasikan blogger-blogger buat nyoba mie khas belitung. Dan rasanya emang enyaaak manis-manis gurih, disempurnakan dengan guyuran es teh di kerongkongan yang kering.
Puas makan mie belitung, ane set google map + headset dan mengarahkan motor ke tujuan selanjutnya, Danau Kaolin. Melewati pusat Kota Tanjung Pandan, keadaan cukup padat sebelum akhirnya jalan menjadi sepi tapi muluss luar biasa. Pemandangan kanan dan kiri didominasi oleh perkebunan sawit. Sekitar 45 menit berkendara, sampailah aku di titik yang dimaksud google maps, eh tapi kok ane sama sekali ga menjumpai tanda-tanda bahwa itu tempat wisata. Gak ada plang tiket masuk, gak ada papan plang penunjuk, bahkan ga terlihat adanya orang sama sekali. Ane hanya melihat beberapa orang penambangan yang lagi duduk-duduk.

Danau itupun hanya terlihat seperti danau bekas penambangan dengan genangan air berwarna biru. Warna biru yang disebabkan oleh reaksi antara kaolin dengan air hujan. Karena ane bingung harus ngapain ditempat itu, ane hanya menfotonya sekilas lalu beranjak ke tujuan selanjutnya, Pantai Tanjung Kelayang.

Pantai Tanjung Kelayang berada di sisi barat laut Pulau Belitung, dan dari Danau Kaolin ane harus kembali lagi ke Kota Tanjung Pandan kemudian ke arah utara, menempuh jarak selama 2 jam. Sampai Pantai Tanjung Kelayang sebenarnya ane pengen langsung foto-foto, namun bingung karena pantainya lumayan sepi dan gak ada yang bisa terlihat dimintain tolong (ane belum kenal teknologi tripod kali ya). Akhirnya ane meluncur dulu ke sebuah warung di tepi pantai dan memesan rajungan saos padang 1/2 kg seharga Rp 75.000 dan sebutir kelapa. Hitung-hitung menyenangkan diri dulu lah ya, melepas dahaga di siang terik ini. Sewaktu makan ini ane kembali berpikir, 'gimana ya caranya ane mendapatkan foto-foto yang bagus kalau jarang ada orang gini. Apa ane bayar 50rb buat orang foto-fotoin ane sebentar gitu ya?' pikiran yang langsung ane tepis karena ane malu hehehe. 

Btw sembari bingung, ane benar-benar menikmati sajian rajungan saos padang ini. Daging rajungannya masih fresh jadinya benar-benar berasa gurih dan manis. Beberapa saat makan, ane tersadar sesuatu,

'eh ladelah ini kan bulan puasa ya. Kok bisa ane sesantai ini makan rajungan sama minum es kelapa didepan warung. Harusnya ane makan didalam warung aja yah.'

Pemikiran itu membuat ane mempercepat makan karena nggak enak. Untungnya kondisi pantai lagi agak sepi juga.

Selesai makan, ane bergeser ke spot batu granit didepan sana. Karena apalah artinya mengunjungi Pulau Belitung tanpa berfoto-foto di batu granitnya yang terkenal itu. Ane jalan kaki kesana dan lagi-lagi menjumpai tempat itu sepi banget. Ane sempet duduk sebentar, memainkan kaki di air laut yang berwarna hijau muda. Sesaat kemudian ada sekelompok pemuda (sepertinya traveler juga) yang datang dan ane langsung gercep minta mereka menfotonan ane. Jadilah foto-foto dibawah ini, terimakasih gan. Ane bersyukur setidaknya udah ada foto-foto kenangan dengan batu ini.

Selanjutnya ane jalan keatas, melalui celah-celah diantara bebatuan tersebut. Ane terus mengingatkan diri untuk super hati-hati, jangan sampai terpeleset karena ane gak mau cidera karena kekonyolan ane sendiri. Sampai di puncak batu ane banyak menfoto pemandangan sebelum akhirnya turun ke bawah.

Selanjutnya ane masih menghabiskan waktu beberapa saat di Pantai Tanjung Kelayang ini sebelum memutuskan buat pulang kembali ke kota Tanjung Pandan karena hari sudah mulai sore. Ane sempet berhenti bungkus makan malam sebelum sampai hotel. 

Thank you myself for be brave to solo explore today. Besok targetku adalah menjelajah Belitung Timur, ke sekolah Laskar Pelangi

7.19.2024

[PART 4] Perjuangan Mencapai Hawai'i : Minta Izin Kerja ke Atasan

Menuju : PART 3

 Konsulat Amerika: "oke selamat visamu disetujui bisa diambil dlm 5 hari kerja"

Galuh: "terimaksih bapak, eh.... mister. Bisakah sy ambil besok? Sy akan ambil disini visanya." (soalnya ndengerin orang yg diwawancara sblm aku, dy bs lgs ambil visanya besoknya)

Konsulat Amerika: bisa tp jam 14.00 ya. Sambil memberi kartu kuning dan catatan kecil.

*****

Aku membawa lembar konfirmasi persetujuan Visa Amerika-ku keluar dari Gedung Konsulat Amerika Serikat dengan hati-hati, kulewati setiap penjaga dengan sopan dan menebarkan senyum. Perasaanku saat itu adalah perasaan bahagia yang datar... Bagaimana ya? Aku bahagia. Aku senang visaku granted, berarti sudah tidak ada yang menghalangi lagi keberangkatanku ke Hawai'i, namun ada sesuatu sangat besar yang sangat mengganjal hatiku saat itu...

...........Bagaimana caraku mendapatkan Izin Kerja........

'Aku mendapatkan visa ini (11 September 2017).... keberangkatanku ke Hawai'i berarti tinggal 7 hari lagi (18 September 2017) dimana aku akan disana sampai 23 September 2017...Bagaimana aku mendapatkan izin tidak masuk kerja selama seminggu??!! 

Padahal pekerjaanku sekarang adalah sebagai pegawai dengan jadwal kerja Senin - Jumat jam 07.00-15.30. Hampir mustahil mendapatkan libur satu minggu kecuali setahun sekali saat Idul Fitri...Oh my.....

'Bagaimana aku mempunyai muka untuk menghadap atasanku untuk (lagi-lagi) minta izin tidak masuk kerja?? Setelah sebelumnya sudah pernah izin juga?'

'Oh....my...what should I do??'

'Apakah aku menunda saja perjalanan ini di liburan panjang (Idul Fitri) tahun depan?? Yang penting kan aku sudah pegang Visa Amerika. Tapi...... Awwwwggg.....  tinggal seminggu lagi mimpiku selama puluhan tahun akan menjadi nyata, aku harus menunggunya setahun lagi?? huhuhu'

Batinku sangat berkecamuk, aku seperti dihadapkan pada situasi yang sangat bimbang. Benar-benar tidak tau apa yang harus kuperbuat...Beberapa bulan yang lalu, aku sempat berpikiran untuk 'berbohong' kepada atasanku untuk bisa mendapatkan izin. Aku sempat punya ide, 'bagaimana kalau aku bilang aku sakit cacar, DB, atau apapun itu? Bukankah kalau sakit yang seperti itu biasanya lama, bisa seminggu atau dua minggu?' Tapi setelah kupikir-pikir, itu sangatlah salah dan tidak etis. Yang pertama, aku tidak ingin menyumpahi diriku sendiri untuk sakit. Yang kedua, kalau atasanku sampai tau aku berbohong, aku ragu dia akan memaafkanku, atau setidaknya memandangku dengan sama. Selamanya aku akan dicap sebagai pembohong. Aku langsung menepis jauh-jauh pikiran itu. Lagipula, di era medsos seperti ini, jejakku sangat mudah untuk dilacak. Nggak mungkin juga kan... selama seminggu penuh di Hawai'i, aku tahan untuk nggak buat status sama sekali karena takut ketahuan berbohong. Ahhhh, aku nggak mau mengambil jalan ini.'

Seperti generasi milenial pada umumnya yang ingin eksis, sembari menunggu taksi Blue Bird yang kupesan lewat telfon datang, aku mengupdate status Instagram tentang keberhasilan mendapatkan visa Amerika-ku. Beberapa teman memberiku selamat, dan bilang, 

"Selamat Luh."
"Keren Luh."
"Akhirnya mimpi lamamu jadi kenyataan, Luh."
" Wah...selamat datang di Hawai'i..."

Di komentar terakhir, aku menjawab dengan lemah, "Sepertinya belum akan berangkat tahun ini bu, nunggu tahun depan...." 

Dengan lamunan dan kegalauanku yang tiada henti, akhirnya taksi pesananku datang. Aku memang tidak membawa transport sendiri ke Konsulat, karena memang disana tidak disediakan tempat parkir. Cukup mahal biayanya, namun jujur saat itu aku nggak begitu peduli.....

2 hari kemudian....

Waktu keberangkatanku semakin dekat,
Aku memutuskan aku harus jujur kepada atasanku (Pak Y)!
Aku harus jujur mengatakan bahwa ini adalah mimpi lamaku, yang sudah kupendam belasan tahun, aku harus jujur aku mau mengajukan izin tidak masuk kerja selama 1 minggu.

Aku sudah sadar konsekuensinya. Atasanku pasti akan berkerut dahinya, pasti akan merasa berat hati...pasti akan merasa aku ini pekerja yang sungguh 'seenaknya sendiri', sering izin hanya untuk 'bersenang-senang'. Aku sadar konsekuensi lainnya juga, teman-temanku mungkin akan nyinyir denganku. Dengan kekeraskepalaanku dan ketidaktaumaluanku. Namun setidaknya, dengan jujur hatiku tenang. Aku tidak perlu menyembunyikan apapun..

Hati kecilku mengatakan, sebelum bertemu Pak Y, aku harus bertemu Pak A dahulu. Pak A adalah bawahan Pak Y, aku mau meminta sarannya gimana cara ngomongnya ke Pak Y. Kebetulan Pak A menurutku orangnya cukup easy going dan bisa berpikiran terbuka. Aku menunggu sore hari, saat pekerjaan sudah longgar untuk mengajak ngobrol Pak A.

Sore akhirnya datang, dan aku melihat Pak A lagi santai. 'Inilah kesempatanku,' kataku dalam hati. Kakiku terasa berat dan terkunci di lantai. Pernah gak kalian merasakan pengen banget melakukan sesuatu, tapi sekaligus sangat tidak pengen melakukannya wkwkw... 

Aku mengangkat tubuhku dengan berat dan mendekati Pak A. Aku bilang dengan lirih, 

"Pak boleh bicara sebentar?" Ujarku dengan jantung yang semakin dag dig dug.

"Boleh, ayo disana," kata Pak A sambil menunjuk bangku di pojokan yang tidak terlalu banyak orang.

Aku duduk, menelan ludah, memantapkan hati, dan mulai bicara. Ini mungkin bakal jadi pembicaraan yang agak absurd bagi Pak A😁.

"Pak mohon maaf sebelumnya ya. Bapak pernah nggak punya mimpi yang udah puluhan tahun mengendap? Dan itu berpotensi menjadi nyata di depan mata kita, namun masih ada 1 penghalang. Jadi gini ceritanya pak. Saya udah punya mimpi ke Hawai'i sejak SMA. Kemarin saya dapat tiket promo pembukaan rute dari Air Asia, dimana harganya cuma 2,7 juta PP. Visa amerika juga saya sudah dapat barusan pak. Cuma saya bingung gimana caranya saya bisa dapat izin kerja pak. Karena tiket promo saya itu berangkatnya senin (18 September 2017), pulangnya senin (23 September 2017)," cerocos ane tanpa henti.

Pak A terlihat diam sejenak, kemudian membalas,

"Ya kalau saya sih gpp Luh, cuma ini semua kan tergantung Pak Y sebagai atasan. Coba kamu temuin dan ngomong langsung ke Pak Y."

"Iya pak, tapi gimana kira-kira reaksinya ya Pak?"

"Saya ga tau Luh, coba kamu temuin dan ngobrol dulu aja," Pak A menjawab dengan sabar.

Ane mengucapkan terimakasih ke Pak A. Selanjutnya ane tidak ingat pasti apakah langsung sore itu menghadap Pak Y atau masih besoknya. Jujur ane agak kurang nyaman menceritakan detail peristiwa menghadap Pak Y karena ane nggak enak bangett😕😕. Ane sadar ane kok seenaknya banget izin kerja begitu, meskipun belum dapat cuti. Intinya Pak Y akhirnya menyetujui (mungkin dengan berat hati) dan memintaku ke administrasi untuk mengaturnya. Huaaa maafin aku Pak Y. Terimakasih yaa..🥲🥲🥲.

Jadilah semuanya sudah siap. Tiket, visa, itinerary, izin kerja. Aku siap berangkat!

[PART 1] Journey to TERNATE : Pantai Jikomalamo dan Danau Tolire

Setelah resmi membeli paket membership Swirijaya Air (Sriwijaya Travel Pass), hal pertama yang ane lakuin tentunya adalah hunting tiket. Kenapa hunting? Karena meskipun kita udah punya Sriwijaya Travel Pass, namun tidak semua tanggal itu harga base fare tiketnya gratis. Ada yang gratis, ada yang masih berbayar murah, bahkan berbayar normal. 

Ane sebenarnya masih belum menentukan, mau mengunjungi daerah mana karena ane belum memetakan tanggal liburan. Namun setelah berpikir sejenak, ane rasa ane pengen mengunjungi tempat yang sama sekali belum pernah kesana. Setelah berpikir sejenak, ane memutuskan : MALUKU UTARA yakni Pulau Ternate. Seru juga kayaknya kesana. Ane langsung saja booking tiket pesawatnya. Saat itu ane beli di tanggal 26 April 2018 jam 3 pagi untuk keberangkatan tanggal 27 April jam 6 pagi dengan rute Surabaya - Makassar - Ternate. Busett, berarti besok berangkatnya! Wkwk.. Ya tapi inilah keuntungannya beli Sriwijaya Travel Pass, kan? Kita bisa random aja tiba-tiba pergi, wong base fare tiket pesawatnya gratis. Cuma bayar pajak, IWJR, admin aja hihihi.

Saat itu total yang harus ane bayar untuk tiket pesawat Surabaya - Ternate adalah Rp 425.800 untuk perjalanan pulang pergi. Ane rencana berangkat tanggal 27 April 2018, dan pulang dari Ternate tanggal 29 April 2018. Iyaa cuma 2,5 hari karena keterbatasan waktu liburku karena saat itu ane masih kerja kantoran.. hikzz..

27 April 2018
Hari ini adalah keberangkatan ane ke Ternate. Jadwal pesawat ane adalah jam 6 pagi, artinya, ane harus berangkat super pagi dari kos. Saat itu ane masih kos di Surabaya Pusat, jadi ane berangkat ngojek sekitar jam 4.25.

Ane sampai T1 Bandara Juanda tepat waktu dan tidak menjumpai masalah berarti saat check in. Ane mendapatkan 2 boarding pass yaitu Surabaya - Makassar, dan Makassar - Ternate. Ane dijadwalkan transit di Makassar selama 1 jam dan dijadwalkan mendarat di Ternate tepatnya di Bandara Sultan Babullah jam 12.15 WIT.

Suasana pagi itu di Bandara Juanda. Foto itu adalah pesawat Sriwijaya Air yang akan membawaku terbang ke Makassar.

Transit di Makassar. Ini adalah pesawat Wings yang ane foto pas turun dari Sriwijaya. Pesawat ane dari Makassar ke Ternate tetap menggunakan Sriwijaya Air 

Penerbangan berlangsung dengan mulus selama total 3 jam. Oya sebelum pesan tiket pesawat, ane sempet nanya-nanya di grup Backpacker tentang Ternate dan ada satu kakak ini - Kak Ai - yang bersedia menemani ane berkeliling pulau. Jadi rencana Kak Ai akan jemput ane pas landing, dan langsung diajak berkeliling.  Ane sendiri ga punya klue mau diajak kemana karena ane sendiri ga bikin rencana perjalanan. Kak Ai sendiri sebenarnya bukan agen tour resmi yang sudah ada tarif pastinya, tapi dia lebih ke pemuda lokal yang siap mengantarkan traveler-traveler untuk keliling Maluku Utara. Jadi masalah berapa tarifnya? Saat itu lebih ke kesadaran dan keikhlasan dari para traveler aja.

"Selamat datang di Bandara Sultan Babullah di Ternate. Waktu menunjukkan pukul 12.30 WIT," seru pramugari Sriwijaya Air saat ane sudah mendarat. Lokasi bandaranya ternyata berada di tepi laut persis. Dan sejak mendarat ane udah disambut dengan gagahnya Gunung Gamalama yang menjulang tinggi. 'Kayaknya bakal cantik banget ini pulau,' kata ane dalam hati.

Sambutan Gunung Gamalama dari Bandara Sultan Babullah

Langit yang sangat cantik❣️

Keluar dari area kedatangan bandara, tiba-tiba ada seorang pemuda yang mendekati ane,

"Mau naik ojek mbak ke pusat kota?"

Ane langsung aja jawab dengan agak cuek, "Oh nggak kak, uda dijemput temen."

Tanpa ane sadar bahwa itu adalah Kak Ai yang ngerjain ane wkwk..

"Woalah.. Kak Ai! Hahaha. Maaf-maaf kak.Salam kenal ya, aku Galuh."

Kak Ai hanya ketawa aja setelah ngerjain ane, dan selanjutnya kita segera motoran ke pusat kota untuk check in penginapan dulu. Ane sendiri gatau penginapannya dimana karena semua diatur Kak Ai. Katanya penginapan ini murah, bersih, dan lokasinya di pusat kota (depan Pantai Nukila persis). 

Sepanjang perjalanan ane banyak bertanya-tanya tentang Pulau Ternate ini ke Kak Ai. Orangnya ramah dan selalu menjawab semua pertanyaan ane dengan jelas. Kesan pertama ane tentang Pulau Ternate ini adalah tenang, jalanan tidak terlalu ramai dan sedikit adem. Sepertinya ane bakalan suka disini. Karena belum makan siang, akhirnya kita mampir dulu di Kedai Ayam Bakar Jawa Timur yang menurut Kak Ai sih salah satu yang paling enak dan laris di Pulau Ternate. Selain rasa ayam bakarnya pas, nasinya juga bisa nambah sepuasnya, jadilah paket combo! Dan setelah ane berhenti dan makan emang enak banget, rasanya pengen nambah nasi terus hehehe..

Setelah makan akhirnya Kak Ai drop ane juga di Penginapan Santoso yang berada di seberang Pantai Nukila persis. Saat itu (2018) tarifnya adalah Rp 100.000/malam dan sesuai penuturan Kak Ai, tempatnya emang simpel, minimalis dan bersih banget. Sebenarnya lebih seperti kos sih, tapi karena terlalu bersih jadilah nyaman banget. Ibunya juga memelihara beberapa kucing yang lucu-lucu banget! Hehe.

Setelah check in, ane pikir kita bakalan santai-santai dulu. Tapi ternyata Kak Ai langsung minta ane ganti baju yang kotor karena kita bakalan langsung snorkeling di Pantai Jikomalamo. Ane seneng-seneng aja sih, wong semua sudah diatur hehe.. karena ane belum ada baju yang kotor, Kak Ai pinjemi bajunya dan kita berangkat ke Pantai Jikomalamo motoran. Sepanjang perjalanan pemandangan yang mendominasi adalah Gunung Gamalama, laut biru yang bersih, dan kehidupan yang cukup sederhana. Ane suka banget sih situasi kayak begini. 


Sekitar setengah jam mengemudi, akhirnya kita sampai di Pantai Jikomalamo. Dan sampai parkirannya aja ane udah dibuat melongo dengan keindahannya.. Oh My Lorddd..... Airnya benar-benar biru bersih dan sejernih itu, ane bahkan bisa melihat dasar lautan dengan jelas. Disempurnakan dengan cantiknya sulur-sulur dari pepohonan dan Pulau Hiri yang berdiri gagah menjulang di depan..
Pemandangan Pantai Jikomalamo dari parkiran motor

Pemandangan Pulau Hiri dari Pantai Jikomalamo

Meskipun pemandangannya udah sebagus itu, dan airnya sejernih itu, Kak Ai bilang spot snorkelingnya bukan disini. Kemudian dia membawaku jalan lagi sekitar 100 meter melewati jalan setapak menuju ke bagian ujung pantai. Katanya disitulah spot snorkeling yang bagus karena banyak karangnya. Aku sih manut-manut aja.

Sesaat kemudian kita telah sampai, dan tanpa menunggu lama Kak Ai yang udah bawa fin dan mask langsung ajak ane nyebur. Karena ane gak bisa renang, Kak Ai benar-benar pegangin dan dorong ane selama snorkeling wkwk.. berasa punya jet dalam air karena ane tinggal diam aja udah jalan. Saat itu kondisi laut sedikit kurang bersahabat. Ombak agak kencang sehingga membuat kondisi perairan agak keruh. Implikasinya, kami nggak bisa terlalu melihat karang-karang cantik dibawah sana. 

Selesai dari Pantai Jikomalamo, Kak Ai membawa ane melanjutkan petualangan ke sisi bagian barat Pulau Ternate, tepatnya ke Danau Tolire Besar.



Selesai dari sini, kita beranjak lagi ke Danau Tolire Kecil yang berada di tepi pantai. Disini kita sempat duduk-duduk dan pesan kuliner khas Ternate yang terkenal, pisang sambal. Kita sempat duduk-duduk dan bercerita di gubuk-gubuk yang tersedia di tepi pantai sampai sekitar jam 7 malam.

Malamnya Kak Ai ngajak makan malam di ayam bakar yang sama dengan tadi siang. Ane sih fine-fine aja karena memang seenak itu.. hehe.. jam 9 malam akhirnya petualangan ane selesai saat Kak Ai drop ane di Penginapan Santoso. Kak Ai bilang besok pagi akan kembali menjemput ane. Well, terimakasih banyak kak!