Life Only Once. Stop Thinking and Just Make It Work

12.22.2013

Timor, I'M BACK =)

10 Desember 2013

Di tanggal inilah gue membuat suatu keputusan besar yang 'sesekali' masih gue pertanyakan. 
Keputusan itu adalah, gue membatalkan trip keliling Asia Tenggara 26 Januari 2014 sd 9 Februari 2014 yang sudah gue rencanakan semenjak 8 bulan silam untuk kembali ke tempat KKN-ku, Pulau Timor. Gue merelakan uang tiket dan booking hotel yang hampir 1,5 juta. Sebuah keputusan besar yang kumantapkan dari hati terdalam.

Sejak KKN memang gue merasa jadi semakin mencintai Indonesia. Ditambah lagi kegemaran gue melihat acara di TV bertema traveling dan sosial seperti Jejak Petualang, Indonesiaku, Jelajah, Jelajah Daerah Tertinggal dan lain sebagainya semakin membuatku 'melek' tentang bagaimana kondisi negaraku. Kesenjangan yang sangat besar menusuk jantungku, ragaku, semangatku, apa yang aku lakukan selama ini?? Apakah aku hanya bersenang-senang, pamer sana sini diatas penderitaan bangsaku? kemelaratan bangsaku?? 

Aku tidak munafik, keinginan untuk kembali ke Timor itu bukan satu-satunya alasan aku membatalkan trip-ku. Nilai tukar rupiah yang semakin jeblok juga pendukung yang sangat kuat. Aku merasa dengan uangku yang terbatas ini, sebisa mungkin akan aku gunakan untuk sesuatu yang berguna di Timor. Entah apakah itu hanya sesuatu yang kecil, aku berharap aku bisa melakukan sesuatu untuk mereka yang membutuhkan.

Awalnya aku bertanya-tanya, apakah aku akan membuat kesalahan besar dengan membatalkan trip-ku ke Asia Tenggara? Apakah aku akan sedih dan menyesal nantinya? Pertanyaan itulah yang selalu aku ajukan ke diriku sebelum membuat keputusan ini, diam-diam aku berharap, seandainya aku bisa melihat masa depan, mana yang akan membuatku lebih bahagia nantinya.

Pertanyaan itu terjawab sangat cepat ketika aku memberikan pesan singkat kepada temanku bahwa aku membatalkan trip ini dan memutuskan akan kembali ke NTT. Seketika itu juga, aku merasa sangat 'plong' dan 'bahagia'. Mungkin ini memang petunjuk Tuhan, aku harus kembali ke NTT.

Gue merasa, Indonesia adalah negara yang sangat kaya baik alam maupun budayanya. Kaya, sangat kaya dan kurasa akan dibutuhkan waktu yang sangat lama untuk benar-benar bisa menjelajahnya secara keseluruhan. Aku berpikir, untuk apa aku menghabiskan uangku yang tidak seberapa ini untuk negara lain dengan perasaan tertekan, sementara aku bisa menggunakannya untuk lebih mengenal negeriku, bertemu dengan orang-orang yang sangat aku rindukan di Atambua? Bukan berarti aku skeptis dengan mereka yang selalu pengen ke luar negeri, dulu aku begitu, tetapi sekarang aku seakan menemukan pencerahan di diriku sendiri, bahwa aku ingin mengenal negeriku lebih dalam dahulu, baru akan keliling dunia.

10.16.2013

Pengalaman dengan IMIGRASI 6 negara

Selama ini banyak traveler yang mempunyai pengalaman nggak menyenangkan sama imigrasi, termasuk gue. Well, sebenarnya pengalaman gue itu bervariasi. Gue sering merasa orang-orang dibalik kaca pengecap paspor itu kebanyakan sok-sokan, ntah sok galak, sok selidik, sok tegas. Bwahaha. Biasa aja kalee mbak/masss/pakdhee/budhee...

Berdasarkan pengalaman gue, sejauh ini imigrasi terbaik yang gue jumpai adalah sewaktu mau pulang dari Filipina (Bandara Internasional Ninoy Acquino), imigrasi paling menyebalkan adalah Malaysia (LCCT Airport) dan imigrasi paling ribet adalah Kolkata (India). Lainnya? Biasa-biasa aja lah..Yah, bisa dibilang mendekati ketiga kriteria diatas, Let’s cekidot....

1.       Soekarno Hatta International Airport Terminal 3
Pertama kalinya keluar negeri, paspor masih kosong melompong. Dicap keluar sewaktu mau boarding dengan wajah yang sangat antusias setelah menunggu di bandara selama 6 jam -,- . Untung nggak disorakin, “Cieee yang mau keluar negeri pertama kali..selamat yaa..kamu dapat piring cantik...”, karena kalau sampai bilang gitu gue bakal malu banget sumpeh#toyor.

 2.       Suvarnabhumi International Airport ~ Bangkok ~ Thailand
Lumayan di paspor gue setidaknya udah ada cap keluar dari Indonesia. Bwahaha. Ehm, di Thai ni biasa aja. Petugas pengecapnya ibu-ibu dengan wajah yang datar dan tanpa ekspresi, bahkan tak mengucapkan “Welcome to Thailand” buat gue yang baru pertama kalinya keluar negeri. Alih-alih dia bilang, “Please step backward behind the line” ke gue, jiaaahhh ibu. Ternyata karena gue masih ndeso, gue nggak tau kalau garis merah itu batas buat antrian selanjutnya. Jadi posisi gue saat itu berada persis dibelakang temen gue yang paspornya sedang dicap, malah gue clingak-clinguk ngliat ibunya ngecap #ditoyor~ibunya. Jiaaahhh......Bwahahaha....Maaf ibuukk, namanya juga wong ndeso yang baru pertama kali ke luar negeri, hihihi.

Imigrasi Thailand. Awalnya gue berdiri tepat di belakang temen gue dimana hal itu jelas dilarang. Hahaha....
Sumber: dokumentasi pribadi

 3.       Imigrasi Kamboja jalur darat dari Thailand (Poipet)
Mungkin ini adalah imigrasi paling lamaaaa yang pernah gue lalui selama ini, total gue membutuhkan hampir 2 jam cuma buat dapat cap ungu pudar “Kingdom of Cambodia”. Interpretasi gue hal itu dikarenakan jumlah petugas yang jaga dikit #tempatnya sempit dengan batas triplek dan pohon besar nembus atap didalamnya, OMGG#, serta mereka agak ribet karena pakai scan jari tangan jugaaahh~gue baru jumpai disini~. Hal itu diperburuk dengan jumlah ratusan traveler yang mengantri secara bersamaan dengan backpack segede-gede bagong yang pas nutupin muka gue, kadang kalo mereka nengok ke samping nyampar muka gue#siaaallll...

Ada pohon besar nembus atap di dalamnya, gue yang pas di belakang tas ini dengan muka melas #pfftt
Sumber: dokumentasi Adis

Sumpeh itu pengalaman nunggu ter-boring gue, sampai pundak gue memerah gendong backpack inih. Temen baru gueh dari Jerman namanya Lieberkitz/Lieberkichz/blah-blah susahnya okeh sebut aja Mbakyu ngomong lebih enak kalau backpack digendong aja terus supaya pundak malah nggak terlalu sakit. Tapi menurut gue nasehat mbakyu itu sangat bertentangan dengan hukum Fisika gravitasi sehingga gue seret-seret aja backpack gue dibawah sambil maju kecepatan siput nunggu giliran paspor gue dicap, kalau mood, backpacknya gue gendong. Hasilnya?? KRAM yang luar biasa pada pundak gue malam harinya. Mungkin mbakyu emang benar, karena gue lihat muka dia masih segar-segar aja meski backpacknya 3-4 x lebih besar dari punya gueh, hahahaha..

Akhirnyaaaa...
Sumber: dokumentasi pribadi

Okeh singkatnya imigrasi disini biasa ajah, bapak-bapak dengan muka datar dimana wajah dia hanya kelihatan dari kotak bolong 30x20 cm didepan gueh, ventilasi lainnya pakai besi dirangkap kaca. Sumpeh pengen gue cium deh tu bapak-bapak sewaktu dia selesai ngecap paspor gue!

Bosen? Coret-coret aja hihi. Close to Vandalism but it's not.
Sumber: dokumentasi pribadi

4.       Imigrasi Malaysia jalur darat dari Thailand (Kedah)
Aseeenngg, aseeenngg, aseeennnggg..Itulah yang ada di benak gue saat temen gue jawab “nggak tuh, kok bisa?” sewaktu gue tanya dia dimintai uang 10 Ringgit nggak pas di imigrasi Malaysia. Yah ini pengalaman di imigrasi yang menyebalkan, tapi bukan yang paling menyebalkan buat gue. Sampai sekarang gue masih bingung, buat apa dia minta-minta duit gitu dari traveler, bukankah itu ilegal?? 

Ini lokasinya!
Sumber: dokumentasi Alfiana (my travelmate)

Huah, inilah yang gue sebut imigrasi nakal. Setelah gue banyak browsing, hal itu terjadi ketika kita ngisi kartu imigrasinya nggak lengkap, sehingga beberapa torehan tinta ‘petugas imigrasi nakal’ itu bernilai 10 ringgit. Gue merasa aneh karena gue merasa udah ngisi lengkap, entahlah gue mungkin emang lagi dapat zong. Fiuuhhh...Kalau sampai hal ginian terjadi lagi sama gue, gue punya rencana.

Imigrasi: “10 ringgit mam.” (posisi paspor gue masih di tangan dia)
Gue: “Sorry..for what?”
Imigrasi: “Because you’re not write your imigration card completely.”
Gue: “Oh I should pay because of that? Is that new rule?”
Imigrasi: “...../yeah”

Gue: “OK..give me my paspport first (kalau dia nggak bereaksi pakai cara kedua ini : “OK give me my passport first, I think I keep 10 ringgit in the backside of paspport cover.

Kalau dikasihkan paspornya : KABUUURRRRR!! Hahaha, gueh akan benar-benar melakukannya kalau suatu saat hal ini terjadi lagi sama gue. Gimanapun, gue nggak akan jatuh ke lubang yang sama lagi!

 5.       Konter Visa on Arrival ~ Indira Gandhi International Airport~ New Delhi~ India
Karena gueh belum ada visa saat mendarat di New Delhi, gue bikin Visa on Arrival yang berada di konter VOA lantai bawah. Satu kata: LAMANYOOOOOO.... Sumpah, nunggu dapat cap visa ini adalah penantian yang paling membuat gue frustasi!! Hal itu dikarenakan kondisi fisik gue yang sudah sangat lelah (hampir 2 hari nggak tidur) dan gue TAKUT BANGET kalau duit USD yang gue bawa terindikasi palsu. Kenapa gue sampai berpikiran seperti itu?? Karena dua traveler di depan gue (seorang ibu sama anaknya dari Indonesia) duit yang buat bayar (120 USD) diindikasikan palsu oleh petugas VOA yang superlelet ini. Beberapa kali dia melihat, menerawang, diraba-raba, masukin kantong, eeehh, beberapa saat kemudian tuh duit dikeluarin lagi, dia manggil temennya ~yang kayaknya ahli membedakan uang palsu/asli kita sebut saja Raj Malhotra~ buat memastikan keaslian uang itu. Raj  pidato lamanyaaaa...dimana gue cuma bisa nangkap kata “Aseli...aseli..” dari bahasa Hindi-nya..Kata Aseli itu masih diikuti dengan serentetan kata lain yang nggak ada habisnya, WUAH, kenapa nggak bilang ASELI gitu aja teros pergi?!  #toyorRaj

Bikin VOA lama banget.
Sumber: dokumentasi pribadi

Akhirnya tiba giliran gue diinterogasi, tanyain apa gue keturunan Pakistan ~I WISHHH, supaya ketularan manis,eh supaya tambah manis duenk wekeke~, duit gue 60 USD diraba dan langsung dimasukin kantong. Leganyaaaa....Btw, kantong bapaknya itu sampai berjubel gitu penuh duit dollar ngintip-ngintip bwahahaha.
Akhirnya setengah jam kemudian cetak-cetik di komputer, ngecap-ngecap, nama gue dipanggil “ Galouh Pratiwui ” #wuih, nama gue jadi kebule-bulean#, gue dapat visa India selama 15 hari dan melenggang lega. Huaaahh, India.


Akhirnya selesai juga bikin VOA, India, Aku masuk!
Sumber: dokumentasi pribadi Pix San

 6.       Netaji Subhas Chandra Bose International Airport~Kalkuta~India
Imigrasi di bandara Kalkuta ini gue kasih gelar teribet. Kenapa? Check this out!


Karena udah ngeprint boarding pass penerbangan Air Asia Kolkata-KL dari rumah,  gue santai-santai aja pas nunggu temen gue check in di airport (dia belum ngeprint boarding pass). Tapi pas di depan loket imigrasi, gue dibilang bahwa gue nggak bisa terbang dengan boarding pass yang gue bawa itu. Gue merasa sangat aneh karena selama terbang dengan AA dimanapun, boarding pass nya ya boarding pass yang di print dari web itu. Gue berusaha menjelaskan ke bapak-bapak itu, “No, No, It works when I was in Malaysia”. “No, No, you can’t. You won’t be allowed entering the plane with this.” Ternyata gue tetep disuruh check in meski sudah bawa boarding pass, dan dapat boarding pass baru berupa kertas seperti receipt gitu. Terpaksa balik lagi ke konter check in. Owalaaahhhh....bedanya apa coba?

Setelah sukses melewati imigrasi ~dimana kelihatannya bapak ini meragukan VOA gue karena terus-terusan tanya, “this one the visa?” ~ gue pun mendesah lega dan beranjak ke pemeriksaan detektor. Pemeriksaan disini, selain dengan mesin juga dengan tentara di ruangan tertutup dengan cara diraba dari atas ke bawah. Oke disini gue well done. Setelah itu barang bawaan gue discan, setelah discan masing-masing tas akan diberi gantungan kertas kuning sebagai simbol lolos scan. Karena gue kira itu Cuma formalitas, setelah discan gue nggak minta kertas kuning buat tas kecil gue dan langsung aja nungguboarding. Sewaktu mau naik pesawat, tas gue kena periksa karena nggak ada kertas kuningnya dan disuruh balik lagi ke tempat scan tas untuk discan ulang dan minta kertas kuning. Hwuaaahhhhh.....

Sekali lagi, dalam perjalanan masuk ke pesawat setelah semua tas gue sudah ada kertas kuningnya, ada lagi tentara kekar yang stand by  untuk memastikan semua tas sudah aman #ampunBrooo. Gue tersenyum lebar sewaktu dia membiarkan gue lewat, “noh, salah gue apa lagi?!”  hahaha. Memang ini paling ribet, tapi sisi positifnya keamanan akan sangat terjamin. Bruuummmm, ngoooeeeennnggg...See u India!

 6.      Changi International Airport ~ Singapura
2013 datang!! Untuk mengawali tahun ini ane mempunyai rencana untuk mbolang di 3 negara sekaligus yaitu Singapura – Malaysia – Filipina. Berangkat dengan uang seadanya dan tiket Bandung – Singapura Rp 0, Kuala Lumpur – Manila Rp 250rb dan Manila – Jakarta Rp 350rb, ane pun menginjakkan kaki di Bandara Changi yang super big dan mewah gan.

Imigrasi Bandara Changi ini bisa ane bilang biasa aja. Saat itu petugas imigrasi yang ngecap paspor ane orang Melayu keturunan India. Ane hanya ditanya ‘keperluan apa datang ke Singapura?’. Ane jawab ‘holiday, Sir.’ Langsung dicap dan setelah membandingkan wajah ane sejenak dengan foto di paspor, ane pun masuk Singapura. Nggak ada yang spesial gan. Intinya asal kita ke Singapura untuk alasan berlibur dan tidak mencurigakan, pasti aman gan dan langsung bisa masuk.


Ane pun tersenyum lebar dan segera mengambil brosur-brosur berupa peta, panduan wisata, panduan penginapan (yang ane nggak bakal nginep disini karena penginapan mewah semua), refill air minum gratis, serta update status untuk pamer menggunakan wifi gratis bandara wkwkwk.

 7.      Imigrasi keluar Singapura (border land dengan Malaysia)
Ane lupa gan, tapi imigrasinya biasa aja. Nggak terlalu ketat. Ya iya lah, soalnya kan kita udah mau meninggalkan Singapura. Menurut ane imigrasi itu lebih ketat pas masuk gan. Ane melenggang mulus dan nggak ditanyain apa-apa disini.

 7.      Imigrasi masuk Malaysia (border land dengan Singapura)
Petugas imigrasinya ibu-ibu, baik dan ramah gan. Ane nggak terlalu menjumpai masalah berarti disini. Menurut ane semakin besar dan megah sebuah imigrasi, biasanya semakin serem gan dan sebaliknya.

 8.      Imigrasi Bandara LCCT ~ Kuala Lumpur ~ Malaysia
Mungkin ini imigrasi paling menyebalkan yang pernah ane lalui gan. Padahal ane udah sering keluar masuk KL lewat LCCT tapi entahlah, kali ini ane merasa sebal tingkat dewa aja. Ceritanya ane lupa kalau di tas masih ada air minum, itu pun tinggal sedikit, nggak sampai 1 liter seperti aturan penerbangan internasional. Pas X-ray imigrasi, kena deh ane gan. Akhirnya tas ane yang penuh baju kotor + kolor dibongkar-bongkar pas habis imigrasi. Pas botol minumnya udah ketemu, ane langsung ambil dan minum tapi ane dimarahi gan. Katanya, “If you want to drink it, drink it outside”. Nadanya galak banget lagi, ane pun segera keluar dan meminum dengan jengkel gan. Jengkel karena air minum ane sebenarnya nggak sampai 1 liter.

 9.      Imigrasi Bandara Diosdado Macapagal, Angeles City, Filipina
Setelah penerbangan yang lumayan melelahkan selama 4 jam dari Kuala Lumpur, akhirnya mendarat juga gan ane di Filipin. Ane masih buta gan, nggak tau sama sekali tentang negara ini, dan petualangan pun dimulai.
Imigrasi Bandara Clark
Sumber: dokumentasi pribadi 

Ane mendarat jam 12 malam waktu setempat gan, segeralah menuju imigrasi untuk mendapatkan cap masuk Filipina. Awalnya ane yakin 100 % gan, ane bakal nggak mendapatkan masalah berarti sampai ada 2 TKI di depan ane yang mendapatkan masalah dengan paspor mereka yang antrinya di depan ane. Ane bisa tahu kedua orang di depan ane TKI karena melihat paspor mereka yang mirip paspor ane/paspor hijau. Saat itu entah karena masalah apa, mereka cukup lama bersitegang dengan petugas imigrasi  dan akhirnya malah mereka keluar dari antrian imigrasi tanpa cap masuk. Entahlah ane nggak tau masalahnya gan.

Setelah kedua TKI itu mundur dari antrian, ane pun maju gan. Deg-degan abis, ‘jangan-jangan Filipina mempunyai aturan bagi orang Indonesia yang nggak ane tau ya’. Ane jadi semakin deg-degan aja saat si ibu petugas imigrasi membaca data paspor ane. Pertanyaan ane terjawab saat si ibu memberikan cap masuk Filipina ke Ane.. Huaahh, syukurlah. Ane lega banget dan segera saja melangkahkan kaki menginjak Filipina yang sebenarnya. Welcome, FILIPINA!!

 10.    Imigrasi Bandara Ninoy Aquino, Manila, Filipina
Dari semua imigrasi yang ane lalui, mungkin imigrasi Bandara Ninoy Aquino adalah imigrasi terbaik dan teramah. Gimana nggak? Inilah satu-satunya imigrasi yang memberikan senyuman dan kemudahan buat ane. Gimana ceritanya gan? Cekidot!

Selama di Filipina, kecuali berurusan dengan tukang-tukang rickshaw dan delman nggak jelas yang hobinya ngasi scam ke turis, ane benar-benar menyukai masyarakat lokal disini. Menurut ane, masyarakat Filipina itu sangat baik gan, kayak ane dibantuin nyari stasiun LRT, ane dibantuin nemu Fort Santiago, ane didiskon pas naik bus, dan lain-lain. Dan kebaikan ini berlanjut pas ane di Bandara Ninoy Aquino saat mau pulang ke Indonesia.
Saat itu imigrasi keluar nggak terlalu rame, dengan PD dan semangat tinggi karena akhirnya mau pulang ane segera antri untuk mendapatkan cap keluar Filipina sebelum boarding. Petugas imigrasi di depan ane ibu-ibu gitu gan, udah tua dan murah senyum. Akhirnya tiba giliran ane gan:

“Sobekan kertas imigrasinya mana neng?” tanya ibu itu dengan ramah dan senyum.
“Aduh buk, harus pakai itu ya?Maaf buk saya nggak tau.” Jawab ane.
“Yaudah, diisi dulu aja. Ambil kertasnya disana. Nanti balik lagi kesini ya kalau udah” Jawab ibunya lagi-lagi dengan ramah sambil menunjuk tempat pengambilan formulir kertas imigrasi.
“Iya buk. Makasih ya buk.”
“Iya neng.”

Wuaahh, baik banget gan ibu imigrasi ini. Selama ane traveling, baru kali ini ane dapat senyuman dan perlakuan ramah seperti itu dari imigrasi. Ane benar-benar tersentuh dengan kebaikan masyarakat Filipina. Hikz hikz hikz (si gembeng nangis lagi).

Ane pun segera menuju meja pengambilan formulir imigrasi dan menulis data bersama beberapa calon penumpang pesawat yang lain. Saat itu karena harus mengambil bolpoin, tanpa sadar ane menaruh tas slempang ane yang berisi 2 kamera, dompet, dan beberapa benda berharga lainnya di meja formulir. Dan yang terjadi selanjutnya......bisa ditebak....ane lupa bawa tas itu lagi gan. Huaaa!!

Selanjutnya karena masih nggak sadar tas slempang ane ketinggalan di meja, ane pun segera melangkahkan kaki ke loket imigrasi ibu tadi. Si ibu tersenyum lagi dan segera memberikan cap ke ane. Ane pun segera melangkahkan kaki dengan PD untuk mencari tempat boarding pesawat ane, Cebu Pacific.

Saat berjalan itulah ane merasa ada sesuatu yang aneh gan, biasanya daerah sekitar leher ane itu akan sakit karena tali tas slempang. Kok sekarang nggak sakit ya?? Ya TUHANNN....ane lupa tas slempang ane. Ane berusaha menenangkan diri dan fokus, ane berusaha mengingat-ingat, kapan terakhir kali ane duduk atau melepas tas dan ane ingat itu di meja pengisian formulir imigrasi. Ya Tuhaann....ane kan udah di cap keluar, sekarang gimana caranya ane bisa masuk lagi untuk mengambil tas ane? Itupun kalau masih ada. Ane benar-benar mengutuki kecerobohan ane saat itu.

Sampai loket imigrasi lagi, segera saja ane mencari imigrasi yang nggak terlalu rame. Saat itu ane menemukan satu lagi ibu-ibu muda, dan ane pun menunjukkan paspor yang udah ada cap keluar Filipina sambil menjelaskan situasi ane kalau ada tas yang tertinggal. Dan ajaibnya, ibu itu langsung menganggukan kepala gan nggak banyak tanya. Wuaaahh, ane bersyukur berat dan segera meluncur ke meja formulir imigrasi untuk mencari tas ane dan ternyata.....MASIH ADA!! Ya Tuhaann...ane nggak berhenti-berhentinya bersyukur saat itu. Ane pun keluar Filipina lagi melalui loket imigrasi ibu muda tadi. Menjelaskan kalau ane sudah menemukan tas ane, dan kembali menunjukkan paspor yang sudah ada cap keluar. Wah terimakasih Tuhan, inilah bandara dan imigrasi terbaik ane selama jalan-jalan gan. Di Filipina, tepatnya Bandara Ninoy Aquino.

Selanjutnya, perjalanan selama 4 jam dari Manila ke Jakarta dengan pesawat Cebu Pacific Airline ane lalui dengan lancar gan. Hal menakutkan yang terjadi, sepanjang jalan dari Manila ke Jakarta itu suering banget turbulensi gan pesawatnya. Saat itu yang ada di pikiran ane cuma hal buruk aja, ane mikir ane bakal kecelakaan pesawat karena sumpah pesawatnya goyang terus gan. Ane tatut. Tapi akhirnya sekitar pukul 12 malam, sampailah ane di Jakarta gan. Saat melihat lampu gemerlapan Bandara Soekarno Hatta, ane mengucap syukur sedalam-dalamnya. Rasanya senang sekali melihat tanah air tercinta ini setelah beberapa minggu terpisah. I LOVE INDONESIA.

Sementara, itulah pengalaman-pengalaman ane dengan imigrasi yang bisa ane bagikan gan. Tahun 2014 secara keseluruhan ane habiskan dengan traveling ke tanah air tercinta gue, INDONESIA. Ane akan update cerita baru lagi tentang imigrasi jika keluar negeri lagi. CIAO.

Kekuatan Sebuah Mimpi ~ Akhirnya Aku Bisa ke NTT dan Sumatera Utara!

Bagi seorang traveler kawakan, mungkin pengalamanku traveling belum seberapa. Bahkan belum ada apa-apanya, tapi aku mensyukurinya karena semuanya kulakukan atas semua usahaku sendiri dan berawal dari MIMPI.

Aku bersyukur banget dilahirkan di Indonesia dengan segala kekayaan alam dan budayanya, dan itulah yang mendorongku untuk selalu meng-eksplornya. Dari Sabang sampai Merauke, dari Pulau Miangas sampai Pulau Rote...

Dari 34 provinsi di Indonesia, ada beberapa provinsi yang aku benar-benar tertarik untuk mengunjunginya karena alasan alamnya yang luar biasa indah maupun kekayaan budayanya. Provinsi-provinsi tersebut antara lain Maluku, Nusa Tenggara Timur dan Sumatera Utara.

1. MALUKU
Aku mendapatkan kesempatan mengunjungi Maluku bulan Maret 2013, saat Batavia Air mengadakan promo gede-gedean Rp 88.000,- ke semua destinasi mereka. Promo ini tidak aku sia-siakan dan langsung saja aku hunting Surabaya-Ambon PP dengan total hanya Rp240.000,- . Aku begitu senang saat itu karena Maluku ada di nomor 1 urutan provinsi yang ingin aku kunjungi.


Tapi sekitar bulan Januari 2013, mimpiku yang sudah di depan mata ini harus dilempar jauh-jauh karena Batavia Air ternyata pailit. Estimasinya, aku harus membuang jauh-jauh mimpiku untuk pergi ke Ambon di tahun 2013. Tapi itu tidak menjadi masalah besar untukku karena aku yakin, suatu saat Tuhan akan memberiku jalan lain untuk pergi ke Maluku. Tapi ini semua berawal dari mimpi.

2. NUSA TENGGARA TIMUR
Aku tertarik mengunjungi NTT terutama Pulau Timor sejak 2012, karena seringnya aku membaca pengalaman orang-orang yang berkelana dari Kupang sampai Dili. Nusa Tenggara Timur ada di urutan nomor 2 provinsi yang paling aku ingin kunjungi, dan sudah tercapai.


Mereka selalu menggambarkan bahwa perjalanan sepanjang Kupang-Dili dipenuhi dengan padang savana yang menghampar luas, pegunungan, laut biru safir (terutama sepanjang jalan menuju Dili) sehingga semua ini tentulah menggelitikku untuk terus mengejar mimpi ke Pulau Timor.

Mimpi galau yang aku tulis di Facebook itu ternyata dijabah Tuhan tidak sampai setahun kemudian saat aku mendapatkan kelompok KKN di Atambua, sebuah kota perbatasan Indonesia-Timor Leste. Tidak main-main, aku akan disana selama 2 bulan! Selama disana, aku benar-benar bisa merasakan bagaimana hidup dengan masyarakat yang hampir segala sesuatunya masih tertinggal dibandingkan tempatku tinggal sekarang. Tapi anehnya, itu semua justru membuatku sangat bahagia, daripada sewaktu sudah pulang ke Jawa.

Awalnya aku sama sekali nggak ngira atau nyangka bahwa aku akan mendapatkan kelompok KKN di tempat yang sampai sejauh ini, niat awalku tentulah sekitaran NTB dan terbatas pada Pulau Lombok. Begitu besar kekuatan sebuah mimpi kan?

3. SUMATERA UTARA
Saat aku membuat postingan ini, sekarang tanggal 17 Oktober 2013. Masih aku ingat dengan jelas, tadi pagi saat aku buka FB, aku me-nge-like salah satu page dengan nama Jelajah Wisata Sumut. Saat aku ngelike itu, nggak ada feeling sama sekali kalau malamnya mimpiku ke Sumatera Utara akan terwujud. Aku sudah ingin ke Sumatera Utara sejak dulu, cuma masih hunting tiket promo karena kalau nggak promo begitu mahalnya.

Malam itu seperti biasa aku sedang buka FB dengan perasaan galau. Galau yang nggak kunjung berhenti karena merindukan seseorang yang begitu jauhnya #eaaa. Saat galau baca-baca timeline, nggak sengaja aku lihat ada promo Rp 55.000,- dari Citilink ke semua rute mereka untuk penerbangan tahun depan. Promo tersebut dimulai malam ini jam 22 untuk pembookingannya. Dengan sangat lancar dan cepat, aku langsung hunting dan mendapatkan tiket promo Surabaya-Medan PP Rp 220.000,-.


Owh God, satu lagi mimpiku terwujud. Meski aku nggak tau aku harus membiayai trip itu nanti pakai apa, karena waktunya yang hampir bersamaan dengan trip-ku ke Makassar. Wkwk, pokoknya enjoy aja, yang penting tiket sudah di tangan. Terimakasih Tuhan....

Kini aku tidak takut untuk bermimpi lagi, karena mimpi memang diciptakan Tuhan untuk diwujudkan Tuhan. Aku hanya butuh usaha lebih besar untuk mewujudkan mimpiku yang lain, thanks God!
 

10.06.2013

[1] FILIPINA TRIP: Dari mendarat tengah malam, kaki gue diraba-raba sampai digandeng Nelson!

Beberapa hari sebelum ke Filipina, gue sempet diberi tahu dua temen gue buat waspada dan hati-hati pas di Filipina ntar karena disana banyak orang jahat (+bawa pistol) and kriminalitas tinggi. Jujur nasehat ini membuat gue sedikit keder karena ini pertama kalinya gue kesana dan gue sendirian. Tapi gue berusaha berpikir positif atas semua itu dan menekadkan langkah gue menuju negara jajahan Spanyol ini. Gue seorang backpacker dan gue harus berani!! Saat itu yang membuat keberanian gue meningkat drastis adalah “Gimana kalo ntar gue dapat kesempatan menjelajah Afrika, Amerika Tengah, Amerika Selatan dll dan gue harus melakukannya sendirian?? Masak yang masih di satu regional aja gue dah takut”. Tanpa berpikir panjang gue langsung bikin rencana perjalanan.

Diosdado Macapagal International Airport, setelah mendarat gan..
Sumber: dokumentasi pribadi

Seperti biasa, dihadang imigrasi dulu..
Sumber: dokumentasi pribadi

Tengah malam. Ya. Jam dua belas lebih dikit waktu Filipin (setara WITA), akhirnya mendaratlah gue di Filipina tepatnya di Diosdado Macapagal International Airport, Angeles City. Btw, berdasarkan browsing gue sebelum berangkat, bandara ini masih sejauh 85 km dari Manila sehingga saat itu pilihan gue ada 2 yaitu tidur di airport nunggu pagi, atau naik bus saat itu juga ke Kota Manila. Saat itu dengan dorongan temen baru gue di pesawat asal Malaysia, Rusli, gue pun memilih langsung naik bus pagi itu juga ke kota Manila. Harga tiket busnya 400 peso (80000-feb 2013), bus nya cukup nyaman, kursi lebar dan ber-AC.

Kenampakan bus Philtranco yang membawaku dari bandara ke Manila
Sumber: weekendhaven.com

Jujur gue bertanya-tanya dalam hati ntar gue bakal turun dimana? Apakah terminal tempat gue diturunkan ntar masih sepi n gelap? Gimana kalau gue ntar ditodong? Diculik? Diperkosa? Hahaha, semua pikiran itu sempat berkelebat di benak gue dan bikin gue merinding disko! Matilah gue!! Rusli pun mulai tanya-tanya ke supirnya dimana gue bisa diturunkan, dan supirnya nanya gue mau kemana, gue ngomong gue mau ke kota Vigan, yasudah gue turunin di pool bus yang mau ke Vigan neng. Singkatnya begitulah obrolan kami. 

Btw si Rusli ini terusan aja ngomong, “wah, seandainya saye nggak sudah janji sama temen saye buat nyelem di Batangas, saye bakal nemenin kamu selama di Filipin”. AJE GILEEEE...Bukannya gue gak mau travel bareng temen baru, tapi Rusli ini udeh bapak-bapaaakkk..Adooohh gimana ntar nasib gue??? Bwahahahaha.

Loncat cerita, kebaikan orang Filipina gue rasain pertama kali waktu berbincang dengan supir bus ini. Sewaktu dia ngomong gue bakal diturunin di pool bus yang mau ke Vigan, doi ngomong “Wah harusnye nih ya neng 450 peso, tapi it’s oke lah. Nevermind. For you which so cute and sweet” *Kalimat terakhir ditambahin sendiri #langsung_ngaca. Saat itu gue yang habis ditipu oleh supir taksi fu*k di Kuala Lumpur bersyukur berat, ‘wuuuuaahh..ternyata masih ada juga orang baik ga mata duitan.’ Mungkin dia kasihan ma gue kali ya, udah kecil kurus sendirian bwahahaha, senjata memelas yang mematikan. Senjata memelas ini bakal berguna lagi ntar saat gue ditipu drastis kedua kalinya di Manila. Itu ada bagiannya sendiri ntar.

Selama di bus, gue pun ngobrol basa-basi, tawa-tiwi sama Rusli ini. Seru juga nih bapak-bapak udah kemane-mane, sampai tiba-tiba dia NARUH TANGANNYA DI PAHA GUE!! Cetaaarrrrr!! Saat itu gue kayak disambar petir dan langsung ilfeel, pengen nendang, pengen nonjok ini bapak disamping gue. “WOY, LO PIKIR GUE SIAPEEE???” Gue dengan cepat pun menyingkirkan tangannya dan langsung diem mak clep. Tas pun gue pangku nutupin kaki gue dan gue menatap lurus ke depan nggak berani tidur. Semakin lama bus semakin sepi karena penumpang lain pada mulai dah tidur, mata gue yang mulai berat dan pedes pun gue tahan setengah mati karena gue takut Rusli bakal kurang ajar lagi. 

Kewaspadaan gue kembali terusik setelah Rusli tiba-tiba pengen minjam setengah jaket gue (maksudnya setengah jaket gue pakai, setengah dia – gue waktu itu make jaketnya di depan-- karena dia merasa kedinginan dan ga bawa jaket). Ke-ilfeel-lan gue semakin nambah dan gue menyerahkan jaket gue biar dia pakai aja –mending gue kedinginan daripada harus pakai berdua#jiaaahhh—tapi dienya nolak dan akhirnya gue pakai sendiri jaket anget gue. Wuuuaaaaahhh, kapan bus ini nyampe Manilaaa??????


03.30am

Dua jam yang penuh kewaspadaan dan penderitaan itu akhirnya berakhir juga saat Rusli akhirnya turun di pool bus yang mau ke Batangas. Wuaaahh, saat itu gue mendesah lega dan mulai mencoba tidur tapi ternyata rasa ngantuk sudah hilang dan gue pun berbincang banyak dengan supir. Gue emang duduk di kursi paling depan.

Neng, sebenarnya saya nggak lewat pool bus ke Vigan. Tapi nggak papa saya bakal turunin neng disana.” #wuaaahh Bapak, baik beneerr, udah ngasi diskon sekarang malah mau nganterin#mulai ngefans orang Filipina#kebaikan orang Filipina nomor 1

Sepanjang sisa perjalanan sampai pool bus Vigan, gue pun berbincang dengan pak supir, gue diberitahu namanya tapi lupaaa. Pokoknya namanya Indonesia banget deh, tapi beneran suer gue lupaaa. Oke kita sebut aja Andy #pikir lagi, sepertinya namanya memang Andy. Iya! Gue inget Andy! Deal! #superpenting. Andy yang baik hati ini nanya gue kesini ngapain (untung dia ga nembak langsung gue kerja) gue ngomong traveling, ngasi tau kota-kota yang wajib dikunjungi di Filipina, nanya apa kuliah gue, dll. Pokoknya kepo banget deh! Singkat cerita gue pun nyampe di pool bus dan mengucapkan selamat tinggal buat Andy. Hikz, Andy, have a good life always.

Saat itu masih pagi buta tapi sudah banyak orang yang sedang nunggu bus. Setelah gosok gigi dan makan pop mi lokal (rasanya persis pop mie Indonesia), gue pun bertanya di tiket booth kapan bus ke Vigan berangkat. Jam 5 pagi sama 5 sore neng, yaudah bang gue beli satu yang jam lima pagi, waduh ga bisa atuh neng belinya min 1 jam sebelum berangkat, owalah yasudah bang gue nunggu deh. Sambil nunggu itu gue iseng ngecek berapa duit peso yang gue bawa karena gue lupa. Setelah lirik kanan kiri memastikan nggak ada yang kepo saat gue buka harta karun gue, gue pun mengeluarkan dompet rahasia gue dan menghitung lembar-lembar peso.

2000, 2500, 3000...!!!

What the.....gue Cuma bawa 3000 peso! Kok bisa gue lupa sih, itu setara dengan 750.000rupiah aja buat 4 hari sementara tiket bus Vigan-Manila PP udah 300.000rupiah, belum termasuk gue nginap sehari di Vigan (gue belum prebook) dan biaya makan transportasi objek wisata. Pikiran gue, gue bawa 1.300.000 rupiah. Gue langsung lemas tak berdaya dan mulai menata ulang itinerary dengan pikiran yang berantakan. Pikiran gue berpacu antara ke Vigan duit terancam kurang atau gue habiskan waktu 4 hari ini di Manila. Pilihan gue jatuh ke nomor 2, itinerary yang sudah ke macem-macem kota gue sobek, masukin sampah dan tidak memikirkannya lagi#jiaaaahh..Hikz, someday lah Vigan...

Menunggu itu membosankan! Ungkapan itu sangat benar, saat itu gue bosen setengah mati. Di pool ini hampir nggak ada yang bisa dilakukan selain gosok gigi, makan pop mie sama beli tiket #jiaaahh, itumahgue! Gue pun nyoba tidur selonjoran di kursi panjang, satujam kemudian si abang tiket tiba-tiba bangunin gue dan ngomong, ‘neng, itu bus yang ke Vigan. Jadi beli nggak?’ Waduuuhh abang, pengeeenn, tapi duit gue kuraaanggg. Dengan mantap gue bilang, “I’ll take evening bus bang.” “Oke lah neng, tidur lagi aja.” Wuaaahh, kenapa abang ini baik sekali sampai bangunin gue buat beli tiket?? Baru kali ini gue lihat/ngalamin gini #air mata anak kucing mulai keluar. Gue coba mbayangin di negara-negara lain yang gue kunjungin, mana ada yang peduli??? #kebaikan orang Filipina nomor 2.

 
Pool bus yang takkan terlupakan...
Sumber: dokumentasi pribadi

Singkat cerita, saat si abang tiket mbangunin gue ini, ternyata ada abang didepan kursi gue ngepoin. Kekepoan dia itu dikarenakan kami berkomunikasi pakai bahasa inggris patah-patah, sehingga gue pastilah orang asing. Dia pun mulai memperkenalkan diri, namanya Nelson Carrera #oke ini nama Filipin dari Spanyol, sekarang gue yakin# Nelson cukup kepo dan kami berbincang banyak. Dia hangat dan supel. Gue pun mulai nyaman ngobrol-ngobrol sama temen baru gue ini. 

Setelah ngobrol banyak, baru gue tahu kalau dia sudah menikah dan sedang nunggu istrinya mendarat dari Hong Kong – pool bus ini emang deket bandara Ninoy  Aquino—JAM 1 SIANG. Badalah bang brudul brudul, ngapain dari pagi buta gini udah di pool bus coba???? Padahal gue tanya rumahnya di Manila. Ah gue pikir dia emang agak aneh, gitu aja, gue mencoba menghilangkan perasaan curiga.

Wuaaahh, akhirnya ketidaksabaran gue mulai dibalas saat matahari perlahan demi perlahan mulai naik dan menerangi cakrawala kota Manila. Nelson tanya gue mau kemana, gue jawab mau ke penginapan namanya Friendly Backpacker Guest House. Dia pun segera nanya ke pool taksi pakai bahasa Tagalog – sambil ngomong gue ini mining engineer, dia ngomong ke setiap orang yang dia jumpai kalau gue ini mining engineer  sampai gue malu, padahal gue ngomongnya kuliah gue itu geologi, contoh kerjanya ya di mining kalau nggak petroleum. Dia ngomong seakan gue udah engineer beneran. Padahal saat itu muka masih kusut, ngantuk, lecek, mana ada??? Hahaha— Btw taksi ini menawarkan 300 peso buat ke hostel itu, gue yang merasa keuangan agak krisis nolak dan Nelson dengan setia mencarikan gue alternatif transport lain.

Kami pun berjalan membelah kota Manila di tengah kesibukan kota yang mulai terasa. Gue baru tahu kalau ternyata orang-orang Filipin itu wajahnya persis orang Indonesia, jadilah nggak ada yang aneh dengan wajah gue a.k.a gue nggak jadi artis disini bwahahaha. Nelson ngajak gue untuk tanya harga penginapan di hotel ‘gue lupa namanya’ buat gue ntar bermalem (lagi-lagi dia ngomong ke resepsionis gue mining engineer), tapi hotel itu full dan ternyata semalem 1300 PESO (280.000)!! AJE GILEE, untung FULL!! Tidur doank nggak makan donk gue! Gue sempet nggak enak hati merepotkan Nelson seperti itu, tapi gue nggak ngelihat wajah kesel atau gimanee, jadi gue berpikir dia ikhlas. Baik banget abang ini.

Setelah berkata gue pengen nginep di hostel yang murah a.k.a permalem 300-400 peso di Friendly Backpacker Guest House, Nelson mencarikan alternatif transportasi buat gue yaitu kereta LRT. Lucunya, dijalan menuju stasiun, karena dia terus-terusan khawatir gue ketinggalan –dia jalannya cepet—dia nggandeng tangan gue. Saat itu gue berpikir positif dan nggak merasakan hawa kekurang ajaran jadi gue cuek aja meski awalnya kaget juga. Yang nggak cuek adalah orang-orang sekeliling gue, karena mereka pada mandangin, yaelah sumpeh gue malu. Bwahaha. Ternyata setelah ditanyakan penjaga LRT, hostel gue itu letaknya di Distrik Makati, naik LRT senilai 12 peso (3000rupiah). Di setiap stasiun LRT tas kita akan diperiksa secara mendetail oleh penjaga secara manual, tapi karena dia tahu gue orang asing tas gue ga terlalu diperiksa. Nelson menawarkan apakah gue mau ditemenin sampai nemu hostel itu, tapi gue menolak dengan halus dan mengucapkan terima kasih sedalam-dalamnya buat bantuan dia sebelum mengucapkan selamat tinggal. Huft, good bye Nelson #kebaikan orang Filipina nomor 3

Stasiun LRT EDSA, Manila. Secara umum mirip BST Bangkok hanya jalannya lebih lambat..
Sumber: tripadvisor.com
 
Singkat cerita, gue pun sampai di Stasiun Querreno (Distrik Makati) dan sambung naik cycle rickshaw ke hostel gue. Gue beruntung berat karena mendapatkan kamar mix dorm AC (gue nggak prebook jadi kemungkinan bisa nggak dapet kalau penuh) dengan harga permalem 395 peso (80.000) selama 3 hari kedepan. Gue mendapat bunk bed posisi kasur atas, setelah saling say hello singkat dengan bule cowok di kasur bawah, gue pun selimutan dan langsung tidur karena kelelahan fisik maupun mental yang luar biasa hari ini. See u this afternoon, Manila!

Perlengkapan Backpacker Standar

Okey guys, kali ini ane mau coba berbagi tips tentang perlengkapan standar untuk backpackeran ke luar negeri. Semuanya berdasar pengalaman ane sendiri gan (di Asia), dan ane merasa nggak pernah kekurangan/ketinggalan apapun jika sudah bawa barang-barang ini. Tapi tentu saja itu disesuaikan dengan gaya traveling dan musim di negara yang agan aganwati sekalian kunjungi. Kebetulan ane selalu berkunjung pas musim panas gan, jadi kalau agan berkunjung pas musim dingin harap disesuaikan sendiri terutama masalah pakaian. Cekidot!


Peralatan Standar Traveling ke Luar Negeri & Persiapan

UTAMA
  1. Paspor = difotokopi 2x, masukkan di tas yang berbeda. Discan juga, masukkan ke FD. FD dibawa.
  2. Uang secukupnya sesuai lama perjalanan
  3. Boarding pass PP. Print 2 lembar, masukkan di tas yang berbeda. Discan juga, masukkan ke FD. FD dibawa.
  4. KTP & ATM & SIM & KTM (kadang masuk tempat wisata tertentu bisa dapat diskon jika menunjukkan kartu mahasiswa)
  5. Konfirmasi booking hotel . 
  6. Dompet rahasia= bisa yang dipinggang/digantung ke leher dimasukkan ke dalam baju. Paspor dan uang utama yang banyak, kartu2 ATM, KTP, SIM, KTM masukkan sini, uang pecah2 atau yang sering dipakai transaksi masukkan dompet yang di tas slempang. Khusus paspor bungkus dengan plastik ziplock untuk mencegah supaya tidak basah. Tas ini harus selalu dipakai dan jangan pernah dilepas, even ke kamar mandi (terutama jika nginap di dorm & kondisi solo traveling).
  7. Rencana perjalanan, peta-peta penting

PAKAIAN
  1. Untuk baju, bawa sedikit saja terutama yang katun & mudah kering (bisa dicuci sewaktu di penginapan), sesuaikan dengan musim pada negara yang dikunjungi.
  2. Celana = enak dan praktis celana pendek, kalau celana panjang, jangan bawa jeans semua karena berat. Bawa celana yang ringan dan mudah kering.
  3. Jaket (perjalanan malam dengan bus/di gunung pasti lumayan dingin)
  4. Pakain dalam secukupnya (bisa dicuci di penginapan)
  5. Jas hujan (kalau kebetulan negara yang agan kunjungi pas musim hujan)

PERALATAN
  1. Kamera (sedia baterai cadangan dari Indonesia jika pakai baterai luar) & charger.
  2. Colokan listrik kaki 3 (negara-negara Asia Tenggara normalnya 3, tinggal bawa sambungan terminal kaki 2 yang bisa buat bareng-bareng)
  3. Tripod = buat narsis bareng / kalau solo traveling
  4. Jam tangan, topi, kacamata, dsb (pilihan)
  5. HP n baterai cadangan?
  6. Peralatan mandi
  7. Handuk kecil yang cepat menyerap 
  8. Jika mengunjungi wisata bahari dan mau snorkeling: kacamata renang, pelampung (bagi yang belum bisa renang), dan fins (kaki katak). Kalau bawa sendiri dijamin lebih murah gan daripada sewa di tempat.
  9. Sepatu = untuk jalan-jalan di kota lebih nyaman
  10. Sandal
  11. Make up
  12. Sisir
Untuk alat mandi: usahakan pakai alat mandi yang ukuran kecil karena tidak diperbolehkan membawa cairan melebihi 100 ml di pesawat (1 alat mandi tidak boleh melebihi 100 ml, bukan total semuanya setelah dijumlah). Sabun dan odol dihitung cairan. 

LAIN-LAIN:
  1. Tisu basah & kering
  2. Sunblock
  3. Kantong plastik = untuk pakaian basah/kotor
  4. Sabun cuci bubuk dipastik = pas nginap bisa nyuci di wastafel
  5. Obat-obatan= Obat pusing, flu, diare, mual, dsb
  6. Buku kecil & pulpen= untuk menulis diari perjalanan & mengisi kartu imigrasi
  7. Botol air minum = untuk mengisi ulang, biasanya di penginapan disediakan air minum gratis, lumayan daripada beli.
  8. Bekal makanan yang simple i.e. abon, sambel pecel, energen, kopi, susu, pop mie, roti,koko krunk dsb. Bawa cangkir plastik kecil 1 juga untuk buat susu/kopi/energen, mangkok kecil +sendok 1. Biasanya penginapan menyediakan air panas gratis.  
PS: Bagi yang ingin bertanya lebih lanjut seputar hal backpacking bisa menghubungi
WA  = 081 227 042 095 (WA only)

[2] Catatan KKN Atambua 2013: Rinbesi Hat, Kurasa Aku Menyukai Desa Ini!

8 Juli 2013
Selamat Datang Rinbesi Hat :-)

Setelah 2 hari di Desa Bakustulama, hari ini adalah kepindahan kami ke rumah kami yang sebenarnya selama 2 bulan ke depan yaitu Desa Rinbesi Hat. Kepindahan kami ini bersamaan dengan acara penerimaan mahasiswa/i KKN PPM UGM oleh Bapeda Belu, Kecamatan Tasifeto Barat dan Kepala Desa Rinbesi Hat sendiri yang kami belum pernah bertemu sebelumnya. Acara penerimaan ini berlangsung di Kantor Desa Rinbesi Hat.

Akhirnya truk Bapak Camat yang mengangkut kami bertiga puluh sampai juga di Kantor Desa Rinbesi Hat, balai desa yang akan dialihfungsikan menjadi pondokan kami. Dari pertama aku lihat desa ini, aku sudah punya perasaan bahwa 'aku menyukai desa ini!' 

 Ini dia gan kenampakan padang savananya, membuat siapapun yang memandangnya tentram...
Sumber: dokumentasi pribadi Ari Wijaya (tim KKN)

Bagaimana aku tidak menyukainya? Di Desa Rinbesi Hat ini, aku bisa melihat bahwa savana berwarna hijau segar membentang sejauh mata memandang dikelilingi perbukitan kecoklatan yang menjulang indah. Memandangnya saja sudah membuat hatiku tentram. Saat kami pertama datang, Pulau Timor memang masih sering diguyur hujan sehingga savana masih berwarna kehijauan. Dan perbedaan dengan Desa Bakustulama adalah, jika disana kami harus berjalan sekitar 200 meter untuk menikmati padang savana, disini kami sudah akan bisa menikmatinya jika keluar dari pondokan.

Ane di sampng pondokan dengan latar savana & perbukitan Belu..
Sumber: dokumentasi pribadi

Salah satu hal yang paling aku sukai lagi adalah karena desa ini terletak di pinggir jalan raya Trans Timor, sehingga memungkinkan untuk ada warung makan. Aku memang sering kelaparan nggak jelas sehingga jika ada warung itu akan membuatku tentram.
***

Rupanya kedatangan kami sudah disambut dengan banyak warga Desa Rinbesi Hat yang menebar senyum begitu kami turun dari truk. Aku memang sangat menyukai keramahan masyarakat Timor, dan hal inilah yang menyebabkan aku begitu sulit move on selepas KKN. Setelah bersalam-salaman singkat, kami pun mulai bersiap untuk acara penerimaan.

Acara penerimaan mahasiswa/i KKN PPM UGM berlangsung dengan lancar, saat itu aku bisa mengenal Wakil Bapeda yang bernama Bapak Valent, Bapak Camat Tasifeto Barat, Bapak Desa Rinbesi Hat yang super gaul, Bapak-Ibu dusun yang ada di Desa Rinbesi Hat, jajaran administrasi desa, dan lain-lain. Beberapa memberi kami wejangan singkat dan ucapan semoga KKN kali ini lancar dan sukses. Amiiin.

Seusai sambutan tersebut, acara dilanjutkan dengan makan. Ternyata disini kami dikenalkan dengan makanan khas Timor yaitu pisang goreng. Hmm, dari namanya memang sepertinya nggak asing yah. Tapi karena pisang goreng ini dimakannya menggunakan sambal masa bodoh! Sambal masa bodoh itu dibuat dari cabe rawit, teri, tomat dan bawang. Pisang goreng disini juga sebenarnya tidak digoreng tapi direbus, rasanya pun tawar. Aku baru tau cara makan pisang dengan sambal seperti itu disini, dan rasanya memang mantap disaat perut keroncongan.

Ini dia yang namanya pisang goreng dan sambel masa bodoh..
Sumber: dokumentasi pribadi 
***
Hari-hari awalku di Desa Rinbesi Hat bisa dikatakan berjalan dengan lancar, walau kebosanan masih sering melanda. Disini listrik beroperasi 24 jam walau yang menjadi permasalahan adalah air, karena kami harus menimba dan mengangkut air cukup jauh jika ingin mandi/buang air.

Hari-hari awal banyak kami isi dengan membicarakan program yang akan kami laksanakan dengan sesekali berdiskusi bersama Bapak Desa. Program yang kami laksanakan disini berasal dari kluster sains-teknologi, sosial-humaniora, kesehatan dan agronomi (terdiri dari pertanian, peternakan dan kedokteran hewan).

Di sela membicarakan program tersebut, kami juga mulai kenal dengan beberapa anak-anak yang sering main ke kantor desa dimana salah duanya termasuk Rinel dan Viga. Bersama mereka juga kami mengunjungi SD dan SMP yang ada di Rinbesi Hat. Jangan kira ada banyak ya sekolahnya, karena masing-masing hanya ada 1. Aku jadi berpikir, kalau di Jawa anak-anak SD aja berebutan untuk masuk satu SMP unggulan diantara puluhan SMP di kota mereka, disini bisa sekolah saja sudah bagus. Aku jadi sedih memikirkan hal ini.

Kenampakan SD Halibesin di Desa Riinbesi Hat
Sumber: dokumentasi pribadi

Kenampakan SMP Rinbesi Hat, cuma begini aja gan bangunannya..
Sumber: dokumentasi pribadi

Melihat kondisi SMP yang hanya bangunan sederhana dengan 3 ruangan itu sedikit membuatku terenyuh. Pikiranku langsung berkelana ke SMP-SMP yang ada di Jawa, dimana sudah dilengkapi dengan fasilitas laboratorium, lapangan basket, perpustakaan, ruang tata usaha, ruang musik, dan lain-lain. Begitu besar ketimpangan yang ada. Mungkin memang benar jika selama ini aku melihat di televisi tentang kondisi sekolah-sekolah yang ada di perbatasan, itu bukan hanya isapan jempol. Dalam hati aku mempunyai tekad, jika nanti Tuhan memberiku rejeki berlebih, ingin sekali aku bisa membantu melakukan pembangunan pada SD maupun SMP disini.

***
Selain Rinel dan Viga, aku mulai banyak kenal anak yang lain karena setiap sore mereka mulai berdatangan ke kantor desa untuk sekedar bermain. Aku biasa bermain bola dengan mereka, dan karena melihat sedikit kelihaianku, mereka mulai sering memanggilku 'kakak Ronaldo'  hihi, ada-ada aja.

Dengan gawang sederhana yang kami buat, setiap sore kami bermain sepakbola bersama. Sangat menyenangkan..
Sumber: dokumentasi pribadi