Life Only Once. Stop Thinking and Just Make It Work

4.28.2016

[PART 14] Tinta Hindustan : INTERMEZZO Hewan-Hewan yang Kutemui di Jalanan India

Bersyukur.. Mungkin itulah sejengkal kata yang akan diucapkan oleh hewan-hewan di India kepada Tuhan jika mereka bisa ngomong. Terutama sapi. Kenapa? Let’s take a look my story.

Berdasarkan pengalamanku kemarin di berbagai kota besar di India, kebanyakan orang India merupakan vegetarian, hal itu bisa dilihat dari jarangnya restoran non-vegetarian disini. Menurut data yang aku peroleh, antara 20 % sampai 40 % dari populasi India adalah vegetarian, dimana angka tersebut masih dipertanyakan oleh adanya fakta bahwa sebagian umat Hindu India tidak menganggap orang-orang yang makan telur sebagai vegetarian. Kebiasaan menjadi vegetarian tersebut tentunya berhubungan dengan prinsip-prinsip agama dan hukum makanan. Hindu, Jain dan Tao, ketiga agama tersebut menganjurkan vegetariasnisme dalam tingkat yang besar atau kecil. Sementara negara dengan mayoritas pemeluk agama Buddha pendekatan untuk istilah vegetarian lebih bervariasi dan sering disalahpahami. Tradisi Theravada, yang dominan di Thailand, mengajarkan bahwa merupakan hak semua orang untuk makan daging, jika daging itu ditawarkan kepada anda. Sementara umat Buddha Mahayana dari Taiwan, Vietnam dan Jepang merekomendasikan seseorang untuk menjadi vegetarian, dan Tibet Vajravana Buddha menganggap menjadi seorang vegetarian adalah opsional. 

Berdasar pengamatanku, sebagian besar konsumsi masyarakat India adalah roti gandum (chapati), sayur-sayuran dengan rempah-rempah, buah-buahan serta umbi-umbian. Aku yang seorang omnivora sejati, bisa dibayangkan, sangat menderita. Setiap kali memikirkan daging, air liur ini langsung meleleh. Bisa dibilang, sangat susah sekali menemukan warung makan dengan dominasi daging di kota-kota yang aku lewati. Kalau menginginkan daging (yang pasti menjual), kita harus mencari di restoran atau mall.

Nah selama traveling kesana, aku menjumpai beberapa hewan di jalanan India, mulai yang biasa saja sampai unik. Apa saja hewan-hewan tersebut? Ini dia.....

SAPI
Salah satu hewan yang disucikan di India adalah sapi. Menurut ajaran agama Hindu, mereka dilarang mengkonsumsi ataupun mengganggu sapi-sapi yang banyak berkeliaran di jalan besar. Pernah ada cerita bajaj-ku agak menghalangi jalan gitu langsung di “tiiiiiinnnnnnnnnnnn” (orang India kalau nglakson bisa lebih dari 10 detik) sampai telinga panas. Giliran sapi lewat, dibiarin aja sampai sapinya nyebrang.  #cemburusamasapi.
Sapi di jalanan Varanasi (GALUH PRATIWI)

Well, kenapa sapi begitu disucikan dan dihormati di India? 

Sejak zaman Veda kuno, Hindu memuja dan menghormati sapi. Penghormatan untuk sapi dapat ditemukan di semua teks utama agama ini. Namun ada juga referensi ke hewan lain seperti ikan, kura-kura, rusa dan dalam semua teks tersebut secara eksplisit tidak disebutkan bahwa orang Hindu dilarang makan daging sapi. Jadi sampai sekarang tidak jelas mengapa orang Hindu makan ikan, rusa dan hewan lain yang disebutkan dalam teks tapi tidak makan daging sapi. 

Alasan utama kenapa sapi begitu dihormati karena sapi itu sangat berguna untuk membantu mengolah pertanian dan sapi mempunyai sifat lembut yang melambangkan ajaran Hindu. Hindu sangat bergantung pada sapi untuk memperoleh produk susu, krim, yogurt, keju, mentega, es krim, untuk mengolah ladang, dan kotorannya sebagai sumber bahan bakar, pupuk maupun sebagai disinfektan di rumah. Jadi dalam pandangan orang Hindu, sapi dipandang sebagai 'penjaga' atau 'tokoh seorang ibu'. Salah satu dewi Hindu yang menampilkan diri dalam bentuk sapi adalah Bhoomi (ভূমি). Dia mewakili Bumi. Jadi meskipun sapi begitu dihormati dan dijunjung tinggi, orang Hindu itu tidak menyembah sapi.
            Sapi di tengah jalanan New Delhi (GALUH PRATIWI)

Dalam agama Hindu, sapi mewakili semua makhluk lainnya. Hindu percaya bahwa semua makhluk hidup adalah suci, seperti mamalia, ikan, burung. Sapi lebih disucikan karena merupakan simbol dari bumi. Selalu memberikan dan memakan, yang mewakili kehidupan dan dukungan untuk kehidupan. Menghormati sapi menginspirasi orang tentang kebajikan dan kelembutan yang menghubungkan mereka dengan alam. Sapi hanya mengambil air, rumput dan biji-bijian, sementara itu memberikan susu, seperti halnya jiwa yang dibebaskan memberikan pengetahuan spiritualnya. Sebagian besar susu ini ditawarkan kembali sebagai persembahan untuk Shivalingams dan ritual Hindu lain dan tidak dikonsumsi sebagai makanan diet.
                 Sapi di jalanan Jaisalmer (GALUH PRATIWI)

Dalam tradisi Hindu India, sapi dihormati, diberikan karangan bunga dan diberikan makanan khusus di festival di seluruh India, yang paling penting festival tahunan Gopashtama. Di India, lebih dari 3.000 lembaga yang disebut Gaushalas merawat sapi tua dan lemah. Pemberian hadiah berupa sapi dipandang merupakan jenis hadiah yang tertinggi. Menurut statistik peternakan ada sekitar 45.150.000 sapi di India, terbanyak di dunia. Jadi sementara beberapa sapi tua dan lemah dirawat di Gaushalas, sisanya umumnya ditinggalkan di tempat-tempat umum seperti stasiun kereta api dan bazaar di mana mereka dapat menemukan makanan di tong sampah.
   Salah satu kedai di West Patel Nagar (New Delhi) yang menjual daging (GALUH PRATIWI)

KELEDAI
Keledai di tengah jalanan India (ilustrasi dari internet)

Selain sapi-sapi di jalan, aku juga menjumpai keledai di jalanan India. Keledai itu dengan santainya berjalan di tengah jalan besar (di pembatas jalan tengah) sambil mencari-cari dedaunan. Padahal saat itu jalanan sangat macet dengan suara klakson bersahut-sahutan. Telingaku seakan mau pecah, tapi keledai itu tidak terlihat takut sama sekali.

 MONYET
Hewan ketiga adalah monyet. Monyet juga merupakan salah satu hewan yang disucikan di India. Mereka banyak bergelantungan dari satu rumah ke rumah lain, dari satu kuil ke kuil lain, di pohon-pohon, di tempat wisata, pokoknya banyak banget.Kumpulan monyet di Bukit Dungeswari, Bodhgaya (GALUH PRATIWI)

Di India, monyet diyakini sebagai bentuk Dewa Hanuman atau Bajrang Bali, dewa kekuasaan dan kekuatan. Banyak kuil di India seperti Kuil Durga di Varanasi dan Kuil Galta, Jaipur adalah rumah bagi ribuan untuk monyet. Monyet terbesar dikenal sebagai Langur atau Hanuman Langur, adalah yang paling suci di India.

KAMBINGKambing single di dekat Ghat Manikarnika, Varanasi (GALUH PRATIWI)


Hewan keempat adalah kambing. Tidak kaya kambing di Indonesia yang selalu digembalakan dan punya pemimpin, disini aku sering menjumpai kambing single lagi jalan galau di kota. Kadang mereka kelompokan main di pinggir jalan. Jarang ada yang sampai tengah jalan.

BABI

            Babi di jalanan India (ilustrasi dari internet)

Hewan kelima adalah babi. Babi-babi kotor ini banyak berlari-larian di tempat yang berlumpur-lumpur gitu dengan b*kong pinky megal-megol. Aku sampai ngakak waktu lihatnya. “Ah kamu babi.”

ANJING

       Anjing di Gurun Pasir Thar, Jaisalmer (GALUH PRATIWI)

Hewan keenam adalah anjing. Anjing ini bisa dikatakan tidak terhitung, dimana-mana aku menjumpai anjing. Ada yang ngikutin aku sambil “gewes gewes”, ada yang tiduran cuek tak menganggap kehadiranku, ada yang bulunya brodol-brodol.
          Anjing di jalanan India (ilustrasi dari internet)

TUPAI

Tupai di kawasan wisata Qutab Minar, New Delhi (GALUH PRATIWI)

Hewan ketujuh adalah tupai. Tidak bisa dihitung berapa kali aku menjumpai tupai kecil-kecil di beberapa tempat wisata seperti Red Fort dan Qutab Minar. Tupai tersebut biasanya cuma keluar gaya-gaya doank, kalau dideketin ngacir. Tapi tidak ada yang ggu atau nangkapin mereka lo, hehehe.

ULAR KOBRA
Hewan kedepalan adalah ular kobra, salah satu hewan yang disucikan lagi selain sapi dan monyet. Well, sebenarnya aku tidak lihat hewan melata ini lepas dan berkeliaran di jalanan (aku bisa teriak-teriak kalau gini), tapi aku melihatnya sedang melenggok-lenggok dengan tiupan seruling seorang pria tua. Sebenarnya aku bisa aja melihat pertunjukkan itu dengan memberi bayaran kepada pria tua itu untuk memainkan seruling dan ularnya akan menari, tapi aku saat itu belum sempat melakukannya.
Ular Kobra India (ilustrasi dari internet)


Penyembahan dewa ular hadir dalam beberapa budaya tua India. Dalam agama Hindu diketahui Dewa Siwa memakai Nag ular "Kobra India" sebagai hiasan di lehernya. Kobra India adalah ular paling suci di India. Nag Panchami, festival ular, adalah festival Hindu yang didedikasikan untuk menyembah ular dan dewa ular. Ini adalah festival penting di India, masyarakat melakukan puja, memberikan persembahan susu dan menyembah ular.

Hal yang unik adalah hewan-hewan tersebut sama sekali tidak takut dengan kehadiran ataupun lalu-lalang manusia di sekitarnya. Mungkin itu karena tidak ada yang menyakiti mereka jadi mereka merasa nyaman-nyaman aja berbaur dengan manusia.. Itulah jawaban kalimat pertamaku tadi. Hewan-hewan di India kalau bisa ngomong akan mengucap bersyukur karena tidak ada yang akan menyakiti mereka. Memang India sungguh suatu negara yang sangat unik.

[PART 13] Tinta Hindustan : Kami mau dibawa kemana?

Saat menyusun rencana perjalanan ke India, sebenarnya Gaya tidak aku masukkan dalam daftar kota yang ingin kukunjungi. Aku lebih memilih Kota Allahabad, sebuah kota 131 km sebelah barat Varanasi sebagai alternatif kota penyambung antara Agra dan Varanasi. Tetapi karena kehabisan tiket kereta Agra-Allahabad, aku memutuskan Gaya sebagai alternatif kota penyambung antara Varanasi dan Kolkata. Alasan klasik, aku tidak mau berada terlalu lama di kereta sehingga membutuhkan satu kota penyambung.

Ternyata Gaya inilah yang membuatku mendapat travelmate. Salah satu travelmate-ku yang beragama Buddha merasa terhormat dia bisa mendapatkan kesempatan mengunjungi Bodhgaya, tempat dimana Sang Buddha Sidharta Gautama memperoleh pencerahan. Bodhgaya bisa dikatakan merupakan salah satu tempat tersuci bagi umat Buddha. Sungguh India merupakan negara yang sangat unik dan beragam terbukti dengan lahirnya beberapa agama besar dunia di negara ini.

“Jreengg...jrenggg...Krepyar..Gaya Railway Hai.”

Waktu sudah menunjukkan pukul 12 malam saat kami tiba di Stasiun Gaya. Begitu turun dari kereta semburan udara panas langsung menyerbu kami kembali meskipun tidak sepanas di Varanasi. Kami segera melangkah ke depan dengan harapan segera menemukan Auto Rickshaw untuk mengantarkan kami ke penginapan. Di pusat informasi, kami sempat bertemu turis wanita asal Amerika yang menyarankan kami untuk tinggal di stasiun saja sampai pagi, esok hari baru naik Auto Rickshaw ke Bodhgaya. Karena menurutnya adalah sangat rawan naik Auto Rickshaw tengah malam begini ke Bodhgaya. Jarak Stasiun Gaya dan Bodhgaya sendiri adalah 11 km.

Dengan kekeras-kepalaan kami, kami bertiga tetap saja mencari Auto Rickshaw untuk mengantarkan kami ke Bodhgaya saat itu juga. Mendapatkan supir yang cukup terpercaya – setidaknya dari wajahnya – dengan tarif 300 Rs, kami mulai berjalan meninggalkan Stasiun Gaya. Entahlah apa yang akan terjadi, kami hanya butuh udara dingin dan sebuah kamar untuk malam ini.

Semakin menjauhi Stasiun Gaya, jalanan menjadi semakin sepi dan gelap. Di kanan kiri hanya terdapat sawah dan sesekali rumah penduduk yang sudah tertutup rapat. Di depan hanya ada jalan gelap kosong yang seakan tak berujung. Hati ini mulai gelisah, sebenanya kami mau dibawa kemana? Aku sudah memikirkan berbagai alternatif jika supir ini mau berbuat jahat kepada kami. Salah satu alternatif yang aku pikirkan adalah langsung melompat dan bersembunyi di semak-semak. Sungguh alternatif yang sangat pengecut.

Menit demi menit berjalan seakan membuat keringat dinginku semakin mengalir deras. Aku juga bisa melihat di wajah kedua travelmate-ku, bahwa mereka juga ketakutan. Pix San mulai bertanya beberapa kali kepada supir, “Where you will taking us?” Si supir hanya menjawab dengan gumaman yang tidak jelas. Ketakutan kami semakin di ujung syaraf. Kami seharusnya mendengarkan nasehat turis wanita Amerika tadi!

Setengah jam kemudian, kami sampai di sebuah pertigaan dan supir Auto Rickshaw bertanya kepada kami, “Where you will stay?”. Pix San segera menjawab nama penginapan yang sudah kami  incar sebelumnya berdasarkan rekomendasi pemilik penginapan di Varanasi. Supir terlihat kebingungan dan mulai berbicara dengan Bahasa Hindi kepada beberapa temannya yang berada di sekitar pertigaan. Keringat dingin mulai bercucuran, ‘Apa yang mereka bicarakan? Apa mereka sedang merencanakan sesuatu untuk berbuat jahat kepada kami?’ Aku benar-benar benci perasaan ketakutan seperti ini. Tidak ada satupun dari kami yang bisa bela diri atau semacamnya. Kami pasrah sewaktu supir mengemudikan Auto Rickshaw menuju gang kecil yang cukup padat pemukiman.

Tiba-tiba, dengan sentakan rem ringan, supir Auto Rickshaw meminta kami turun. Kami diturunkan di depan sebuah rumah besar yang belakangan kutahu adalah penginapan yang akan kami inapi malam ini. Ternyata kami sudah sampai! Aku bersyukur, kami masih selamat malam ini. Seharusnya ini merupakan salah satu pengalaman yang tidak boleh kami ulang, apalagi jika solo backpacker.

Berunding singkat dengan penjaga penginapan, kami mendapatkan sebuah kamar – Air Conditioner – ya, AC dengan tarif 1000Rs per-malam. Penjaga penginapan itu adalah seorang  laki-laki India yang terus menerus bertanya kepada kami  tentang semua hal. Kami yang sudah bosan dan capek memaksa untuk cepat tidur dan masuk kamar. Kondisi penginapan terlihat kotor (di bak cuci saya jumpai piring kotor bertumpuk-tumpuk), tapi ah sudahlah, saya capek. Besok kami akan menjelajah Bodhgaya!

PS: Maaf tidak ada foto yang saya dan travelmate ambil karena posisi kami dalam keadaan capek karena sampai Gaya sudah tengah malam.


[PART 12] Tinta Hindustan : Varanasi Kota Religius

Setiap pergerakan tubuh kami seakan membuat udara Varanasi semakin panas saja, tidak terkecuali pagi ini. Terbangun dengan muka kusut dan banjir keringat, membuat kami sudah terlalu malas untuk bergerak dan mengeluarkan lebih banyak keringat lagi. Dari semua kota yang aku kunjungi, Varanasi memang yang paling panas dan lembab karena keberadaan Sungai Gangga. 
Sungai Gangga (GALUH PRATIWI)

Hari ini kami tidak mempunyai rencana yang cukup jelas, tetapi pemilik penginapan menawarkan alternatif lain. Dia akan membawa kami keliling Kota Varanasi menggunakan mobilnya dengan tarif 100 Rs (Rp 20.000)/orang, tentu saja kami iyakan karena rasanya sudah tak sanggup kalau harus berjalan mencari auto rickhaw di tengah panasnya udara Varanasi. Aku berharap banyak mobilnya adalah mobil ber-AC yang akan sedikit memberikan kesegaran di tengah panasnya Varanasi. Tapi aku harus menelan kekecewaan saat mobilnya hanya menggunakan AC alami dari jendela.
Pemandangan Kota Varanasi (GALUH PRATIWI)

Perjalanan membelah Kota Varanasi menyadarkanku satu hal, Varanasi memang benar-benar kota yang religius. Kota ini bisa diibaratkan merupakan pusat spiritualitas bagi umat Hindu sedunia. Menurut data yang saya peroleh, terdapat total 87 ghat di sepanjang pinggir Sungai Gangga. Kebanyakan dari ghat tersebut merupakah ghat yang digunakan untuk upacara puja dan mandi suci, sementara sisanya digunakan khusus untuk kremasi. Selain ke-87 ghat tersebut, terdapat juga beberapa kuil pemujaan yang penting. Salah satunya yang sempat saya lihat lewat kaca jendela mobil adalah Kuil Durga Kund Mandir (sering disebut juga Kuil Monyet). Kuil berwarna merah menyala ini merupakan salah satu kuil terpenting dan tersuci di Varanasi, dan sesuai namanya tentu saja didedikasikan untuk Dewi Durga. Kami hanya sekedar melewatinya karena tujuan utama hari ini adalah Kuil Shri Viswanath Mandir yang berada kompleks Universitas Hindu Banaras.

Kuil Sri Vishwanath Mandir (orang sana biasa menyebut Vishwanath Mandir atau Kuil Birla) merupakan salah satu kuil paling besar dan terkenal di kota suci Varanasi. Karena letaknya yang berada di Kompleks Universitas Hindu Banaras, jalanan yang kami lewati sebelum sampai sangat khas jalanan kampus. Beberapa fakultas berjajar di kiri jalan, pepohonan hijau berderet memenuhi trotoar jalan, sementara pada seberang jalan yang lain terdapat beberapa warung makan maupun alat tulis. Di sepanjang jalan banyak kami jumpai mahasiswa dari berbagai fakultas yang bersantai maupun berjalan-jalan di sekitar universitas. Suasana yang sejuk dan bersih merupakan salah satu faktor penarik untuk betah berlama-lama disini.

Beberapa saat kemudian, mobil berhenti dan pemilik penginapan mengisyaratkan kami turun untuk bersiap menjelajah Kuil Shri Vishwanath Mandir. Pemandangan pertama yang terlihat oleh saya, terdapat sebuah menara raksasa berwarna putih yang cukup tinggi. Menara tersebut ditopang oleh bangunan spektakular berwarna merah muda pada bagian bawah. Menurut info yang saya baca, menara tersebut merupakan menara kuil tertinggi di dunia. Sesaat sebelum kami masuk, terdapat sebuah patung seorang lelaki persis di depan kuil bernama Mahamana Pt. Madan Mohan Malaviya yang hidup dari 1861-1946. Menurut keterangan dibawah patung, beliau ini merupakan pendiri Universitas Hindu Banaras.
 Patung Mahamana Pt. Madan Mohan Malaviya (GALUH PRATIWI)

Saya berjalan lebih jauh mendekati pintu masuk kuil. Kuil Shri Viswanath Mandir ini merupakan kuil yang didedikasikan untuk Dewa Shiva. Pada gerbang kuil, sudah terdapat beberapa orang yang terlihat sedang puja, menunjukkan betapa sucinya Dewa Shiva bagi mereka. Terdapat beberapa tulisan dalam Bahasa Inggris dan Hindi yang menjelaskan tentang jam buka kuil dan petunjuk untuk memberikan donasi. Setelah membaca singkat, saya masuk ke dalam kuil.
 Gerbang Masuk Kuil Shri Viswanath Mandir (GALUH PRATIWI)

Kuil Shri Viswanath Mandir adalah sebuah kuil bertingkat dua yang dibangun dengan sangat epik. Begitu masuk saya sudah disambut dengan taman yang sangat rapi dengan jalan setapak yang mengarah ke dalam kuil. Begitu memasuki kuil, saya seperti merasakan kedamaian dan ketentraman yang belum pernah saya rasakan sebelumnya. 
Kuil Shri Viswanath Mandir (GALUH PRATIWI)

Taman pada bagian depan Kuil Shri Viswanath Mandir (GALUH PRATIWI)

Di dalam kuil itu sendiri terdapat beberapa tempat pemujaan yang cukup ramai dengan orang yang sedang melaksanakan ritual puja. Mereka terlihat melakukan puja dengan semangkuk bunga yang telah dibeli sebelumnya. Ada yang sibuk berkomat-kamit dengan kitab kecil di tangan mereka. Saat melaksanakan semua ibadah tersebut, mereka seakan tidak sadar ada manusia yang berlalu lalang di sekitar mereka. Semuanya fokus pada komunikasi dengan Tuhan.
Kuil Shri Viswanath Mandir, didominasi oleh marmer (GALUH PRATIWI)

Selain tempat puja, saya juga menjumpai patung Dewa Shiva dan beberapa dewa lainnya yang ada di dinding. Selain itu terdapat kutipan ajaran Hindu yang dicetak pada papan-papan kemudian digantung di dinding. Beberapa yang saya baca merupakan kutipan dari Kitab Bhagawadgita dan Upanishad. Lantai dasar ini memang dikhususkan sebagai tempat pemujaan Dewa Shiva.
Kutipan Kitab Bhagawadgita (GALUH PRATIWI)

Lukisan yang menggambarkan wanita membakar dirinya jika suaminya meninggal dunia (GALUH PRATIWI)

Berjalan lebih jauh ke dalam kuil, saya melihat suatu ritual upacara puja yang cukup unik. Saya melihat terdapat sekelompok orang yang mengelilingi sebuah lingkaran, dimana pada bagian tengah lingkaran itu terdapat patung ular kobra dan seorang pemuka agama (entahlah, mungkin seorang brahmana). Pemuka agama tersebut terlihat mendendangkan sesuatu sembari orang mengitarinya, sementara itu dari mulut patung ular kobra terlihat cairan berwarna putih yang mengalir keluar. Saya sebenarnya sangat penasaran, tapi mengurungkan niat untuk menfoto ritual tersebut karena saya rasa tidak etis menfoto orang yang sedang bersembahyang.

Sebenarnya saya masih penasaran ingin melihat ritual tersebut, tapi langkah kaki saya memaksa untuk melihat bagian lain dari kuil yang cukup luas ini. Banyaknya ventilasi berupa jendela-jendela terbuka memang membuat suasana dalam kuil terasa sangat sejuk. Simbol Swastika - salah satu simbol yang paling disucikan dalam Agama Hindu yang berarti simbol atau gambar dari terapan kata Swastyastu (semoga dalam keadaan baik) -  terlihat terukir dimana-mana. Selain Swastika, saya juga melihat beberapa simbol Om, ikon spiritual agama Hindu.
Lantai 1 Kuil Shri Viswanath Mandir (GALUH PRATIWI)

Sesaat kemudian, saya naik ke lantai 1 dan masih mendapati pemandangan serupa seperti lantai dasar. Beberapa kutipan dari Kitab Bhagawadgita dan Upanishad tergantung di dinding marmer, sangat menyadarkan saya akan posisi di dunia yang hanya bersifat sementara dan mengingatkan akan dosa. Jika kuil di lantai dasar digunakan untuk pemujaan Dewa Shiva, kuil di lantai 1 ini digunakan untuk pemujaan Dewi Laksmi Narayan dan Dewi Durga.
Kutipan Kitab Upanishad (GALUH PRATIWI)

Kutipan ajaran agama Hindu (GALUH PRATIWI)

Kuil ini sendiri merupakan versi tiruan dari Kuil Shri Kashi Viswanath Mandir yang ada di sebelah barat Ghat Manikarnika. Kuil Sri Vishwanath Mandir (sering juga disebut New Vishwanath Temple) ini dibangun pada 1930 oleh Pandit Madan Mohan Malaviya - patung lelaki yang ada di bagian depan kuil tadi - di dalam kompleks Kampus Hindu Banaras. Keluarga Birla kemudian melakukan peletakan pondasi pertama pada Maret 1931 dilanjutkan pembangunan sebelum selesai pada 1966.

Mungkin, keberadaan menara tinggi (Shikhara) berwarna putih dengan gelar shikhara tertinggi di dunia inilah yang menambah kesan agung pada kuil Sri Vishwanath Mandir. Shikhara merupakan sebuah kata dalam Bahasa Sansekerta yang berarti puncak gunung, sebagai simbol penghormatan tertinggi kepada pada dewa-dewi. Dengan ketinggian total kuil mencapai 77 meter, Kuil Sri Vishwanath Mandir merupakan salah satu kuil paling tinggi di India.
Shikhara (GALUH PRATIWI)

Meskipun utamanya dibangun sebagai tempat pemujaan untuk Dewa Shiva, Kuil Sri Vishwanath Mandir sebenarnya terdiri dari 9 kuil kecil yang terbuka untuk orang dari semua kasta, agama, dan keyakinan agama. Kuil lainnya yang ada di kompleks Sri Vishwanath Mandir ini adalah Nataraj, Mata Parvati, Ganesha, Panchmukhi Mahadev, Hanuman, Saraswati dan Nandi.

Dari lantai 1, saya bisa melihat kesibukan beberapa pria yang sedang melakukan gerakan-gerakan tubuh sembari berkomat-kamit. Gerakan tersebut mirip dengan yoga. Lamunan saya disadarkan oleh pemilik penginapan yang memberi kode bahwa kami harus segera melanjutkan perjalanan ke tempat selanjutnya, Kuil Hanoman. Ya, di Varanasi ini memang kebanyakan tempat wisatanya adalah tempat wisata religius. 
Yoga? (GALUH PRATIWI)

Perjalanan menuju Kuil Hanoman kami tempuh tidak terlalu lama. Pemandangan di sepanjang jalan masih didominasi oleh bangunan-bangunan usang yang berdiri dengan gagahnya di pinggir jalan. Udara masih cukup gerah dan panas. Orang-orang banyak berlalu lalang. Saya rasa di Varanasi inilah saya menjumpai tumpukan manusia yang begitu banyaknya. Kebanyakan dari mereka merupakan penduduk lokal maupun para pendoa yang ingin mendekatkan diri dengan Tuhan.

Sesaat kemudian, kami telah sampai di Kuil Hanuman. Kami harus berjalan sejenak dari tempat parkir menuju halaman utama kuil. Tidak ada biaya masuk sama sekali yang diberikan kepada kami. Kami melewati sebuah gapura yang cukup tinggi sebelum benar-benar masuk ke dalam kuil. Seperti Kuil Sri Vishwanath Mandir  yang kami kunjungi sebelumnya, pemandangan pertama yang saya lihat adalah sekelompok orang yang sedang melakukan devosional dan chant (semacam menyenandungkan kata-kata dari kitab). Monyet terlihat berkeliaran disana-sini. Sesuai namanya, kuil ini dibangun sebagai tempat pemujaan utama Dewa Hanoman. Pada bagian dalam kuil itu terdapat sebuah altar cukup luas dengan pemandangan Dewa Hanoman terlihat menghadap tuannya, Dewa Rama, yang Ia sembah dengan pengabdian teguh dan tanpa pamrih. Semua orang terlihat fokus mendendangkan chant sembari pandangannya tidak lepas dari patung Dewa Hanoman dan Dewa Rama. Sungguh pemandangan religius yang luar biasa di hadapan saya. Saya hanya mengamati mereka sembari berdiam diri, sedikit menelisik bagaimana kehidupan religius saya sendiri.

Dewa Hanuman sendiri merupakan Avtar dari Dewa Siwa lebih dikenal sebagai Rudra Avtar. Beliau adalah putra dari Dewa Angin (Pavan) dan Dewi Mata Anjana, oleh karenanya dia mendapatkan panggilan Pavanputra. Dewa Hanuman sangat senang dengan Puja. Dewa Hanuman adalah seorang Karma Yogi dan Brahmachari yang luar biasa. Beliau adalah simbol dari ketidakadaan nafsu dan bhakti kepada Dewa Rama. Dewa Hanuman juga dikenal sebagai Mahavira, Pavanputra, Bajrangabali, Pavankumar dll

Nama lengkap kuil ini sendiri adalah Kuil Sankat Mochan Hanuman. Sankat Mochan dalam bahasa Hindi berarti pereda dari masalah. Kuil ini didirikan oleh Pandit Madan Mohan Malviya, pendiri Banaras Hindu University. Salah satu festival/perayaan yang cukup besar diadakan di kuil ini yakni Hanuman Jayanti, ulang tahun Hanuman. Kami menghabiskan sekitar 1 jam disini sebelum memutuskan pulang kembali ke penginapan.

Sampai penginapan, salah seorang travelmate saya yang beragama Buddha memutuskan akan melanjutkan perjalanan ke Sarnath sendirian. Sarnath ini berjarak sekitar 13 km timur laut Kota Varanasi. Sarnath merupakan salah satu tempat suci untuk umat Buddha karena disitulah tempat Buddha pertama kali mengajarkan Dharma. Saya tidak ingin mengganggu spiritualitasnya, karena dia seakan melarang kami untuk pergi bersamanya jadi saya putuskan untuk bersantai di restoran rooftop penginapan. Malam ini kami akan melanjutkan perjalanan ke Gaya.

4.27.2016

[SHARE STORY] Ketidaksengajaan Berbuah Beasiswa Kuliah

 Kisah ini bermula dari ketidaksengajaan. Ketidaksengajaan yang mengubah jalan hidup ane gan. Tapi ane yakin, ketidaksengajaan ini pastilah Tuhan yang mengatur gan.

Hari itu adalah hari dimana ane diharuskan mengikuti tes bahasa Inggris (TOEFL) di kampus baru ane, UGM. Sesuai peraturan yang dulu-dulu, setiap mahasiswa baru UGM memang diwajibkan untuk tes TOEFL dulu gan sebelum tahun ajaran baru dimulai. Kalau skor TOEFLnya > 500, maka kita bisa dibebaskan langsung dari makul Bahasa Inggris di semester 1 dengan nilai A. Dan agan tahu skor TOEFL ane? Ah sudahlah, itu membuat ane sakit hati. Intinya ane harus tetap ikut kelas Bahasa Inggris di semester 1 haha.

Rumah ane di Solo. Karena belum ngekos di Jogja (pelaksanaan Tes TOEFL ini dilaksanakan semingguan sebelum perkuliahan resmi dimulai), ane berangkat motoran dari Solo dengan ibu ane. Berangkat pagi-pagi dari Solo, kami sampai Jogja jam 7 pagian. Segera saja ane Tanya-tanya ke panitia, dan ternyata nomor urut ane kebagian tes TOEFL yang siang (mulai jam 14.00). Yaah…sial. Ane Bingung harus ngapain beberapa jam ke depan ini.

Akhirnya ibu ane yang seorang petualang mengajak ane jalan-jalan ke Kaliurang dahulu sembari menunggu jam 2 siang. Akhirnya ane ngadem di Telaga Putri sambil makan-makan dan pulang kembali ke Jogja, sampai di Jogja jam 12 san.

Menunggu kembali sekitar 2 jam, akhirnya tes TOEFL untuk rombongan ane siap dimulai juga. Ane segera saja masuk ke ruangan besar (semacam aula) di GSP dan mencari nomor ane. Saat ane sedang duduk dan menyiapkan alat tulis, kebetulan ane ketemu dengan teman olimpiade semasa kuliah – Fraga Luzmi Fahmi – yang duduk di sebelah kiri depan ane.

“Eh, Luh!” Sapa Fraga.

“Eh, ga, apa kabar?” jawab ane. Kebetulan Fraga ini jurusannya sama kayak ane.

“Baik, baik. Eh kamu mau beasiswa nggak? Besarnya bisa puluhan juta lo!” kata Fraga dengan antusias.

“Waahh..mau!! Beasiswa apa ga?”Tanya gue dengan antusias, seperti dapat durian runtuh aja kagetnya. Soalnya ane merasa ane nggak merasa pernah daftar beasiswa apapun.

“Beasiswa dari kemdikbud (beasiswa unggulan) sama Bank CIMB Niaga. Kamu dari dulu lo dicari sama kemahasiswaan, tapi nggak ada yang tahu kontakmu.”

“Hah? Sumpah aku nggak tau apa-apa ga!” jawab ane dengan terheran-heran.

“Wes, gini aja. Nanti habis tes kamu ke Direktorat Kemahasiswaan. Kamu nemui Pak Yanto (lupa namnaya Pak maaf hehe). Kamu nanya syarat-syaratnya sama dia,” kata Fraga lagi.

“Oke-oke ga. Makasih banget infonya.”jawab ane.

Karena tes TOEFL akan segera dimulai, ane segera kembali ke bangku ane. Sembari menunggu panitia bersiap-siap, ane segera menelfon ibu ane yang nunggu di luar.

Tuutttt…..Tuuttt…

“Halo?” jawab ibu ane.

“Halo? Mah? Ini Galuh. Mah barusan aku dapat info kalau aku ditawarin beasiswa. Nah info sama syaratnya suruh tanya ke Pak Yanto di Direktorat Kemahasiswaan. Bisa kesana nggak mah? Ngomong aja mamah itu walinya Galuh dan mau nanya syarat-syarat buat beasiswa.”

“Yo, takcobane sik.”jawab ibu ane singkat.

Hufft, syukurlah. Selama 2 jam berikutnya, ane bisa konsen mengerjakan TOEFL karena sudah lega. Sudah ada ibu ane yang menanyakan ke Direktorat gimana nasib beasiswa ane. Sekitar pukul setengah 4 sore, ane akhirnya selesai mengerjakan TOEFL dan keluar ruangan. Orang pertama yang ane cari adalah ibu ane, ane pengen banget tahu gimana perjuangannya mencari Pak Yanto.

“Mah, mah? Dimana?” Tanya ane di telfon.

“Oh ini mamah di deket parkiran,”jawab mama ane.

“Oke, aku kesana.”

Akhirnya ane menemukan ibu ane sedang duduk di dekat pohon, segera ane samperin.

“Mah, piye beasiswane?” tanyaku dengan sangat penasaran dan semangat.

“Nih, udah. Ini syaratnya,”kata ibu ane sambil menyerahkan secarik kertas.

“Waahh? Masih bisa??” ane sangat bahagia saat itu.

“Masih bisa. Dikirim secepatnya aja tadi soalnya kata Pak Yanto udah hampir telat. Wah tadi mamah takut banget mau ketemu Pak Yanto takkira orangnya serem. Ternyata baik banget. Ternyata kamu udah dicari dan ditunggu selama ini.”jawab ibu ane.

“Iya mah, besok Senin dikirim langsung lewat kentor pos.”

Akhirnya ane bisa pulang ke Solo dengan lega dan bahagia. Siapa sangka, dihari yang biasa saja, di hari pertama ane ke UGM untuk urusan akademik, langsung diberi berkah yang luar biasa oleh Tuhan. Sore itu ane dan ibu ane akhiri dengan menyantap bakmi jawa super mantap di Klaten. Semoga lancar!

###

Keesokan harinya, ane segera mempersiapkan semua syarat yang ditulis di kertas dari Pak Yanto kemarin. Semua berkas-berkas mulai dari Ijazah SMA, piagam-piagam Lomba dan Kejuaraan, Kartu Keluarga, Akta Lahir, Raport, Penghasilan Orangtua, kesemuanya ane fotocopy 2x untuk persiapan. Ane sudah siap dengan segala konsekuensi beasiswa ini yang pasti menargetkan IPK tertentu. Ane ingin mandiri dan ane berharap ane lolos beasiswa ini. Ane mengirim berkas-berkas tersebut hari Seninnya, lewat pos Express. Dikirimkan langsung ke UGM dengan penerima Pak Yanto.

###

Semingguan kemudian, perkuliahan ane akhirnya dimulai. Setelah serangkaian ospek fakultas dan pengenalan jurusan, akhirnya ane kuliah seperti biasa. Senior-senior masih bersikap dingin ke junior (angkatan ane) karena kita belum diospek jurusan. Kegiatan ane berhari-hari hanya berkisar kuliah, makan di kantin dan pulang ke kos.

Beberapa minggu kuliah, ane dan beberapa teman jurusan (termasuk Fraga) diundang ke CIMB Niaga Yogyakarta untuk melakukan tes pertama beasiswa ini. Tes ini sendiri meliputi Tes Psikologi, Tes Bahasa Inggris dan FGD (Forum Group Discussion). Rombongan kami ada 4 orang yaitu Ane, Hasbi, Dani dan Fraga. Waktu itu karena lokasi Gedung CIMB Niaga dekat dengan kos, ane datang duluan setelah pulang ke kos sebentar.

Sampai di gedung CIMB Niaga dan mengutarakan maksud ane, ane disuruh memakai jas almamater. Alhasil ane pulang lagi dan kembali beberapa saat kemudian. Setelah perkenalan singkat, akhirnya tes dimulai. Saat itu pesertanya banyak juga ya, mungkin sekitar 15 orang. Ane sendiri nggak tau yang diambil berapa orang. Tes Psikologi-nya sendiri masih standar dan ane bisa mengerjakan dengan lancar. Untuk bahasa inggrisnya sendiri, kebanyakan istilah bank yang ane nggak ngerti. Ane hanya silang-silang aja jawabannya dengan sedikit feeling. Ane hanya pasrah aja, kalau ini rejeki, ane yakin ane akan dapat beasiswanya.

Setelah kedua tes tersebut selesai, tes selanjutnya adalah FGD (Forum Group Discussion). Saat itu panitia memberi kami suatu topik dan kami harus memulai diskusi, harus ada yang pro dan kontra dengan pernyataan tersebut. Ane melihat kesemua calon penerima beasiswa ini mempunyai ambisi dan mimpi yang sama, memperoleh beasiswa ini. Ane hanya sesekali mengutarakan pendapat. Wes, pokoknya udah ngomong, batin ane.

###

Selang beberapa hari kemudian setelah tes TPA, Bahasa Inggris dan FGD, ane ditelfon kembali oleh Pak Yanto, mengatakan bahwa ane lolos dan dipanggil untuk tes tahap selanjutnya. Waahh…kaget juga ya. Secara ane nggak terlalu ngarep juga sih, ternyata lolos juga. Kami rencana akan diwawancara di Gedung CIMB Niaga lagi.

Pada hari H, ane datang kembali ke Gedung CIMB Niaga dengan semangat tinggi. Ane semakin optimis akan bisa mendapatkan beasiswa ini. Ternyata dari 15-san orang yang melakukan tes pada tahap pertama kemarin, Cuma diambil sekitar 10 orang untuk diwawancara. Dari jurusan ane, Ane sama Hasbi yang lolos.

Wawancara ini hanya berkisar pertanyaan ringan seperti disuruh memperkenalkan diri, motivasi mendapatkan beasiswa, dunia perkuliahan dan diakhir wawancara disuruh coba ngomong bahasa Inggris. Syukurlah ane bisa melalui semuanya dengan lancar. Sekarnag semuanya di tangan Tuhan!

###

Selang beberapa hari kemudian, ane ditelfon ibu ane dari Solo. Ibu ane ngomong barusan ada perwakilan dari CIMB Niaga Solo yang datang ke rumah ane. Mereka tidak lain dan bukan ya tim beasiswa itu sendiri gan. Salah satu kriteria untuk mendapatkan beasiswa ini sendiri selain nilai akademik yang bagus juga yang diutamakan kurang mampu gan. 

“Wah isin aku Luh, mereka tadi sampe foto-foto rumah segala, dikira orang lak kita ni mau ngutang bank,”kata Ibu ane.

“Hahaha, santai aja mah,”jawab ane.

Keluarga ane memang pas-pasan, rumah kecil, sehingga akhirnya ane dapat pengumuman yang membahagiakan seminggu setelahnya.

###

Akhir pekan itu, ane pulang Solo. Sejak kuliah mulai, ane memang sering pulang Solo saat weekend gan. Soalnya bingung juga mau ngapain di Jogja. Cuma ngalamun di kos bukan ide yang menyenangkan.

Sabtu magrib, datang telefon untukku, dari Pak Yanto.

‘Luh, kamu lolos beasiswa Unggulan CIMB Niaga. Nanti bakalan diundang sama CIMB Niaga untuk tanda tangan kontrak di Jakarta.”

“Wuaaahhh…iya Pak!! Makasih Pak!” Jawab ane dengan bersemangat.

“Tapi ingat to, nanti lulus harus mau kerja 3 tahun di CIMB Niaga.”

“Iya Pak, Gak masalah Pak.” Jawab ane.

“Oke, berarti kamu bersedia ya. Saya konfirmasi ke mereka.”

Wuaahh! Nggak bisa kebayang senengnya ane saat itu gimana gan! Ternyata dari jurusan ane, ane sama Hasbi yang dapat beasiswa ini. Benar-benar ketidaksengajaan berbuah berkah!!





Terimakasih kepada:

Tuhan, tanpa Tuhan mungkin ane nggak akan pernah mendapatkan semua ini. Ane bisa masuk UGM aja udah bersyukur banget, masih ditambah beasiswa, benar-benar anugerah tak terkira.

Fraga Luzmi Fahmi – karena telah memberikan info beasiswa ini kea ne. Kalau lo nggak kasi tau mungkin ane nggak akan pernah ngerti beasiswa ini.

Mama – sudah mau menanyakan info beasiswa ke Direktorat Kemahasiswaan padahal sebelumnya belum tau UGM sama sekali. Jalan sendiri, nanya sendiri, makasi MAMA!!

Kemendikbud dan CIMB Niaga – terimakasih atas kesempatan ini.

Cerita berlanjut disini (cerita lanjutan ini ane tulis setelah lulus kuliah)