Life Only Once. Stop Thinking and Just Make It Work

5.30.2020

Surabaya, 7 Mei 2020: Mancing di Selat Madura!

Setelah kemarin malam ditegur satpam kawasan Pakuwon karena mancing di Danau Angsa, pagi ini kita memutuskan untuk melanjutkan kegiatan mancing tapi di Laut. Target awal kita adalah mancing di bawah Jembatan Suramadu sisi Surabaya. Pagi ini, setelah lagi-lagi nggak tidur, kemudian sarapan selera pedas dan aqua dingin, kami meluncur ditemani sengatan matahari pagi Surabaya dan ancaman Covid 19 yang masih merajalela.  

Sewaktu di jalan, ane mengusulkan ke temen untuk melihat area di dalam Pantai Kenjeran Baru dulu, siapa tau bisa masuk gratis dan mancing tenang disana. Eh ternyata pas sampai tempatnya, untuk masuk area Pantai Kenjeran Baru, tetap bayar htm Rp 25.000 seperti biasanya. Males juga ya belum apa-apa dah keluar duit. Akhirnya kami memutuskan terus ke utara, mencari spot mancing di Pantai Kenjeran Lama. Rencana pertama yang mancing di bawah Jembatan Suramadu sisi Surabaya malah jadi option terakhir kami. Karena yah jujur ane masih belum PD aja disana, takutnya isinya bapak-bapak doank haha.

Menyusuri tepi Pantai Kenjeran Lama, akhirnya kami berhenti di Taman Suroboyo. Setelah memastikan ke penduduk setempat, kami mendapatkan kepastian bisa mancing di pinggir situ tapi tunggu airnya pasang dulu sejaman lagi. Yah.. padahal semangat udah membara banget. Dan sebenarnya di jalan menuju sini tadi kami udah sempat melihat beberapa pemuda yang sudah mulai mancing di pinggir pantai. Tapi kita ikutin aja nasehat penduduk setempat yang kebanyakan berprofesi nelayan itu. Tentunya mereka lebih paham kan. Gak enak juga kan, udah beberapa bapak-bapak kasi tahu tapi kita tetep ngeyel.

Waktu 1 jam itu kami manfaatkan untuk memotong-motong umpan (udang mati) di dalam Taman Suroboyo. Setelahnya bermain sama kucing-kucing liar disitu. Selama menunggu itu penduduk setempat terus mempengaruhi ane untuk sewa kapal aja supaya bisa mancing di tengah laut dengan harga sewa Rp 200.000 sampai sore. Katanya bakalan susah mancing di pinggir laut, apalagi aku gak pakai joran pancing jadi gak bisa lempar kail jauh. Tapi karena niatku mancing hari ini hanya iseng (males di awal udah keluar duit banyak aja), akhirnya ane tolak terus tawaran mereka.

"Gak usah pak gpp. Kita main-main aja kok pak. Cuma mau nyoba aja mancing di pinggir laut." Jawab ane dengan sopan sambil menolak tawaran mereka.

Disitu sembari menunggu ane juga sempat membeli kerang darah hasil nelayan setempat. Awalnya kami tidak tertarik karena lagi nggak pengen kerang. Tapi setelah tau harganya murah banget, 1 tangkup mangkok (tinggi sekitar 10 sd 15 cm, diameter 20-25 cm) cuman Rp 10.000, akhirnya kami memutuskan beli 1 tangkup mangkok. Lumayan lah nanti bisa masak kerang rebus, salah satu makanan favoritku ketika dimakan dicocol dengan saos jawara.

Air laut pun mulai pasang dan kami memutuskan segera mulai mancing. Bapak-bapak nelayan setempat masih keuhkeuh menawari kami 'naik kapal aja', tapi kamu tetap bersikeras untuk mencoba mancing di pinggiran dulu.

Baru sedikit berjalan ke titik mancing, kami sudah diteriaki,

"Mbak.. jangan lewat situ. Banyak ular!" Kata bapak-bapak dari kejauhan

"Lah tadi katanya suruh lewat sini. Kenapa gak bilang daritadi pas kita jalan kesini ya?" Kataku ke temanku. Haha. Malu aja belum apa-apa jalan ke titik mancing aja udah salah. Kok kelihatan kayak anak kota yang gak bisa apa-apa. 

Kami mencari jalan lain yang lebih aman untuk ke titik mancing incaran kami dan mulai melempar kail (2 kail) Well, karena kami nggak pakai joran, otomatis lemparan kail gak bisa terlalu jauh. Hanya maksimal 1.5 meter aja dari batu-batu pinggir pantai. Sepertinya bakal jadi misi yang susah nih. Mana kailnya nyangkut-nyangkut terus ke batu-batu di pinggir pantai.

"Eh ada yang nyentuh-nyentuh ni kailnya," kataku bersemangat ke temanku.

"Mana-mana, tarik!" Kata temanku.

Kejadian kailku disentuh-sentuh itu terjadi berulang-ulang kali namun gak sekalipun kami dapat ikan. Sementara sengatan matahari semakin panas. Kami tidak bisa mancing dengan posisi duduk karena itu benar-benar di pinggir pantai yang berbatu. Mana batunya licin.

"Eh ada ular laut.. ular laut. Asem aku takut!" Kata temenku sembari menjauh dari posisi dia berdiri.

Kami masih bertahan sekitar setengah jam di "titik mancing sambil berdiri" itu sampai akhirnya kami menyerah saat kailku lagi-lagi nyangkut ke batu. 

"Ahhhh sudahlah.. ayo kita naik kapal aja." Kataku dengan agak emosi karena mata kailku benar-benar nyangkut dengan suksesnya di bebatuan bawah air.

"Gak usah sudah.. sayang duitnya." Kata temen ane.

"Udahlah gpp.. buat pengalaman.. lagian Alhamdulillah hari ini ada tambahan transferan dari klien Ngawi. Hitung-hitung bagi rejeki ke orang di masa pandemi." Kata ane sok bijak.

" Ya udahlah ayo."

Akhirnya dengan menahan malu karena kekeraskepalaan kami, ane balik lagi ke bapak-bapak nelayan itu dan melakukan negoisasi singkat. Kami mendapatkan kapal yang tepat, dan mendapatkan waktu memancing sampai jam 12 siang.

"Nggak beli makanan dulu mbak?" Kata bapak pemilik kapal.

Kami yang nggak pengalaman mancing, hanya grusa-grusu aja tanpa mikir bahwa kami belum makan sejak pagi hehe. Dan mancing sampai jam 12 siang di tengah laut tentunya akan mengocok-ngocok perut. Akhirnya aku beli seplastik pentol.

Perahu mulai berjalan ke arah tengah laut dengan ombak yang cukup bergelombang. 

" Wah ini pemberat pancingnya kurang berat ini mbak, nanti gak kerasa kalau disentil ikan. Biar saya ganti punya saya," kata bapak pemilik kapal.

"Iya pak. Itu kami kemarin beli kail dan pemberat untuk mancing ikan tawar. Jadi pemberatnya cuma segitu." Timpal teman ane.

"Iya mbak, mancing di danau sama laut itu beda mbak. Di laut ada tantangannya yakni arus. Kalau di danau kan tenang aja kondisinya. Jadi mancing di laut harus pakai pemberat yang pas supaya kerasa waktu disentil ikan."

Kami hanya manggut-manggut mendapatkan ilmu baru ini.

"Ini kailnya diulur sampai dasar laut ya mbak," kata bapaknya lagi.

Aku segera mengulur kailku sampai aku merasa pemberat menyentuh dasar laut. Kedalamannya kuperkirakan sekitar 5 meteran. Selanjutnya kami menunggu..... Menunggu....dan menunggu tanpa kepastian. 😁

"Doh lama banget ya..." Belum apa-apa ane sudah mengeluh. Dasar tukang mancing abal-abal! Wkwk.

"Iya mbak.. lama harus sabar.." kata bapaknya.

Kami terus menunggu. Kailku beberapa kali seperti disentil-sentil ikan, tapi setiap kusentakkan selalu zonk. Tidak ada ikan yang tersangkut kail.

"Waduh, aku pusing nih. Mual," kata temen ane.

"Lah.. belum apa-apa udah mual. Katanya orang laut, kok malah ane yang lebih kuat," balas ane ke temen ane sambil meledek.

Yah gimanapun itu kan baru jam 9 pagi, sedangkan kita dapat kesempatan mancing sampai jam 12 siang. Jangan sampai rugi donk.

Akhirnya ane menyuruh temen ane tiduran aja di bagian tengah kapal. Sementara senar pancingnya dihandel oleh bapaknya. Jadi bapaknya pegang 1 senar kail, aku 1 senar kail.

Selang beberapa saat kemudian, bapaknya mengatakan bahwa ada yang tersangkut ke kailnya. Langsung kami disuruh narik dan ternyata benar, kami mendapatkan 1 ikan seperti "kakap putih" ukuran kecil (panjangnya +/- 15 cm).  Hehe seneng banget rasanya, strike pertama hari itu.
Selanjutnya kail yang dipegang bapaknya kembali dimakan 2 ikan lagi, satu ikan dukang panjang +/- 22 cm, dan satu ikan kakap putih lagi walau ukuran kecil, panjang +/- 10 cm. Kailku kok masih sepi-sepi aja.

Kami beberapa kali pindah tempat karena titik mancing tersebut udah benar-benar sepi. Kail kami sama sekali tidak disentil-sentil lagi.

Selama menunggu dapat ikan itu, kami beberapa kali bertukar cerita dengan bapak pemilik kapal. Beliau bercerita kalau pekerjaannya sehari-hari adalah mencari kerang hijau. Csra mencarinya adalah mengambilnya secara langsung di dasar laut dengan menyelam. 

"Hah, menyelam pak? Beneran?" Tanyaku dengan penasaran.

Gimanapun kan air laut di Selat Madura ini cukup keruh, berombak dan kedalamannya lumayan juga, antara 4-5 meter.

"Iya mbak, biasanya supaya tahan lama di dalam air, saya nyelam pakai kompresor. Tau kan, alat yang ada di tambal ban itu biasanya."

Ane hanya terhenyak aja.

"Berapa lama pak biasanya nyelam untuk nyari kerang hijau?"

"Ya tergantung mbak, biasanya dari pagi sampai siang. Kalau beruntung sehari bisa dapat 70 kg, tapi kalau lagi sedikit ya bisa cuma dapat 10 kiloan aja. Tapi ini lagi gak melaut soalnya masih bulan puasa, libur sebulan."

"Biasanya dijual berapa pak per kgnya?"

"10 ribu mbak."

Ane hanya manggut-manggut sambil sesekali membayangkan kerasnya pekerjaan bapak ini. Menyelam di laut berjam-jam, hanya untuk mendapatkan Rp 10.000/kg tentunya bagiku serasa gak sesuai ya. Tapi bagi beliau, mungkin ini satu-satunya cara untuk mencari uang.

"Kalau selama puasa gini, kapalnya buat apa pak?" Tanyaku lagi.

"Biasanya kita sewain ke wisatawan yang mau keliling laut sekitar sini mbak. Biayanya Rp 20.000/orang."

"Oh iya.. cuma ini karena pandemi pasti lumayan berkurang ya pak," kataku menimpali.

"Iya mbak, kalau hari biasa sepi. Biasanya agak ramai itu kalau minggu."

Dalam hati ane berujar, 'Ya Tuhan.. lancarkanlah rejeki bapak ini.'

Jam sudah menunjukkan pukul 10.00 WIB dan tidak ada tanda-tanda kail kami akan dimakan ikan lagi. Laut begitu sepiiii aku rasa. Mungkin karena hari ini cukup berombak.

"Sudah pak. Kita balik saja." Kataku.

"Oh ya pak, apa ada yang jual kepiting di sekitar sini dengan harga agak miring?" Tanyaku lagi.

"Oh itu, ada teman saya. Coba tak panggilnya. Kayaknya dia baru dapat kepiting laut." Jawab bapaknya sambil memanggil nelayan dengan perahunya yang mau kembali ke daratan.

"Ada kepiting pak?" Kata bapak pemilik kapal kami ke temannya itu.

"Wah gak ada pak. Cuma dapat ikan sekilo aja. Tapi harus kubawa pulang, buat bukti ke bini kalau kerja," katanya setengah tergelak.

"Oh yaudah pak gpp, " kata ane. Kasihan juga sih dia sudah melaut semalaman terus hasilnya kami beli gitu aja dengan harga miring.

Akhirnya bapak pemilik kapal kami memanggilkan temannya yang lain, dan ternyata temannya itu dapat udang laut lebih dari 1/2 kg.

"40ribu aja mbak," kata bapak tersebut ketika aku tanya harga udang.

Kami pun setuju dengan harga tersebut. Dan bapak penjual ini malah menambahkan 2 cumi dan beberapa ikan.

"Memang lagi susah dapat ikan mbak, ombaknya lagi besar. Saya melaut dari tadi jam 3 pagi, sampai hampir jam 11 siang ini cuma dapat segini."

"Iya pak. Kami mancing dari tadi juga cuma dapat 3," kataku menimpali.
Akhirnya setelah selesai bertransaksi di tengah laut, kami pun kembali ke darat dan disambut sama bapak-bapak nelayan lain. 

"Gimana mbak, dapat apa aja?" Tanya mereka.

" Cuma 3 pak, agak susah karena ombaknya tinggi. Ni kami malah beli udang di tengah laut," kataku setengah terpingkal.

"Woo iya mbak. Lain kali lebih lama mancingnya. Supaya dapat banyak," jawab mereka.

"Siaap pak."

Akhirnya setelah memberi sedikit rejeki (yang kutambahi sedikit) kepada bapak pemilik kapal yang mengantarkan kami mancing, kami pun bergegas pulang ke rumah. Benar-benar pengalaman tak terlupakan. Hari itu kami membawa pulang berbagai macam hasil laut, ada kerang darah 1 tangkup kresek, udang laut lebih dari 1/2 kg, cumi, dan berbagai macam ikan. Hari ini kami akan pesta seafood! 😁

Surabaya, 31 Mei 2020 : 2 Mimpi Beruntun

Hari ini aku terbangun dengan 2 mimpi. Mimpi yang cukup stamdar sih, namun analisisku ini berhubungan dengan pemikiranku beberapa hari terakhir ini.

1. Settingnya adalah sebuah lapangan sepakbola (seluas lapangan futsal) yang ada di Dinas ESDM Jatim (mantan kantorku). Teman-temanku Elvostu (sebutan untuk kelasku semasa SMA yakni XI SOS 1 dan XII SOS 1) lagi ada pertandingan sepakbola. Well, aku tidak ingat dengan jelas lawannya siapa. Karena yang terlihat di mimpiku lebih difokuskan ke teman-teman Elvostu. 

Selain beberapa teman laki-laki Elvostu, aku juga ikut menjadi bagian tim sepakbola itu. Namun aku sering kesal, karena aku jarang dioperin bola! Wkwk. Mereka lebih senang ngoperin bola ke teman laki-laki sesama Elvostu aja, seakan-akan gak percaya sama kemampuan ane. 

Akhirnya ane dapat operan juga dan malah ane bisa menggiring bola dengan sangat bagus. Malah beberapa kali ane posisinya bagus banget sehingga tinggal berhadapan satu lawan satu dengan kiper lawan. Eh tapiii... Sekuat apapun ane berusaha, ane gak ngegolin juga. Hahaha. Ane inget di mimpi itu dapat satu peluang emas karena tinggal dengan sentuhan sedikit kaki aja, itu akan menjadi gol. Eh tapi ternyata meleset dan endingnya aku gak ngegolin sama sekali. Aku tidak ingat pasti apakah Elvostu menang atau kalah, tapi sepertinya menang.

Ane terbangun jam setengah 8 pagi, masih ngantuk banget lanjut tidur lagi dan lanjut mimpi kedua.

2. Setting mimpi kedua ini ada di negara Islandia sewaktu musim dingin. Salju melampar dimana-mana. Aku melakukan solo backpacker. Dan sewaktu mencari transportasi pribadi disana, aku bertemu dengan Bapak ini yang sepertinya orang Indonesia. Perawakannya agak gempal, kulitnya sawo matang, dan berbahasa Indonesia dengan lancar. Karena seneng ketemu orang Indonesia, akhirnya aku  memakai jasa bapak ini. 

Eh tapi yang absurd dari mimpi ini, transportasi itu bukan mobil pribadi. Melainkan sesuatu seperti becak/delman. Nah lo, absurd banget kan. Masak mau jalan-jalan di Islandia, di musim dingin bersalju, naik becak/delman. Wkwk. Aku tidak tau pasti transportasi itu apa, pokoknya bagian depanku kelihatan landscape Islandia yang bersalju dengan jelas. Tidak ketutupan sopir.
Sumber: google.

Ane beberapa kali melakukan instastory untuk pemandangan alam Islandia yang luar biasa di depan ane. Sempet melakukan live instagram juga. Dan memang Indaaaah banget. Sejauh mata memandang, seluruhnya berupa alam terbuka dengan perbukitan-perbukitan dan saljunya. 
Sumber: google

Di mimpi ini ane juga ingat punya video seakan-akan seperti ini skydiving. Tapi gak ingat kapan melakukan skydiving itu sama si bapak. Haha. Absurdnya sebuah mimpi. 

Selesai tour sama si bapak, ane didrop di sebuah penginapan yang dikelola oleh nenek-nenek, dia semacam dari Korea/China tapi pegawainya beberapa orang Indonesia. Absurdnya lagi, entah kenapa kok pas di penginapan itu intinya ane diusir sama nenek pemilik penginapan karena 'sepertinya' ane gak sanggup lagi bayar kamar. Padahal itu udah musim dingin. Ane pun segera bawa tas dan perlengkapan berjalan di dinginnya kota. Untungnya di malam itu, kota tersebut banyak lampu warna-warni yang terpasang, banyak orang berjalan kesana kemari, seperti suasana malam natal.

Pas lagi jalan dan mulai menginstanstory kerlap-kerlip lampu di depan ane, ane tiba-tiba teringat masih harus balik ke penginapan (entah barang apa yang ketinggalan). Sampai di penginapan, kode kunci aksesnya ternyata sudah diganti sama si nenek jadi aku gak bisa masuk. Untungnya barang yang ketinggalan itu - aku lupa barang apa - ada di bagian garasi penginapan yang gak butuh masuk rumah. Aku segera mengambil barangku itu, dan tiba-tiba si nenek keluar dari dalam rumah. Tapi dalam mimpiku, si nenek itu penglihatannya gak terlalu bagus sehingga gak melihat aku yang sedang terpaku membawa barangku. Aku sendiri gak tau kenapa aku harus terpaku ya, maksudnya kan aku gak nyuri sesuatu gitu. Haha. Tapi karena si nenek tidak lihat ane, ane hanya diam saja sambil menghindari pergerakan si nenek supaya tidak menabrakku. 

Si nenek menggerutu karena anaknya tidak mematikan lampu garasi. Akhirnya dia menarik tali, dan "klap" bagian garasi yang terhubung dengan depan rumah itupun gelap gulita. Akhirnya ane berjalan perlahan untuk meninggalkan penginapan itu, tapi bertemu dengan si mas penata kebun. Ane kasi dia kode untuk diam aja, dan karena sudah lama tinggal disitu, dia sudah cukup kenal ane sehingga paham dengan kelakuannya si Nenek yang emang keras. Akhirnya ane berjalan keluar dari penginapan dan..... Terbangun.. hehe.

Ane tidak tau nasib ane malam itu gimana. Apakah ane terlantar di kota, atau ane cari penginapan lain. 

Kenapa ane bisa mimpi 2 hal ini ya? Analisisku sih gini:

1. Akhir-akhir ini aku lagi semangat banget nulis, dan salah satu hal yang pengen aku tulis itu adalah perjalananku selama sekolah di SMA, baik pas kelas X-1, XI SOS 1 ataupun XII SOS 1 (Elvostu). Nah untuk bisa mereka ulang kejadian di otakku, aku butuh membuka memori kembali bertahun-tahun yang lalu, dimana pada bagian detail tentunya susah banget dan bikin pusing. Nah untuk membantuku mereka ulang memori itu, aku membuka facebookku mulai dari tahun 2009 dan membuka ulang grup-grupku yang dulu seperti grup Elvostu. Disitulah ada beberapa nostalgia yang datang seketika.

2. Aku lagi menjalani masa "stay at home" selama Pandemi Covid 19 sehingga pada masa ini, traveling adalah hal yang gak mungkin. Jadi mimpi ke Islandia itu aku interpretasikan seperti mimpiku sekarang ini, bisa traveling dengan bebas seperti dulu lagi.

3. Kenapa di mimpi pertama aku gak bisa ngegolin, di mimpi kedua aku diusir dari penginapan, Well interpretasiku karena sekarang aku lagi memikirkan deadline pekerjaan dokumen yang harus kuselesaikan SEGERA!! Wkwk mungkin inilah yang membuatku tertekan sampai kebawa mimpi.

Alamak.. namanya mimpi tetap aja bunga tidur. Ane mah gak pernah terlalu mikirin mimpi, dibawa santai aja. 😁😁

5.29.2020

Surabaya, 22 Mei 2020: RIP Chiki ! Terimakasih atas Kehadiranmu Walau Hanya Sesaat

Hari ini Chiki meninggal....

So spechless..

Setelah usaha kami untuk membuatnya sehat kembali.. tapi tubuh kecilnya tidak bisa bertahan..

Dia meninggal setelah kami memberinya asupan makanan lewat suntik.. Terlalu tiba-tiba ketika beberapa detik sebelumnya dia masih mencoba meronta-ronta.

RIP Chiki.. maaf jika apa yang kami lakukan (mencoba memberimu air/makanan supaya tidak dehidrasi), justru malah semakin menyiksamu dan akhirnya kamu meningggal..

RIP Chiki, yang dua hari sebelum hari ini sempat kami bawa ke Drh, dan ternyata Drh saat itu tidak bisa berbuat banyak karena Chiki harus diperiksa di RS Hewan yang alatnya lebih lengkap. Chiki harus dirontgen karena Drh menduga ada kebocoran saluran nafas. Karena setiap kami dot/suntik makan, Chiki selalu mengeluarkan sebagian cairan itu lewat hidung. Kami belum bisa merontgen hari itu, karena RS Hewan masih tutup.

Kami menguburkan Chiki di tanah gembur samping sungai, 200 meter dari kediaman kami. 

Istirahat yang tenang ya Chiki...

Terimakasih telah menemani kami, walau hanya untuk sesaat. 

Surabaya, 26 Mei 2020: Bangun Rumah Kardus buat Chiko Poppy.

Akhir-akhir ini ane sering kepikiran sama mereka - Chiko dan Poppy - gimana nasib mereka di Taman Danau Angsa. Yah.. meskipun kediamanku hanya berjarak 50 meter dari tempat mereka berada, tapi kan ane tidak bisa melihat mereka setiap saat. Ane selalu kepikiran gimana kalau mereka diambil orang, gimana kalau mereka jalan jauh di sekitar taman sampai tersesat, gimana kalau mereka diserang kucing liar. Karena selama ini, tempat berdiam/bersembunyinya mereka kalau ane pas nggak sama mereka itu, kalau Chiko di balik pilar nomor 3, sedangkan Poppy di balik semak-semak.

Malam itu kekuatiran kami - ane dan temen - bertambah kuat karena Pakuwon diguyur hujan cukup deras. Tidak seperti hawa Kota Surabaya pada umumnya, malam ini cukup dingin dan berangin juga. Kami langsung kepikiran Chiko dan Poppy. 

"Aduhh gimana nasib mereka? Mereka mau berlindung dimana? Sedangkan titik Chiko berdiam/sembunyi di belakang pilar nomor 3 itu kalau hujan jelas akan basah. Apalagi Poppy yang di semak-semak."

Ketidaktegaan itu memaksa kami untuk menuju Taman Danau Angsa dan segera mencari mereka. Seperti kita duga, mereka masih di tempat itu, kebasahan dan gemetar kedinginan. Kami begitu gak tega dan langsung memutuskan membuatkan mereka rumah sementara dari kardus. Paling nggak untuk malam ini aja. Supaya mereka nggak kedinginan.

Temen ane segera pergi beli kardus di warung seharga @Rp 1.500 dan kami membuatkan rumah kardus sederhana ini. Poppy langsung begitu nyaman masuk ke rumah kardus dan berlindung dari dinginnya malam disitu. Chiko harus kami bantu masukkan karena awalnya terus mendapatkan penolakan dari Poppy.
"Gini aja.. sebelum besok petugas kebersihan taman datang, kita udah ambil kardusnya terus taruh di mobil. Nanti malamnya kita pasang lagi kardusnya disini buat mereka tidur. Supaya kita gak kena tegur petugas kebersihan," usulku ke temen ane..

"Iyo udah.. gitu aja.. pokoknya malam ini mereka aman dulu." Jawab teman ane.

Akhirnya setelah menata Chiko dan Poppy, kami bisa kembali ke kamar dengan lega. Semoga kalian berdua gak kedinginan ya!

Surabaya, 25 Mei 2020: Rebusin Ayam dan Tongkol Tahu Buat Chiko dan Poppy

Sesuai rencanaku kemarin malam, pagi ini aku akan membuatkan Ayam Rebus spesial buat Chiko dan Poppy. Pagi ini seperti biasa setelah bangun, cuci muka, gosok gigi, dan membuat sarapan simpel untukku (nasi + So Good), aku mulai menyiapkan merebus ayam yang kubeli kemarin malam. Aku merebus 1/4 kg dari yang kubeli kemarin malam.
Aku merebusnya biasa, hanya dengan air dan menambahkan sedikit masako. Total kurebus selama +/- 20 menit. Pokoknya sampai kurasa empuk karena Chiko giginya masih kecil.
Setelah matang akhirnya segera kutiriskan dan kusuwir-suwir supaya lebih mudah dimakan. Aku bawa serta kaldunya. Dan ketika sampai di bawah aku seneng banget karena Chiko sama Poppy lagi-lagi ngemel banget. Bahkan Chiko sampai piringnya tak pegang aja gak boleh, takut ayamnya kuambil hahaha. Kaldunya pun mereka minum dengan lahap.
Setelah menunggu mereka selesai makan dan main-main, ane segera memikirkan menu makan siang mereka. Pokoknya ane tu sayang banget sama mereka, jadi tak perlakukan seperti manusia yang butuh pergantian menu setiap saat. Yah.. karena ane mikirnya hidup mereka sebelumnya udah cukup menderita dan sering menahan lapar di jalanan. Jadi tidak ada salahnya sekarang aku memanjakan mereka. Tongkol dan tempe adalah menu makan siang yang tercetus di pikiranku. Setelahnya, ane segera mengarahkan Si Kia Rio ke pasar yang ada di dekat Kompleks Pakuwon.

Disana ternyata aku tidak menjumpai tempe, semuanya habis. Jadi aku beli tongkol Rp 12.000, setelahnya beli tahu Rp 5.000. Siangnya aku rebus keduanya.
Rencanaku setelah rebusan ini matang adalah menyuwir-nyuwir daging tongkolnya, kemudian mencampurnya dengan tahu ulet. Namun karena aku masih gak tau apa mereka suka tahu atau nggak, aku memutuskan akan mencampurnya nanti pas di bawah. Dicoba dikit dulu ke mereka.
Dan siangnya, aku segera meluncur ke Taman Danau Angsa. Udah gak sabar untuk melihat reaksi mereka ketika memakan racikan menu ketiga ini. Untuk sedikit menambah karbohidrat, awalnya aku mencampur nasi dan tongkol suwir dahulu. Chiko terlihat memakannya sedikit-sedikit. Namun ketika aku memberikan campuran tongkol dan tahu, Chiko malah menghindarinya dan jadi gak doyan sama sekali.

Ketika Poppy akhirnya muncul, sama saja. Ketika mencium bau tahu dia juga jadi tidak selera makan sama sekali. Ahh.. sedih sekali rek.. padahal aku pengen mereka berdua makan lahap kayak tadi pagi.. hhh.. yasudah. Bahkan tak kasi daging tongkol aja mereka gak mau. Kata temen ane sih daging tongkol besekan yang ane beli tuh udah olahan (udah direbus + dikasi garem) jadi kucing pada gak suka. Akhirnya ane lanjutin siang itu main-main aja sama mereka. Malemnya kembali kukasih Wet Food dan syukurlah mereka udah makan dengan lancar lagi. Berarti untuk selanjutnya ikan tongkol "no way" yah!!

Surabaya, 24 Mei 2020: Coba Kasih Makan Ikan Tombro (Ikan Mas) Rebus ke Chiko dan Poppy

Hari ini tepat sudah 9 hari sejak Chiko kuadopsi, dan 7 hari sejak Poppy kuadopsi. Aku begitu menyayangi mereka. Karena meskipun mereka kuletakkan di Taman Danau Angsa, mereka tidak pernah pergi. Hanya disitu-situ saja, bahkan sudah menemukan spot persembunyiannya masing-masing. Chiko sembunyi di balik pilar belakang nomor 3, sedangkan Poppy di semak-semak. Pagi ini seperti biasa aku memberi mereka sarapan Wet Food Tuna dan Beef, serta sedikit biskuit kucing.
Siangnyaa, karena ane masih punya stok fillet ikan tombro (ikan mas) di kulkas yang siap goreng, ane iseng-iseng coba rebusin buat mereka siapa tau mereka suka. Untuk percobaan, aku rebus 2 potong ikan tombro fillet dulu. Aku rebus biasa pakai air saja. Setelah matang, aku memisahkannya dari duri dan memilah-milahnya di piring.
Siangnya, segera kubawa fillet ikan tombro yang sudah dipilah-pilah itu ke Taman Danau Angsa, daannn ternyata mereka berdua suka banget sampai ludes des..  Pertama Chiko yang makan, terus dilanjut Poppy, dan terakhir dihabisin sama Chiko. Seneng rasanya kalau mereka suka, mendorong ane mempunyai ide untuk merebuskan ikan/daging yang lain.
Malamnya, setelah berpikir sejenak ikan/daging apa yang akan ane berikan besok pagi, ane memutuskan akan membuat rebusan daging ayam + tempe. Setelah Isya, ane segera meluncur ke pasar malem di daerah Pandegiling (Surabaya), dimana disitu ada penjual ayam potong yang cukup besar serta terkenal. Tapi karena ini malam lebaran, antrinya MasyaAllah... Baru satu orang belinya bisa 10 kg atupun 5 kg. Dan karena lapaknya kecil, serta begitu banyak yang beli, aturan social distancing jadi dilupakan. Malah ada seorang bapak-bapak yang lagi nunggu istrinya beli ayam, dan mulai batuk-batuk. Ane yang kurang nyaman dengan situasi ini segera menjauh dari lapak dan berniat mencari lapak lain yang lebih sepi.

Ane kemudian arahkan mobil Kia Rio ke pasar daerah Banyuurip. Tapi penjual ayam disana sama saja, dikeburungi orang banyak. Kemudian ane meluncur ke pasar daerah deket mantan kantor ane, Pasar Kranggan, tapi ternyata penjualnya udah pada tutup.

Ah.. yasudah.. gak dapat ayam deh buat Chiko sama Poppy. Padahal ane pengen banget buatin menu spesial buat mereka.

Akhirnya pulangnya ane iseng lewat Pandegiling lagi dan ternyata penjual ayam potong yang tadi udah sepii.. langsung aja ane menepikan Kia Rio dan membeli dada ayam 1/2 kg seharga Rp 25.000. Ane seneng banget malam itu dan gak sabar masakin buat mereka besok.  

Surabaya, 18 Mei 2020: Adopsi Poppy

Sore itu kami sedang beli makanan bayi kucing (wet food) di petshop langganan yakni Kiply Pet Shop yang ada di Jalan Kenjeran, Surabaya. Aku sangat menyukai petshop ini karena berbagai keperluan kucing cukup lengkap disini dan harganya terjangkau, selain itu ownernya cukup ramah.

Sewaktu sedang memilih Wet Food dan berbagai pernak-pernik kucing lainnya, kami juga bermain dengan salah satu kucing di Petshop yang habis disteril. Sama masnya diberi nama Cemong. Awalnya ane berpikir bahwa Cemong adalah kucing orang yang sedang disteril, dan masih opname untuk penyembuhan (karena Kiply Petshop juga menyediakan layanan steril dengan biaya Rp 250.000/kucing). Namun sewaktu sedang main-main sama Cemong, tiba-tiba si Mas Empunya Kiply Petshop ngomong,

"Ambil aja mbak kalau mau. Itu nurut kok kucingnya. Dipotong kukunya juga nurut."

Lah, ternyata bukan kucing orang??

"Loh ini bukan kucing orang yang lagi disteril mas?" Tanya ane.

"Bukan mbak. Itu aku rescue dari jalan. Tiba-tiba udah di depan petshop, akhirnya kukasih makan dan kusteril."

"Diambil aja ya." Temen ane ikut mengusulkan. "Nanti bisa buat tante."

"Oyaudah lah gpp..ambil aja. Nanti sementara bisa ditaruh sama Chiko dan Chiki dulu di Danau Angsa." Jawab ane.

Buset dah, dalam 3 hari tanpa angin dan hujan udah bawa 3 kucing aja. Hehe. 

Akhirnya kami bawa Cemong naik mobil dan memang kucingnya anteng banget. Gak berontak, gak meong-meong, pokoknya diem aja. Setelah sampai dan kami letakkan di taman Danau Angsa, Cemong masih sangat ketakutan dan siaga dengan keadaan sekitarnya. Makanan pun sedikit sekali disentuhnya. Dia hanya sibuk cari tempat untuk sembunyi, seakan ada rasa trauma.

Karena berjenis kelamin betina, ane memberi nama dia Poppy.

Kami memberikan waktu kepada Poppy untuk beradaptasi dengan keadaan sekitar dan tidak terlalu mengganggunya. Selamat datang Poppy di Pakuwon!

Surabaya, 16 Mei 2020: Adopsi Chiki dan Chiko

Setelah sekian lama berencana, hari ini kami melakukan kegiatan rutin sebulan sekali yakni cuci mobil. Selama 2 bulan belakangan, tempat langganan cuci mobil kita ada di Kenjeran, tepatnya dekat Pantai Kenjeran Lama. Ane seneng aja karena hasil kerjanya benar-benar bersih dan kinclong, si Kia Rio benar-benar jadi gagah habis setelah dicuci disini.

Nah sewaktu lagi nunggu giliran mobil dicuci inilah secara nggak sengaja kita melihat 2 kucing oren kecil yang tertidur di jalanan. Tepatnya 1 tertidur di tumpukan sampah, dan 1 tertidur di bawah warung. Sewaktu ane mengambil biskuit kucing dari mobil, kok yang 1 (yang tidur di tumpukan sampah) kayak gak respon sama makanan gitu. Kayaknya sakit. Hidungnya juga dipenuhi plak-plak hasil ingus yang mengering, sesekali dia bersin. Badannya kurus kering. Mungkin terkena penyakit flu.

Insting penyayang hewan ane dan temen ane seketika muncul, kok kasian banget ya. Masih kecil udah terbengkalai gitu. Mana nggak ada induknya lagi. 

"Gimana kalau kita adopsi aja ini? Kita bawa ke Pakuwon. Nanti bisa diletakkan di area dekat Danau Angsa." Usul teman ane.

Btw, area Danau Angsa itu memang area terbuka kayak taman gitu. Dan disitu setau ane juga udah ada beberapa kucing. Dan selama ini setau ane tidak pernah dipermasalahkan sama pihak Pakuwon.

"Hmm.. iya aduh gimana ya.." ane masih setengah ragu-ragu.

"Udah gpp. Kamu gak kasian apa? Ini mereka masih kecil, yang 1 sakit."

"Hmm iya udah.. tapi tanya ibu di warung itu dulu ya. Siapa tau kucing ini ada yang punya." Jawab ane.

Ibu di warung malah mendukung pas kami mau adopsi 2 kucing oren kecil ini.

"Bawa aja mbak. Itu awalnya ada 3, tapi yang 1 mati. Memang induknya gak ada." Jawab ibu pemilik warung.

Temen ane segera mencari kardus di warung terdekat dan kami mengambil 2 kucing tersebut untuk dimasukkan warung. Kami juga membersihkan plak-plak yang ada di kucing yang sakit. Sepertinya dia kesakitan karena pas kami kupas plaknya, terlihat menangis dan keluar ingus baru dari dalam hidungnya. Sepertinya memang flu nya udah parah. Ane memberi nama mereka Chiki (yang sakit) dan Chiko (yang sehat, yang tidur di bawah meja warung).

Akhirnya cuci mobil selesai dan kami bergegas membawa kedua kucing tersebut ke Pakuwon. Di perjalanan pulang kami sempat membeli susu bayi kucing, sampho badan + kutu, serta beberapa wet food.

Rencana awalnya memang kami akan meletakkannya di taman depan Danau Angsa. Tapi rasanya gak tega karena belum pengenalan area dan yang satu masih sakit. Akhirnya ane bawa ke kamar. Dan sampai di kamar langsung ane mandiin pakai air anget karena kedua kucing ini badannya cukup kotor dan banyak kutunya. Setelahnya ane beri susu hangat dan wet food. Hanya Chiko yang mau makan lahap, namun Chiki seperti ogah-ogahan dan hanya mau tidur. Akhirnya malam pertama mereka tidur dengan cukup nyaman. Keduanya lebih suka di dalam kardus karena mungkin masih takut ke ane. Chiki terlihat tidur dengan nyenyak sehingga membuat ane merasa lega. Semoga dia segera baikan. One of most important day in my life karena sekarang ane sayang banget ama mereka dan biarpun nanti ane pulang Solo, ane akan bawa juga mereka ikut serta.

5.28.2020

Surabaya, 6 Mei 2020 : Alat Pancing Datang, Ditegur Satpam Mancing di Danau Angsa 🤣

Hobiku itu mudah banget berubah-ubah. Setelah sebelumnya tergila-gila dengan roadtrip, drone dan kamera go pro, dan kekecewaan yang seketika datang ketika drone-ku hilang dan crash entah dimana ketika sedang melakukan misi pilot otomatis (masih nyesek aja mikirnya), aku mencoba mencari pelarian dengan mulai menonton channel-channel alam seperti kemah, kemah untuk memancing, van life dan lain-lain. Dan salah satu yang lagi-lagi menarik perhatian ane adalah memancing. Ane inget pernah mancing itu waktu masih SMP kalau nggak salah, di pancingan, sempet dapet ikan mas 1 sebelum akhirnya bapak ane gak mau bayar itu ikan dan ane nangis. Hahaha.

PS: untuk keinginan roadtrip ane masih konsisten pengen ya. Cuman dengan keadaan pandemi + psbb kayak gini, belum bisa mewujudkannya sekarang jadi aku cari hobi/kesibukan lain yang bisa dilakukan sekarang.

Setelah tersadarkan bahwa ane pengen banget mulai mancing, ane segera beli pancingan online 100ribuan dari Lazada dan malam ini barang itu datang. Udah semangat banget mau mulai mancing, Setelah unboxing, baru sadar kalau belum ada kailnya wkwkwk. Akhirnya kami meluncur ke toko pancing di daerah deket Kali Jagir untuk beli kail, cacing dan lumut. Awalnya sempet mau langsung mancing di Kali Jagir situ (deket bendungan), tapi diurungkan karena isinya bapak-bapak semua, area cukup gelap dan udah agak malem. Akhirnya kita kembali ke area kediaman, dan atas usul temen ane, kita memutuskan malam itu iseng mancing di Danau Angsa Pakuwon. Oya sebelum ada ide mancing disini, aku tuh udah agak ragu. Soalnya ini kan kolam punya Pakuwon ya, apa boleh gitu mancing disitu. Meskipun kami juga residen Pakuwon. Tapi temen ane meyakinkan ane soalnya katanya pernah ada satpam mancing disitu. Haha. Yaudahlah sekut aja.
Akhirnya kita pasang umpan cacing di kail dan menunggu serta menungguuu.... Haha ternyata bosan juga ya mancing. Secara ane nonton acara mancing-mancing itu di Youtube kok kayaknya cepet gitu dapat ikannya (padahal kan di cut-cut ya adegannya wkwk). Setelah berdiam di 1 spot cukup lama tapi gak dapat, akhirnya kita pindah ke spot agak tersembunyi di pinggir danau.

"Eh ada yang sentuh-sentuh kailnya nih!" Ujarku dengan bersemangat.

"Mana-mana!" Temanku menjawab dengan tak kalah bersemangat.

Temanku langsung menyentakkan kali dengan begitu keras. Daaaann.. kita dapat strike 1 mujaer kecil guys! Hahaha. Awalnya sempat mau release aja balikkan ke kolam, tapi akhirnya kita tahan dulu di jaring yang kita beli juga di Kali Jagir.

Lanjut memancing lagi, dan menungguuu... Tiba-tiba terjadilah kejadian ini..

"Ngapain ya mbak?" Tanya seorang satpam dengan penasarannya. Karena hampir tengah malam dan kita duduk nunggu di sudut yang agak sepi, mencurigakan banget 

"Mancing pak," jawabku dengan polos.

"Wah gak boleh mbak.. ini kan bukan tempat umum. Ini kolam."

"Oh iya pak.. minta maaf." Jawab teman ane sambil menelepon dan mengambil beberapa barang

Tapi ane menjawab dengan agak sengit, "Soalnya katanya boleh pak mancing disini. Bahkan katamu ada juga satpam yang mancing disini kan?" Ujarku ke temenku.

Temenku membuat kode seakan-akan menyuruhku diam.

"Yah pokoknya gak boleh mbak, ini kan bukan kolam umum."

"Udah.. dilepasin aja tu." Kataku ke temenku. Maksudnya lepasin si malang mujaer kecil. 

Dan setelah mengambil beberapa barang, melepaskan si mujaer kecil, sialnya dia malah ninggalin ane masih dengan jorang pancing, benang yang masih berseliweran, dan umpan-umpan.

Jujur yang ada di pikiran ane ya malu banget!! Haha. Mana si pencetus ide malah pergi gitu aja. Dan ane lupa kasitau ke satpamnya bahwa ane juga residen Pakuwon (tempat ane hanya berjarak 50 meter dari kolam). Jangan sampai dikira ane orang "freak/aneh", orang luar Pakuwon yang tengah malam cuma datang ke kolam mau mancing wkwk. Padahal kita mah kan manusia kelelawar ya. Aktifnya kalau malem. 

"Lagian gak dapat apa-apa juga kok pak."

"Yaudah diberesin aja." Jawab si satpam.

Akhirnya dengan menggerutu ane ambil semua perlengkapan pancing ane, dan sedikit memarahi teman ane karena malah ninggalin ane sama si satpam ini. Dan pandangan satpam itu tidak terlepas dari kami sampai kami meninggalkan area kolam. Seandainya gak ketahan logika, bibir ini udah mau berucap,

'Santai aja pak, gak usah segitunya ngliatin. Kita cuman iseng aja kok.'

Tapi ini gak pernah ane katakan. 

Akhirnya temen ane dapat kesempatan untuk bertanya satpam lain yang deket situ, dan jawaban satpam lain ini cukup membingungkan:

"Boleh kok mbak mancing disitu (danau angsa). Malah ada beberapa orang juga yang pernah mancing disitu. Itu emang satpam kawasan aja yang kadang agak tegas."

Nah lo, jadi mana yang bener? Wkwkwk. Yasudahlah tesresah. Esoknya kita melakukan "savage" dengan melakukan "trip mancing" di laut, tepatnya area Selat Madura dekat Pantai Kenjeran Lama.

Surabaya, 29 April 2020 : Drone DJI Spark Datang.

29 April 2020
Di Tempat Kediaman, Pakuwon, Surabaya

Mengacu ke pemberitahuan dari Tokopedia, hari ini droneku datang. Seneng banget rasanya dan gak sabar mau unboxing dan latihan. Paket yang kudapatkan meliputi badan pesawat/drone-nya, 2 baterai, 4 propeller guard, baling-baling, remote, charge asli, 2 kabel USB, pelindung remote control dan bonus powerbank. Cukup murah dengan harga 4 juta kan... Dan aku puas banget karena kondisi dronenya masih mulus.

Hal pertama yang kulakukan adalah belajar cara menyalakan remote dan pesawatnya dari YouTube, kemudian mendownload aplikasi DJI Go dari Playstore. Hari ini hanya latihan dan menyalakan drone 1,2 meter aja di dalam kamar. Belum bisa latihan full karena masih ada deadline dokumen Ngawi. Latihan baru kulakukan lusa di Danau Angsa.


Surabaya, 27 April 2020 : Beli DRONE DJI Spark Combo (2'nd)


Surabaya, 27 April 2020
Di Tempat Kediaman, Pakuwon, Surabaya

Hari ini aku lagi semangat-semangatnya memikirkan tentang rencana 'road trip Surabaya - Larantuka' yang akan segera kulaksanakan setelah 'teror Covid-19' berakhir. Aku lagi seneng-senengnya nonton channel youtube tentang 'road trip', terutama yang menggunakan R4 untuk keliling Indonesia. Beberapa channel favoritku antara lain:

1. Road Trip Indonesia - besutan Bang Den dan Kak Beda. Keliling Indonesia menggunakan mobil Ford Everest Matic tahun 2004, yang karena teror Covid 19 ini, mereka sekarang tertahan di Palu, Sulawesi tengah

2. Xpedition Travelove - aku paling seneng dengan perjalanan si autor dan pacarnya dari Jakarta ke Flores, karena itu juga rencana ruteku nanti, yakni Surabaya - Bali - Lombok - Sumbawa - Flores. Selain itu, aku juga kagum dengan kepiawaian si autor dalam bermain drone, mengambil footage-footage yang begitu cantik terutama di Sumbawa dan Flores.

3. Mario Iroth - perjalanannya dengan Mbak Lilis (tunangannya) untuk keliling dunia naik motor, yang karena teror Covid 19 ini mereka sekarang tertahan di Argentina.

4. Motorbikerz - perjalanan Bang Stephen Langitan dari Jakarta ke London naik motor.

5. Beberapa channel lainnya yang melakukan road trip dari Jakarta ke Padang, Makassar ke Manado, dll. Beberapa channel ini aku hanya mengikuti beberapa episode aja sehingga tidak terlalu hafal nama dan autornya.

Ketagihanku nonton beberapa channel tersebut sampai membuatku hamper setiap hari tidur dengan ritme terbalik, jadi jam 17.00-19.00 biasanya aku akan terbangun dan youtuban sampai besoknya jam 06.00 pagi, kemudian tidur dari jam 06.00 sampai jam 14.00, kadang tidur dari jam 12.00-17.00, pokoknya kacau banget. Hampir nggak pernah kena sinar matahari hehe.

Dari sekian channel diatas, ada salah satu yang paling mendorongku untuk membeli drone  yakni Xpedition Travelove.  Dengan rute perjalanannya yang 90% mirip dengan rencanaku, serta keindahan landscape Kepulauan Nusa Tenggara yang mereka abadikan dalam video drone, mendorongku untuk 'ikut-ikutan' beli drone. Aku rasa dengan landscape Kepulauan Nusa Tenggara yang banyak tebing berbatasan dengan laut, tebing yang berkelok-kelok, savanna, jalanan berlekuk-lekuk, bakal paling 'best' diambil foto/videonya menggunakan drone disbanding kamera biasa. Karena kita bisa mendapatkan view yang lebih luas jangkauannya.

Sebelum hari ini, aku sama sekali gak kepikiran, dan bahkan gak tau drone merek apa yang bagus di pasaran (soalnya sempet browsing sekilas banyak banget merek drone mulai dari yang murah sampai mahalnya amit-amit).

Akhirnya setelah browsing sesaat di YouTube untuk mencari ilmu, aku menemukan merek drone yang kualitasnya cukup bagus dan diakui daripada yang lain yakni merek DJI. Kemudian aku segera browsing di Lazada dan menjumpai drone paling murah keluaran DJI adalah DJI Tello yang harganya 1,2 jutaan sd 2 jutaan. Namun setelah aku membaca review-reviewnya, kok kameranya cuma 5 MP ya. Hmmm... kurang nih kayaknya kualitasnya.

Kemudian aku browsing seri DJI diatasnya dan mendapatkan merek DJI Spark. Di Lazada harganya lumayan WOW juga ya, untuk yang DJI Spark Basic (hanya berisi pesawat, baterai dan alat chas) seharga 5 jutaan, sedangkan yang combo (pesawat, baterai Utama + cadangan, remote, propeller guard) harganya mencapai 8 jutaan sd 9 jutaan. WOW juga ya. Gimanapun aku gak langsung memutuskan.

Aku juga sempat browsing seri DJI yang lain yakni DJI Phantom baik yang Phantom 3 maupun 4, dimana harga secondnya di Lazada mencapai 6 jutaan sd 7 jutaan. Saat itu pikiranku bimbang antara mau ambil DJI Spark Combo atau DJI Phantom 3 second. Namun setelah browsing lebih jauh di YouTube mengenai perbandingan keduanya, aku rasa untuk keperluan traveling DJI Spark Combo lebih praktis karena lebih kecil dan ringan.

Setelah galau beberapa jam, dan atas saran temanku, tiba-tiba aku kepikiran untuk cari Drone DJI Spark Second aja untuk dapat harga lebih murah. Setelah browsing di OLX dan grup DJI Spark di Facebook, akhirnya aku dapat Drone pilihanku karena isinya lengkap (versi combo) dan harganya miring banget, hanya dilabeli Rp 4.000.000 dan bisa dibayar via rekber tokopedia. Pas banget karena aku gak bisa dengan gampangnya juga percaya dengan penjual online, apalagi penjualnya domisili lumayan jauh yakni di Jogja. Setelah melakukan pengecekan via chat dan online, menyelesaikan beberapa urusan di dinas pagi itu, akhirnya aku melakukan pembayaran via CIMB Niaga dan YESSS akhirnya tinggal tunggu drone datang. Sudah nggak sabar untuk latihan dan memaksimalkan semua fasilitas yang ada di DJI Spark!