Life Only Once. Stop Thinking and Just Make It Work

6.28.2024

[2] Sawadee Thailand : Keliling Kota Bangkok sampai Lutut Geter

Trip ini merupakan rangkaian trip Thailand - Kamboja - Malaysia yang kulakukan dari 23 Januari 2012 - 2 Februari 2012

PART sebelumnya : DISINI

24 Januari 2012

Aku terbangun pagi-pagi dan menikmati udara segar Kota Bangkok lewat jendela kamar. Angin dingin menimpa wajahku. Aku bahagia dan bersemangat. Ini adalah hari yang kutunggu, akhirnya aku akan menjelajah Kota Bangkok sampai ke jantung pelosoknya! Beberapa tempat wisata eksotis sudah kutandai di peta (saat itu belum zaman google map). Tidak boleh ada yang terlewat! wkwkwk.

Alfi yang masih tertidur pulas kubangunkan untuk bersiap-siap. Kami selesai mandi dan bersiap-siap, dan sewaktu menginjakkan kaki keluar penginapan, jam menunjukkan pukul 9. Sarapan tentulah tidak kami lewatkan, kebetulan aku memang sudah bawa pop mie dari Indonesia untuk menghemat. Air panas tinggal minta gratis di penginapan. Suasana pagi hari di sekitar Khaosan Road bisa dikatakan berbeda 1800 dengan suasana malamnya. Kalau pagi hari kita akan menjumpai sebuah jalan sepi di perkampungan yang nyaris tidak seperti Khaosan Road. Musik disko sunyi senyap, pintu-pintu rumah makan, rumah pijat, supermarket masih tertutup rapat. Jam disini seakan menyesuaikan dengan jam biologis bule, bangun siang-siang, tidur pagi-pagi.

Seperti Indonesia, di kawasan sekitar Khaosan Road ini juga banyak penjual yang menjual sarapan dengan menu lokal. Terdapat berbagai macam sayur, ikan panggang, goreng-gorengan yang dijual dengan harga yang tentunya terjangkau. Aktivitas para penjual sarapan pagi ini seakan tidak terpengaruh oleh aktivitas para backpacker malas yang kebanyakan masih meringkuk malas di balik selimut sampai tengah hari.

Suasana sekitar Khaosan Road di pagi hari. Beda banget kan gan...hehehe

Ini dia gan sarapan ala Bangkok, mirip-mirip dengan Indonesia ya..

Aku menggunakan buku panduan “Top 10 Bangkok” untuk menjelajah Kota Bangkok. Buku yang mendorongku dengan sangat kuat untuk bermimpi ke luar negeri pertama kali. Dengan berjalan kaki, tempat pertama yang kami lewati adalah bangunan Galeri Nasional Thailand. Galeri Nasional terbesar di Thailand ini awalnya disebut Rong Kasap Sitthikan. Saat itu, Raja Rama V memerintahkan untuk membangun sebuah pabrik percetakan koin yang baru untuk menggantikan pabrik yang lama (berlokasi di dasar Grand Palace). Lokasi pabrik yang baru ini yang cikal bakalnya menjadi Galeri Nasional Thailand merupakan mantan istana keluarga Phraratchawang Bowonsathan Mongkhon. Disini aku hanya berfoto di bagian depannya saja. Maklum, masih norak tiap liat aksara Thailand hihihi.



Biasa kan baru keluar negeri pertama kali, asal ada tulisan aksara Thailand aja langsung foto disitu haha. Disini ane juga sadar kalau di sepanjang ruang publik dan jalan di Kota Bangkok banyak dipasang foto Raja Thailand yang saat itu sedang menjabat, Raja Bhumibol Adulyadej (Raja Rama IX). Setelah ane browsing, ternyata alasannya adalah sebagai bentuk penghormatan dan cinta rakyat terhadap monarki. Secara khusus alasannya adalah 

1) Penghormatan: Raja dianggap sebagai simbol persatuan dan stabilitas bagi negara. Rakyat Thailand menunjukkan rasa hormat mereka dengan memasang foto Raja di tempat umum 

2)Warisan Budaya: Monarki memiliki peranan penting dalam sejarah dan budaya Thailand. Foto-foto Raja sering kali dipajang dalam konteks tradisi dan nilai-nilai yang dihargai oleh masyarakat.

3)Acara dan Perayaan: Pada hari-hari penting, seperti ulang tahun raja, foto-foto Raja dipajang secara luas dalam rangka merayakan pencapaian dan kontribusinya bagi negara.

4)Keamanan dan Keselamatan: Dalam budaya Thailand, menghormati Raja adalah bagian dari norma sosial. Menghina atau merendahkan citra Raja dianggap serius dan dapat mengakibatkan konsekuensi hukum.

Spot foto kedua kami adalah Gedung Teater Nasional Thailand yang berjarak cukup dekat dari Galeri Nasional. Ane memang orangnya cukup detil gan kalau masalah traveling, tempat/landmark sekecil apapun bakal ane kunjungi kalau masih saling berdekatan hehehe. Gedung Teater Nasional ini merupakan  tempat yang sering menjadi tuan rumah pertunjukan seni tradisional Thailand, seperti lakon, wayang, dan tarian klasik, serta pertunjukan internasional.
 

Selesai dari sini, kami sempat berfoto di landmark berupa tugu dengan dominasi cat putih. Ane sendiri kurang tau itu tugu apa karena yang ane perhatikan, cuma ada penjelasan dalam aksara Thailand. Dari sini, sebenarnya sudah dekat sekali dengan salah satu tempat wisata utama yang akan kami kunjungi hari ini yaitu Wat Phra Kaeo / Grand Pallace. Inilah tempat wisata pertama yang akan kami kunjungi hari ini.


Lapangan Sanam Luang 

Saat itu Kota Bangkok cukup rame gan, karena memang waktu ane berkunjung kesana (Bulan Januari) adalah high season, dimana musimnya sejuk-sejuk manja gitu. Ane banyak menjumpai bus-bus wisata yang membawa wisatawan dari berbagai negara. Sebelum menuju Wat Phra Kaeo kami sempat mampir ke Lapangan Sanam Luang. Lapangan Sanam Luang Sanam Luang sejak abad ke-19 sering digunakan untuk acara-acara besar, seperti perayaan Hari Raja, upacara peringatan, dan festival lainnya

Karena ane ini orang yang cukup detail dan tak mau terlewatkan spot foto sedikitpun, sebelum masuk Grand Palace ane ajak Alfi untuk berfoto di Musium Bangkok dulu yang berada di seberang Lapangan Sanam Luang. Kebetulan pas hari itu memang museumnya lagi tutup jadi kami hanya berfoto di depannya.


Mungkin karena  muka kami lugu atau apa, saat kami berfoto ada seorang Bapak yang tiba-tiba mendekati kami dan bertanya dengan ramahnya darimana kami berasal dan apakah ini pertama kalinya kami ke Thailand. Kami yang tidak tahu apa-apa senang aja diajak ngomong sama orang lokal. Bapak ini terlihat sangat ahli banget gan, menjelaskan tentang wisata di Kota Bangkok, selain itu juga meminjam peta ane untuk menunjukkan lokasi-lokasi wisata yang dia maksudkan. Sama sekali tidak ada rasa curiga di benak ane, tanpa kami sadar bahwa kami sedang terkena scam. Bapak itu menyuruh kami jalan-jalan ke Wat Indrawihan, Happy dan Lucky Budha, kemudian mengunjungi toko gemstone yang katanya kualitas terbaik dengan harga murah. Untuk menuju ketiga tempat ini kami hanya perlu membayar tuk-tuk 20 bath. Kami yang tergoda dengan harga murah itu langsung saja mengiyakan dan diantarkan menuju tempat wisata utama Wat Indrawihan.


Di dalam Wat Indrawihan ini highlight utamanya adalah patung Buddha berdiri setinggi 32 meter yang dikenal sebagai Luang Pho To atau "Phra Si Ariyamettrai." Patung ini didirikan sebagai penghormatan kepada biksu terkenal Somdej Toh, yang masih sangat dihormati hingga saat ini. Patung Buddha berwarna emas tersebut terlihat memakai jubah dengan pandangan mata mengarah ke bawah. Selain itu disini juga terdapat beberapa tempat peribadatan, terlihat beberapa orang sedang berdoa kepada Buddha sambil membawa bunga teratai. Di beberapa tempat juga terdapat lemari kotak-kotak yang berisi abu orang yang sudah meninggal. Setelah ane browsing, penggunaan bunga dalam berdoa melambangkan kesucian dan penghormatan. Masyarakat Thailand percaya bahwa bunga dapat mendatangkan berkah dan kebaikan. Selesai mengelilingi Kuil yang cukup fotogenik ini, kami diantarkan ke tujuan selanjutnya, Happy dan Lucky Budha.
Luang Pho To atau "Phra Si Ariyamettrai"

Ane dan Alfi hanya menghabiskan waktu sesaat disini karena tidak ada yang bisa dilihat lagi disini gan. Happy dan Lucky Budha hanya berisi Kuil dan sebuah sekolah untuk anak-anak yang mau mendalami agama Buddha gan. Setelah berbincang sejenak dengan penjaga kuil, ane pun kembali ke supir tuk-tuk.

Selesai dari situ, tiba-tiba supir tuk-tuk ini menurunkan kami di sebuah toko gemstone kecil. Ane dan Alfi hanya bisa saling berpandang-pandangan, dan dengan kompak mengatakan ke supir tuk-tuk kami nggak mau masuk. Tapi supir tuk-tuk ini maksa banget gan, katanya kami disuruh masuk aja. Nggak usah beli gak apa-apa, supaya dia dapat kupon bensin katanya. Woalaaah, kami baru sadar kalau daritadi ternyata kami kena scam aja. Dengan berat hati dan malas, kami pun masuk ke toko itu. Para pegawainya terlihat malas-malasan melayani kami karena mereka sudah tahu dengan jelas, kami hanya anak muda korban scam. Nggak ada yang murah gan disini, kalung yang paling murah aja harganya 15.000 bath. Capede. Nggak sampai 5 menit kami disini, akhirnya kami minta diantarkan supir tuk-tuk ke Grand Palace langsung.

Ternyata Grand Palace itu luas banget gan, dan untuk menemukan pintu masuk tempat pembelian tiket bukan perkara mudah. Karena merasa capek dan lapar, akhirnya ane memutuskan makan siang Pad Thai Ayam di pinggir jalan. Rupanya rasa Toum Yam Soup kemarin nggak membuat ane kapok haha, tapi Pad Thai ini rasanya enak banget gan. Agak manis dan mirip kwetiaw goreng. 1 piring Pad Thai yang super mantap ini dihargai 40 bath.


Mendapatkan pencerahan dari Pad Thai, akhirnya kami berhasil menemukan pintu masuk Grand Palace. Saat itu Januari 2012, tiket masuk per orangnya seharga 120 Bath. Bahkan kalau kita bisa berbahasa Thailand, bisa menyamar jadi orang Thailand pas beli tiket, cuma bayar 20 bath. Grand Palace sendiri merupakan kompleks bangunan yang didirikan pada tahun 1782, dimana selama periode tahun 1782 hingga tahun 1925 dijadikan tempat kediaman resmi Raja Thailand dan pusat pemerintahan. Sejak tahun 1925, Raja Prajadhipok (Raja Rama VII) pindah ke Chitralada Palace, yang kemudian menjadi kediaman resmi raja setelahnya. Tapi meskipun sudah tidak menjadi tempat kediaman resmi raja, Grand Palace masih digunakan untuk berbagai upacara resmi dan acara kerajaan, sehingga tetap memiliki makna penting dalam kehidupan monarki Thailand.

Kami menghabiskan waktu cukup lama disini karena asli Grand Palace ini luas banget gan. Highlight utamanya tentunya adalah Istana Raja. Disinilah kami berkenalan dengan seorang Solo Traveler asal Korea. Jadilah kami bertiga menyusuri Wat Phra Kaeo yang seakan tanpa habis ini hehehe.

Grand Palace dikenal dengan arsitektur yang indah dan detail yang rumit, menggabungkan gaya tradisional Thailand dengan pengaruh barat. Di dalam Grand Palace juga terdapat Wat Phra Kaew (Kuil Buddha Zamrud), yang merupakan kuil paling suci di Thailand. Di sini terdapat patung Buddha Zamrud yang sangat dihormati.



Puas mengelilingi Wat Phra Kaeo, kami pun beranjak ke tempat wisata selanjutnya yaitu Wat Pho. Wat Pho ini letaknya cukup dekat dengan Wat Phra Kaeo jadi kami kesana dengan berjalan kaki. Januari 2012, tiket masuk yang kami bayar adalah 50 bath.

Wat Pho, atau Wat Phra Chetuphon, adalah salah satu kuil Buddha tertua dan terbesar di Bangkok, Thailand. Kuil ini terkenal karena patung Buddha tidur (Phra Buddha Reclining) yang monumental, yang panjangnya mencapai 46 meter dan dilapisi dengan emas. Wat Pho didirikan pada abad ke-16, tepatnya selama pemerintahan Raja Rama I (1782-1809). Namun, kuil ini mengalami renovasi dan perluasan yang signifikan pada abad ke-19, terutama oleh Raja Rama III, yang memperkenalkan banyak elemen arsitektur dan seni yang sekarang dikenal di kuil ini. Kuil ini menampilkan arsitektur Thai yang khas, dengan stupa, pagoda, dan hiasan yang indah.



 
Perjalanan pun ane dan Alfi lanjutkan menuju Wat Arun. Mungkin agan belum bisa disebut sepenuhnya menikmati Kota Bangkok jika belum mengunjungi trio Wat paling terkenal ini, Wat Phra Kaeo – Wat Pho – Wat Arun. Untuk menuju Wat Arun, kita harus menyeberang Sungai Chao Phraya dulu gan dengan tarif 3 bath/orang karena Wat Arun terletak di sisi barat sungai. Penyeberangan hanya berlangsung 5 menit dan untuk masuk ke Wat Arun dikenai tarif 50 bath (Januari 2012).



Untuk menikmati Wat Arun secara maksimal, kita diharuskan mendaki beberapa anak tangga sampai ke tingkat 2 gan. Mendakinya butuh sedikit perjuangan karena tangganya sempit dan curam. Dari tingkat 2 inilah kita bisa memandang Sungai Chao Phraya yang mengalir membelah Kota Bangkok. Pemandangannya cukup indah dan memanjakan mata.

Selesai berfoto-foto dan puas memandangi Kota Bangkok dari ketinggian, perjalanan kita lanjutkan ke pasar-pasar tradisional Thailand. Karena ingin mencoba transportasi kapal, kami pun mencoba naik kapal dari Dermaga Wat Arun menuju Dermaga seberangnya (yang menuju pasar) dengan tarif per orang 20 bath. Menurut ane, transportasi menggunakan kapal ini sangat nyaman banget dan relatif cepat karena hampir tidak ada hambatan selain air itu sendiri.

Nggak usah ditanya rasa kaki ini gan, cuapeeknya setengah mati. Tapi kita berdua adalah backpacker yang tak mau rugi sedikitpun. Jadi tetap aja jalan seharian. Dari pasar ini, perjalanan kita lanjutkan ke Little India-nya Thailand. Well, sebenarnya ini ane yang maksa. Nggak tau rasanya seneng aja gitu gan kalau dengar kata India. Di sepanjang Little India ini banyak ane jumpai pedagang-pedagang mulai dari makanan, baju, perhiasan imitasi, perhiasan asli, de el el.

Rencananya, tujuan terakhir kami hari ini adalah mengunjungi MBK, salah satu mall terbesar di Bangkok yang konon katanya “mall semua kalangan” alias tidak mahal-mahal amit. Saat dirasa cukup mengelilingi Little India, kami pun menunggu bus di halte dengan beberapa penumpang yang lain. Saat itu Alfi dengan cekatan bertanya kepada remaja cewek Thailand di samping kami. Dengan sangat baik dia mengajak kami sama-sama naik bus karena tujuannya sama.


Aku sendiri lupa gan nama teman baru kami asal Thailand ini, yang jelas didalam bus percakapan kami berlangsung cukup lancar walau bahasa inggrisnya terbata-bata. Disini kami belajar budaya baru Thailand yaitu saat kondektur mau menariki ongkos bis, dia akan mengeluarkan bunyi2an  dengan mengocok-ngocok kaleng besar yang berisi dengan uang logam. Saat sampai kami, kondektur ini mengatakan tarifnya dalam Bahasa Thailand. Kami pun kebingungan awalnya, nggak ngerti harus bayar berapa duit. Tetapi dengan bantuan teman baru kami tadi, akhirnya terjawab tarifnya 20 bath. Kami diberi sobekan kertas kecil sebagai tanda telah membayar.

Kami pun mengucapkan salam perpisahan singkat kepada teman baru kami dan segera masuk menjelajah MBK. 

Saat memutuskan berhenti makan di KFC dalam mall, kami kembali dipertemukan dengan warga Thailand yang baik banget gan. Cewek Thailand setengah baya ini menunjukkan kepada kami dengan cukup detail cara naik MRT kembali ke Khaosan Road. 

Saat sampai di Stasiun Ratchadamri, ane nggak sengaja lihat pasar malam dengan lampu warna warni di bawah sana. Seakan kaki kami ini nggak punya capek, kami pun langsung turun dan melihat-lihat puluhan kios yang menjajakan dagangan mereka. Seperti beberapa pasar dan mall yang sudah kami kunjungi hari ini, kebanyakan kios menjual baju, sepatu, aksesoris, kerajinan, makanan maupun minuman. Aku sendiri sempat membeli beberapa snack murah untuk bekal perjalanan ke Kemboja besoknya.

Pukul 23.00, akhirnya selesailah perjalanan kami menjelajah Kota Bangkok yang sangat cozy abis ini gan. Jika mau mengelilingi semua tempat wisata, setidaknya agan harus meluangkan 3 hari di Kota eksotis ini gan. Menembus keramaian Khaosan Road dengan tubuh lelah dan wajah berminyak, kami pun segera mandi dan merebahkan badan untuk melanjutkan perjalanan esok hari ke negara kedua kami, Kamboja.

Kesimpulan : Busettt dah, superb banget tenagaku dan Alfi hari ini untuk menjelajah Kota Bangkok! Pantesan lutut ane sampe geter-geter..Salut! Wkwkwk...

0 comments:

Posting Komentar