Life Only Once. Stop Thinking and Just Make It Work

7.06.2020

Jogja-Klaten, September 2012 : Kecelakaan Motor Keduaku pas Kuliah, Dagu Sobek dan Jaket Penuh Darah 😩😩😩

Hhhhh... Cerita tentang kecelakaan lagi. Sebenarnya menurut ane ini hal yang menyeramkan ya. Tapi ane akan tetap menulisnya. Karena ini tetaplah bagian dari memori kehidupan ane di fase kuliah 😁🤐🤐. Yah menurut ane segala sesuatu baik yang positif maupun negatif itu harus diceritakan supaya bisa menjadi pembelajaran bagi ane ke depannya.

Jadi gan, selama fase kuliah dari 2010-2015, ane mengalami 2x kecelakaan serius. Serius disini maksud ane, ane mengalami luka yang cukup banyak dan menyedihkan, kepala kebentur dan membuat ane harus izin kuliah paling tidak seminggu lamanya. Untuk cerita kecelakaan pertama sudah ane ceritakan disini. Kali ini, aku akan menceritakan cerita kecelakaan kedua. Aku menulis ini di Solo, di rumah Bolon, pada 6 Juli 2020 pukul 21.25. Kejadian 8 tahun lalu, aku berharap masih bisa menceritakannya dengan detail menggunakan sisa-sisa ingatanku. 🙏🙏. Aku tidak mengingat secara pasti tanggalnya, namun kejadian ini kupastikan terjadi di September 2012. Tepatnya 1-2 mingguan setelah aku pulang dari tripku di India.

Jogja, September 2012
Jumat, sore hari

Hari ini adalah hari Jumat, dan seperti kebiasaan ane selama hampir 2 tahun terakhir kuliah di Jogja, ane pulang ke Solo menggunakan motor Honda Revo. Ini bukan perkara yang sulit karena jalanan Jogja-Solo itu ane udah hampir hafal seluk beluknya gan, dan ane juga sudah terbiasa banget. Jadi ane sama sekali tidak ada feeling jelek sore itu.

Seperti biasa perjalanan ane mulai dari kos-kosan,ane arahkan motor ke Jalan Ring Road Utara dan setelahnya menuju Kota Klaten. Langit telah menggelap karena memang ane berangkat dari Jogja sudah setelah magrib. Saat itu ane di jalan sering melamun. Ane melamunin tentang trip ane ke India yang baru saja kuselesaikan semingguan yang lalu. Ane masih merasa belum bisa 'move on' sepenuhnya dari 'perjalanan gila' ane itu. Hehehe. Ane juga mengingat tulisan-tulisan yang sudah ane buat dari trip itu, dan berpikir ingin segera membuat cerita lagi versi lengkapnya.


RS Soeradji Tirtonegoro Klaten dan jalanan di depannya.
SUMBER : Disini

Tidak terasa, mode nyetir 'otomatis' sambil ngelamun itu mengantarkan ane sampai ke Kota Klaten, tepatnya RS Soeradji Tirtonegoro. Bagi yang sering 'lajo' Jogja-Solo pasti tidak asing dengan RS ini yang letaknya di pinggir jalan raya, tepatnya sebelum masuk Kota Klaten. Nah jalanan sebelum lewat RS Soeradji Tirtonegoro itu ada 2 cabang. Cabang kiri untuk motor/belok kiri (lebar jalanan hanya 2-3 meteran), sementara cabang kanan untuk mobil/truk/motor jika ingin lurus. Karena asik melamun, ane tidak memperhatikan adanya cabang pemisah itu. Padahal cabang pemisah itu berupa tinggian gitu.

Tiba-tiba kejadian ini terjadi dengan begitu cepat,

"Braaaaakkkk ! Sreeettt ! "

Motor Honda Revo 2009 yang ane tumpangi terpelanting dengan begitu kerasnya ke arah kanan setelah ane ngerem mendadak dengan rem kanan (rem cakram depan) ! Kejadian ini berlangsung begitu cepat. Ane sama sekali tidak menyadarinya, dan apa yang terjadi selanjutnya ane sudah terkapar kesakitan di aspal jalanan Jogja-Solo 😭😭😭.

Hal selanjutnya yang ane rasakan adalah SAKIIITT !! SAKIIIT yang begitu luar biasa di tangan kanan ane, terutama di tulang pengumpil dan tulang hasta, dan jari-jari tangan kanan ane MasyaAllah...  Kelima-limanya bengkak besar dan biru-biru di ujungnya 😭😭. Rasanya jari-jari ane, udah nggak usah ditanya. Mati rasa saking sakitnya OMG 😭😭😭. Helm ane terlepas entah kemana, membuat ane pasrah bahwa kepala ane pasti terbentur lagi. Motor Revo ane sudah tersungkur di jalanan. Jujur rasa sakit yang ane rasakan di sekujur tangan kanan malam itu adalah rasa sakit terdahsyat yang pernah kurasakan.😭


Gambaran tulang-tulang ane yang terkena efek kecelakaan.
SUMBER : Disini (dengan modifikasi)

Tidak butuh waktu lama ane langsung dikerubungin orang-orang. Ane inget ane dinaikin becak untuk dibawa ke RS terdekat dari situ, yakni RS Soeradji Tirtonegoro. Dan sewaktu ane mau dinaikin becak ini baru ane sadar, bahwa di tempurung lutut kanan ane ada luka/lecet yang sampai kelihatan d**ingnya saking lukanya begitu dalam, dan itu SAKIIIIITTTT nya minta ampun. Ane sampai nggak bisa jalan posisi tegak 😭😭😭. Dan di sepanjang jalan naik becak ke RS tak hentinya ane menangis dan meringis karena rasa sakit yang benar-benar dahsyat ini. 

Perjalanan yang hanya 200 meter itu seperti berlangsung selamanya. Ane segera diturunkan di depan UGD dan langsung disambut meja pasien yang ada rodanya itu. Saat itulah ane sadar ternyata DAGU ane sobek besar banget dan jaket depan ane sudah merah basah oleh darah yang menetes dari dagu 😭😭😭. Ane benar-benar nggak menyadari ini sebelumnya karena pikiran ane teralihkan oleh rasa sakit di tangan dan dengkul yang luar biasa ini 😭😭😭.

Ane segera diderek ke UGD dan disitu 2 suster langsung menangani ane. Hal pertama yang mereka lakukan adalah membersihkan luka-luka ane yang di tangan, jari serta dengkul. Saat itu ane sudah berpikir yakin 100 % ini tulang pengumpil/tulang hasta/tulang jari tangan ane pasti salah satu sudah ada yang patah karena tertimpa motor. Kepala ane juga ada yang terbentur. Ane benar-benar pasrah kalau memang malam itu ane sekarat terus mati. Benar-benar pasrah....

Sembari menunggu kedua suster itu menyiapkan peralatan jahit untuk menjahit dagu ane, ane mulai memikirkan beberapa hal untuk memastikan ane tidak amnesia atau kehilangan ingatan. Karena helm yang terlepas sudah pasti kepala ane ikut terbentur.

'Namaku Galuh Pratiwi. Aku kuliah di Teknik Geologi UGM. Rumahku di Solo. Ya ampun, semoga aku nggak amnesia....'

Kedua suster tersebut selanjutnya menyiapkan jarum dan benang untuk menjahit luka ane di dagu. Ane tidak ingat pasti apakah ane dibius atau tidak, tapi sepertinya tidak. Karena mereka mulai menjahit sobekan di dagu ane secara perlahan. Tidak udah ditanya rasanya.. ngilu... ngeri.. apalagi setiap jarumnya ditusukkan ke dagu dan benangnya ditarik. 

Selesai dijahit, rasa sakit di tulang pengumpil/tulang hasta di kanan ane semakin menjadi-jadi saja. Ane meringis-ringis dan rasanya mau pingsan saking sakitnya 😭. 

"Suster... mohon kasih saya obat pereda rasa sakit suster.. Huhuhu.. Sakit sekali saya tidak tahan suster," kataku memohon ke kedua suster tersebut.

Rasanya emang benar-benar mau pingsan.

"Iya..sabar ya mbak.. ini di rontgen dulu," kata Si Suster menenangkan ane.

Ane udah mau nangis rasanya. Saat itu ane tidak kepikiran mengabari orangtua ane di Solo karena ane tidak mau mereka panik, dan terburu-buru ke Klaten padahal  hari sudah cukup gelap. Ane berpikir ane harus bisa mengatasi ini sendiri sampai ane pulang Solo.

Sesaat kemudian ane pun dibawa ke ruang rontgen untuk dilakukan rontgen di tangan kanan ane. Ane sudah berpikir 100 % dengan tingkat kesakitan seperti ini, pastilah ini ada yang patah. Entah tulang pengumpil/hasta/jari-jari tangan. Ane sudah pasrah kalau memang harus operasi. Rontgen hanya berlangsung selama kurang lebih 10 menit dan setelahnya ane sudah ditidurkan lagi di UGD. Ane hanya tergeletak diatasnya dengan perasaan pasrah.

'Sial banget nasibku malam ini... aku hanya mau pulang Solo.. Kenapa harus seperti ini..,' rintihku.

Satu hal yang ane nggak sadari, ternyata sedari tadi ane dimasukkan UGD, masih ada 1 orang bapak-bapak yang peduli dan menunggui ane dari tadi. Ya ampun...spechless pak.. Aku pikir dari tadi aku sudah sendiri. Tiba-tiba dia datang.

"Mbak.. ini pemeriksaannya sudah selesai," kata Bapak tersebut.

"Iya bapak.. terimakasih sekali bapak. Apa tangan saya ada yang patah ya pak?" jawab ane sembari masih menahan sakit.

"Tangannya baik-baik saja kok mbak. Oiya mbak, ini kalau hanya periksa saja saya bisa bayar. Tapi ini ada biaya rontgen juga mbak 500ribu. Apa nggak sebaiknya mbak ngabarin orangtua saja biar datang kesini?" tanya bapak itu dengan sabar.

"Tidak perlu pak. Tidak apa-apa. Oiya pak ini saya ada ATM, didalamnya ada uang 900ribu. Minta tolong bapak ambilkan bisa nggih," kata ane. Ane udah pasrah aja gan.

Bapak itu terlihat agak ragu, tapi kemudian mengiyakan.

"Iya mbak. Tapi mbak percaya saya ya ini," jawabnya.

"Iya pak saya percaya. Ini Pinnya pak ******," kata ane.

Selanjutnya bapak baik tersebut pergi untuk mencari ATM dan ane kembali merenungi nasib sial ane malam itu. Sakit di tangan ane sudah berkurang 10 %, namun masih membuat ane meringis-ringis.

Sesaat kemudian bapak baik itu telah kembali, dan telah menyelesaikan seluruh pembayaran ane di rumah sakit menggunakan uang ane yang diambil dari ATM. Pembayaran tersebut meliputi biaya pemeriksaan, biaya njahit dagu yang sobek, biaya rontgen dan biaya obat yang habisnya seingatku hampir 700 ribuan.

Sesaat kemudian ane telah diperbolehkan keluar dari Rumah Sakit karena sudah cukup stabil, meski ane masih nggak bisa jalan dengan 2 tumpuan kaki karena dengkul yang luka cukup dalam.

"Ini kemudian bagaimana mbak? Mbak tidak mau menghubungi ortunya?" kata bapak baik itu lagi dengan sabarnya.

"Tidak usah pak.. Tidak apa-apa.. Saya naik bis saja pak. Bisa minta tolong sekali lagi antarkan saya ke tempat pemberhentian bis pak?" Jawab ane.

"Jangan naik bis mbak. Mari saya antarkan saja ke tempat pemberhentian travel," kata bapak baik itu sembari mempersilahkan ane naik ke boncengan motornya. Ane benar-benar kesulitan saat naik motor gara-gara sakit di dengkul ini. Motor Revo ane sendiri, ane tinggalin di area parkir RS Soeradji.

Sewaktu jalan untuk ke tempat pemberhentian travel ini tiba-tiba Bapak Baik lihat ada travel yang sedang melaju. Dan dengan semangatnya dia segera ngejar travel itu 😩😩. Dia sampai teriak ke supir itu sewaktu jarak agak dekat, supaya ane bisa segera naik. Eh tapi ternyata gak terkejar. Benar-benar orang yang baik. 

Setelahnya kami menunggu travel berikutnya dan akhirnya ane sukses dinaikkan. Ane mengucapkan beribu-ribu terimakasih ke bapak baik itu sebelum kami berpisah. Benar-benar orang yang baik. Ane hanya tertidur sambil terpejam. Tidak mau mengingat kejadian hari ini. 

1 jam kemudian, ane telah mendekati Solo dan rumah ane. Ane segera minta untuk diturunkan di Fajarindah dan darisana ane naik becak untuk sampai ke rumah ane saat itu yakni di Griyanusa. Sampai di rumah baruuuuulah ortu ane tau kalau ane habis kecelakaan. Wkwk. Langsung deh heboh, ane ditanya ini itu kronologinya. Ane jelaskan dengan gamblang sebelum akhirnya ane disuruh izin kuliah lagi 1 minggu untuk pemulihan.

Hhhh.... benar-benar pengalaman yang mengerikan !

Solo, 7 Juli 2020
Cacat Permanen di Jari

Well, sudah 8 tahun yang lalu ya ! Tapi ane memang masih mengingat kejadian itu dengan cukup detail. Kejadian 8 tahun silam itu juga meninggalkan cacat permanen di jari tengah tangan kanan ane, karena sejak saat itu menjadi miring, tidak bisa ditekuk ke bawah secara maksimal. Well, meskipun itu tidak mempengaruhi keseharian ane sih, tidak terlihat juga kalau cacat. Tapi ketika dipaksa tekuk maksimal jadi kerasa banget sakitnya, bahkan sampai sekarang.
Kenampakan jari tangan tengah yang normal (tangan kiriku)

Kenampakan jari tangan tengah yang sudah ada pergeseran (tangan kananku)

Karena ada pergeseran tersebut, tangan ane sudah tidak bisa ditekuk maksimal. Hanya segitu aja dan membentuk sudut miring.

Balik ke 2012, sebenarnya ane sudah 'merontgenkan ulang' jari-jari tangan kanan ane di RS di Solo. Tapi karena kebetulan saat itu yang rontgen dokter umum, jadinya dia tidak terlalu mengerti, karena aku disuruh kontrol balik lagi sewaktu dokter tulangnya masuk. Katanya ada sedikit pergeseran, tapi bukan patah. Alamaak !

0 comments:

Posting Komentar